Turn Back Time

Part 2

“Na?”

“AAAAA, eh ya iya kenapa?” Tanyaku.

“Asli lo kenapa teriak terus daritadi, gue diem aja loh padahal. Apa muka gue mirip setan?”

“Ngaco aja.” Aku mematikan hpku dan berjalan meninggalkan Nanon.

“Et et, lo mau kemana gue tanya?” Nanon menghadang jalan gue.

“Aduh ampun deh, gue gak jadi nemenin lo ya soalnya mau ketemu Lilly sama Puim.”

“Puim?”

Anjir, lupa Puim kan temen kuliah, mana dia kenal kalo sekarang. Ya walaupun di masa depan pun dia tetep gak kenal sih.

“Ada temen di sosmed, udah minggir Nanonnnn,” omelku.

“Gue ikut.”

“Hah? Lo kan mau ngegame bareng Ohm sama Chimon, udahlah gapapa gue sendiri_”

“Gampang. Tunggu gue mau ngasih pesanan Ohm sama Chimon dulu, jangan kabur lo.” Kemudian Nanon meninggalkanku.

Tepat setelah Nanon pergi, hpku berbunyi dan menampilkan kontak Lilly.

“lo udah di sana?”

“INI NANON BENERAN JADI IKUT GUE!”

“yaudah sih, dia gak gigit ini.”

“bukan itu poinnya Ly, lo tau kan gue bertahun-tahun ngindarin dia biar bisa move on sementara gue kembali ke saat ini dimana gue sama dia masih deket banget,”

“lalu?”

“gue takut gamon,”

“bukannya lo emang gamon?”

“LILLY!!!”

“udah jalanin aja. lo coba inget apa yang tadi siang gue sampain soal kembali ke masa lalu. gue sama Ssing udah mau sampai, gue tutup ya.”

Panggilan terputus dan tepat saat itu juga Nanon kembali.

“Ayo, kok lo malah bengong.” Nanon baru akan menggandeng tanganku dan langsung kulepas.

“Gue jalan di depan.”

“Kita kayak orang marahan tau.” Kata Nanon sambil mengikutiku.

“Jangan banyak komen deh.” Balasku yang membuat cowok jangkung tersebut manyun.

Kami sudah berjalan dari Zona E dan keluhan Nanon sama sejak tadi.

“Lo kayak bukan lo deh.” Dan langkah kakiku terhenti.

“Maksud lo?” Tanyaku. Dia gak akan nyadar kan kalo aku ini bukan 'aku'? Maksudnya, bukan aku di waktu yang sekarang.

“Ya lo kayak lebih ketus aja. Terus ngehindarin gue mulu, gue deketan dikit lo ngomel-ngomel, gue gandeng lo lepas terus. Kenapa sih emang?”

Batin lama-lama ini sumpah.

Aku menatap Nanon, belum juga mengatakan sepatah kata, perutku malah mengeluarkan suara aneh.

Nanon tertawa mendengar itu, sementara aku? Sudah tidak tau deh mau ditaruh dimana muka ini.

Perut, kenapa kamu gak bisa kompromi sih...

“Enak?” Aku hanya mengangguk sambil mengunyah sandwich. Tadi, setelah mendengar suara perutku cowok seperti galah tersebut menawari membeli sandwich, mengingat kami masih harus cepat sampai ke Zona A.

“Kalo laper tuh bilang. Gak usah sok jutek,” kata Nanon sambil meminum minuman yang dia beli bareng sandwich.

Sungguh, dari sekian banyak hari dan orang yang aku kenal, kenapa justru harus berhadapan sama Nanon? Batin, batin, batin.

“Na, jujur lo beneran aneh hari ini.”

Dan dia mulai lagi.

“Nanon.” Aku menengok ke arahnya, sebelum membuang bungkus sandwich yang telah habis.

“Gue tuh gapapa, gue cuma lagi laper, gue kepikiran buat ketemu Lilly, dan kepala gue agak pusing.”

Nanon langsung mendekat dan memegang dahi ku dengan telapak tangannya.

“Gak demam kok.”

“Ya lo kata kepala pusing tuh demam? Astaga Nanon kok bisa sih lo keterima di per film an tapi kapasitas otak lo kayak gini?”

“Hah?”

Na, kamu 100% bodoh.

“Inimah lo yang fix stress, orang kita aja masih SMA gimana sih.” Kata Nanon sambil menahan tawanya.

“Udah kenapa kita ngobrol sih, ayo Lilly sama Ssing udah sampai katanya.”

“Lo gak bilang ada Ssing,”

Aku kembali menengok ke belakang, “lo masih marahan sama dia?”

“Gak sih, cuma,” Nanon terdiam, sebelum melanjutkan omongannya, “kalo ada dia lo suka nyuekin gue.”

“Ya sama aja kayak kalo lo, Ssing sama Lilly lagi ngobrol gue didiemin. Kenapa sih dikit-dikit ngajak ngobrol. Buang-buang waktu sumpah,”

“Sekarang gue yakin lo tuh bukan lo. Sejak kapan Na galak, jutek, terus mana dikit-dikit ngomel. Fix lo alien ka_AWW!”

Aku melepas jeweran tersebut, “gak usah aneh-aneh. Ayo jalan.”

Aku melambaikan tangan kepada Lilly dan Ssing yang berada tidak jauh di depan gerbang Zona A.

“SSING!!” Aku memeluk cowok tersebut, sementara Nanon di belakang misuh-misuh tidak jelas.

“Gue udah lama tau gak ketemu lo.” Ssing menaikkan sebelah alisnya.

“Lama? Perasaan kemarin kita baru ketemu deh,” Lilly sudah tertawa sementara aku hanya menyengir malu.

Tapi serius, semenjak Ssing menjadi anak band, sungguh dan sangat susah sekali bertemu dia. Jangankan Lilly, aku yang satu gedung apartemen hanya berbeda 4 unit saja susah ketemu. Sekalinya ketemu, ya bisa 2 bulan sekali.

“Kalian serius disini tempatnya?” Tanya Nanon sambil sedikit mengintip ke dalam.

“Iya, sebentar tunggu Puim dulu.” Jawab Lilly sambil membalas chat Puim.

“Ly, jawab jujur ya, Puim tuh siapa sih? Gue tuh kenal lo udah sampai ke tahap semua temen-temen lo gue tau. Jadi gak usah bohong deh,”

“Nah, setuju sama Ssing. Na, gue hapal banget lo gak semudah itu deket sama orang. Jadi rasanya gak wajar aja lo bilang Puim itu temen sosmed lo.”

Aku sama Lilly menengok kearah satu sama lain, sebelum akhirnya Lilly memberi kode 'aku yang jawab.'

“Puim itu sepupu gue. Dia tuh lagi liburan di sini, gue ajak aja ketemuan disini. Kita tuh, kesini buat ketemu Jane, dia kerabat jauh gue, katanya dia mau ngajak ke Zona B sama cowoknya, gitu.” Kata Lilly, yang mendapat anggukan dari Ssing dan Nanon.

Dasar, gampang dibohongin.

“Tapi kenapa ngajakin di depan Zona A coba, kan banyak bar deket sini, kalo ketahuan sama satpam kalo kita SMA bisa bahaya,” Komen Nanon. Lilly hanya mengangkat bahunya, tanda dia juga tidak tau.