Turn Back Time

Last Part

Aku membuka mata. Lilly dan Puim juga membuka mata mereka.

“Kita, udah balik kan?” Tanya Puim, ia langsung mengambil hp nya dan benar, sekarang sudah 2020.

“Kita... berhasil?”

“One way to find out.” Lilly membuka instagram dan melihat akun Jane, disana menampilkan foto Jane dan P'Gun, tersenyum bahagia.

“Di upload 2 hari yang lalu.” Aku, Lilly dan Puim sama-sama melemparkan senyum.

“Kita berhasil mengubahnya.”

Aku menatap pemandangan dari luar mobil. Aku langsung memutuskan pulang menggunakan taksi, begitu tadi selesai makan malam di rumah Lilly.

Dan kamu adalah orang yang kucintai sampai kapanpun itu.

Kata-kataku saat itu... apakah itu berpengaruh kepada saat ini?

“Permisi, kita telah sampai.”

“Terima kasih,” kataku setelah membayar dan kemudian turun dari taksi.

Aku menatap langit malam, sebelum akhirnya berjalan menuju apart.

“NA!”

Aku menengok ke belakang dan rasanya tubuh ini benar-benar membeku di tempatnya.

Nanon. Itu Nanon, datang berlari, masih menggunakan hoodie dan juga celana training.

“Lo ngapain kesini? Ini udah malam.” Kataku sambil menghampirinya.

“Jadi itu?” Aku menyengit, jelas bingung dengan apa yang dimaksud Nanon.

“Itu alesan lo ngejauh? Itu alesan lo jaga jarak dari gue? Lo suka sama gue?”

Rasanya seperti disambar petir.

Ucapanku hari itu, ternyata membekas di dirinya.

“Gue berusaha buat nanya ini setelah lo pulang dari Jepang tapi lo selalu ngehindar. Lo putus semua kontak kita, karena lo suka sama gue?”

Aku memilih memutar balik, berjalan menjauh meninggalkan Nanon.

Takut.

“Apa segitu salahnya lo mencintai gue?”

Aku mempertahankan posisiku, tidak menengok kearah belakang.

“Apa salah gue?”

“Lo gak salah.”

“Terus kenapa lo kayak gini?”

Hening.

“JAWAB NA!”

“GUE NGERASA GAK AKAN PERNAH PANTAS BUAT LO!” Air mata meluncur begitu saja dari mataku.

“Apa yang lo harapkan? Gue cuma cewek penyakitan yang bahkan harus berobat di luar negeri. Lo tau? Begitu gue balik gue ngeliat lo semakin jauh, lo bergaul dengan siapa saja, dekat dengan cewek manapun dan apa ada tempat buat cewek kayak gue? GAK ADA!”

Adegan berikutnya ialah Nanon yang langsung memelukku. Aku hanya bisa menangis, mengeluarkan semua emosi dan juga hal yang selama ini aku tahan bertahun-tahun.

“Lo bayangkan jadi gue,” kata Nanon sambil memelukku.

“Bayangin, cewek yang dia suka menghilang satu setengah tahun tanpa kabar apapun. Hanya menyampaikan bahwa dia mencintaiku sampai kapapun. Kemudian kembali namun bersikap seolah tidak kenal sama sekali.”

Apa?

Aku menatap Nanon, dia hanya tersenyum sayu. Kemudian mengusap pelan air mata yang masih tersisa.

“Iya, gue suka sama lo. Mungkin lebih lama dari apa yang lo kira.”

Aku, sudah tidak tau harus mengatakan apa saat itu. Rasanya semua beban di kepala seketika hilang.

“Tapi gue, dibandingkan yang lain_”

“Na, stop,” Nanon mensejajarkan tingginya denganku.

“Stop buat ngebandingin diri lo dengan orang lain. Orang lain adalah orang lain. Lo adalah lo. Dan gue mencintai sebagai lo apa adanya, sakit ataupun tidak, sedih apapun bahagia, gue cinta lo apa adanya.”

Aku sudah tidak tau mau mengatakan apa selain maaf.

“Maafin gue,”

“Gapapa, yang penting kita udah sama-sama jujur dengan apa yang kita rasain.”

Nanon melepaskan pelukannya. “Jadi gimana pacar?”

Aku langsung melotot kepada Nanon. “Gue gak bilang kita pacaran.”

Nanon mencubit pipiku, “Kita pacaran sekarang. Ayo pacar mau jalan gak?”

“Ini udah malam, aku capek mau istirahat.”

Aku langsung meninggalkan cowok tersebut. Namun dengan kurang ajarnya Nanon langsung memelukku dari belakang dan mengangkatku.

“APA-APAAN SIH TURUNINNNNNNN!”

“Jalan dulu ayo masa baru jadian ditinggal gitu aja.”

-end

terkadang memang kita berfikir bahwa masa lalu harus dibiarkan begitu saja. apa yang terjadi di masa lalu, bisa membuat kita menjadi kita saat ini. namun kalo kita diberi kesempatan untuk mengulang semuanya kembali, apa kenapa tidak kita ambil?