I always here for you

Hwanwoong tidak pernah bohong setiap ia berkata, “lo gak usah iri sama kisah cinta gue.”

Ya, dia tidak pernah cerita sih kalo dia pernah ada di posisi Keonhee.

Hari itu, dia ingat dengan jelas melihat Eunwoo menyondorkan sekuntum bunga mawar di tengah lapangan dan diterima oleh Gita.

Hwanwoong? Hanya menatap dari ujung lapangan dengan perasaan miris.

Toh, dia juga merasa bodoh saat itu. Kenapa begitu takut mengungkapkan perasaannya, kenapa menahan segala rasa yang bergejolak sejak mereka SMP hanya karena takut merusak persahabatan mereka.

Bodoh. Menahan segalanya namun sekarang dia harus kehilangan segalanya.

Belum lagi perasaan cemburu yang bergejolak, membuat Hwanwoong menyakiti perasaan Gita.

“Kalo lo cuma mau ngomongin Eunwoo, jangan sama gue.”

Tepat setelah itu, hubungan keduanya merenggang. Tidak ada lagi telfonan sampai jam 2 pagi, tidak ada lagi Gita yang meneriaki Hwanwoong dari jendela kamarnya untuk bangun, tidak ada lagi bermain game bersama, menatap bulan setiap malam.

Gita, menghabiskan waktu bersama Eunwoo. Hwanwoong, menghabiskan waktu untuk nari, nari dan terus menari. Melupakan pikiran rumit yang terus-terusan mengganggunya.

Hwanwoong, benar-benar kehilangan sahabatnya.

Cintanya.

Pusat dunianya.

Hwanwoong menghabiskan waktu istirahatnya dengan 2 hal. Jika tidak berada di ruang tari, pasti tidur sambil mendengarkan musik.

BRAK!

“HWANWOONG!!!” Ia langsung terbangun saking kagetnya mendengar teriakan Seungkwan, Moonbin dan Eunbi secara bersamaan.

Trio tersebut langsung menghampiri Hwanwoong dengan wajah panik.

“Lo bertiga kenapa?” Tanya Hwanwoong, dengan mata yang masih setengah tertutup.

“Udah bangun yang bener lo ini ada masalah.” Kata Moonbin.

“Apa? Soal tari? Bilangin aja gue masih nyusun proposal yang sebelumnya,”

“Bukan, soal Gita.” Tepat saat itu juga mata Hwanwoong langsung terbuka lebar dan reflek berdiri.

“Harusnya lo berdua to the point biar nyawa dia langsung nyatu. Udah ayo ikut kita.” Omel Eunbi sebelum akhirnya menarik tangan Hwanwoong.

Keempatnya segera pergi ke kelas Eunwoo dan benar saja, baru di depan kelas sudah ramai menonton... ntah apa yang terjadi di dalam.

Hwanwoong, menyelip diantara para murid dan melihat Gita, dengan mata yang sudah sembab, melempar lembaran yang sepertinya foto ke arah Eunwoo.

“JADI INI ALASAN LO GAK BISA JALAN, GAK BISA PULANG BARENG, DAN ALASAN-ALASAN LAINNYA. LO JALAN SAMA PEREMPUAN LAIN?!”

“Git sebentar gue bisa jelasi_”

“Kita putus.”

Gita langsung meninggalkan Eunwoo, menerobos kumpulan orang yang menonton perdebatan mereka.

Hwanwoong menatap kepergian Gita. Dalam diam, pikirannya berdebat haruskah dia menghampiri Gita atau tidak.

Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

“Kwan, kalo ada guru masuk bilang gue ada urusan di ruang eskul.” Seungkwan hanya mengangguk, lalu cepat-cepat berlari ke dalam karena Eunbi sudah hampir mencekek Eunwoo.

Hwanwoong menaiki tangga menuju atap sekolah dengan perlahan. Di atap sekolah terdapat kebun bunga, jarang ada yang kesana.

Kecuali Gita.

Hwanwoong hafal sekali Gita selalu ke kebun tersebut setiap dia ingin sendiri.

Benar saja, Hwanwoong melihat Gita, duduk membelakanginya dengan punggung yang sedikit bergetar.

“Git?”

Gita menengok ke arah Hwanwoong, matanya masih sembab bahkan terlihat jauh lebih parah daripada sebelumnya, kemudian membuang muka.

Hwanwoong berjalan pelan menghampiri Gita, dan berlutut di hadapannya.

“Git?”

Gita masih menutup mukanya dengan telapak tangan, terlalu malu menampakkan dirinya apalagi sedang seperti ini di hadapan Hwanwoong.

Hwanwoong tersenyum tipis, menurunkan tangan Gita, kemudian menghapus air mata tersebut.

“Im here for you.”

Adegan berikutnya adalah Gita yang sudah tidak bisa membendung segalanya dan langsung memeluk Hwanwoong.

Hwanwoong hanya membalas pelukan tersebut, sambil merasakan bahunya yang basah karena air mata Gita.

Pada akhirnya, Hwanwoong mendapatkan kembali pusat dunianya.

“Kamu ngapain deh bengong terus senyum-senyum gitu?” Tanya Gita. Dia baru saja keluar kelas dan menemukan Hwanwoong sedang menatap pemandangan di balkon sambil tersenyum.

“Gapapa, aku cuma kangen kamu,”

🐯🌙 Anggap aku puitis namun aku bersedia hanya hidup berdua bersamamu, aku mau mengulang kehidupan ini lagi untuk terus bersamamu,

My universe.

end (berlanjut kalo ada ide bai kabur)