Masklepond

awal

#Awal kedatangan.

Sekelompok mahasiswa baru yang kebingungan mencari tempat tinggal dekat dengan kampus sedang berdiskusi ria di depan kampus sepulang ospek.

“Gue sama sekali ga nemu kos an cowo disekitar sini.” Kata Diqa.

Mereka ini sebenarnya adalah teman satu SMA yang secara kebetulan masuk di universitas yang sama dengan jurusan yang berbeda.

“Iya juga, gue capek pp dari rumah ke kampus apalagi gue gonceng ni badak satu.” Kata Jejep.

“Gamau nyari bareng aja tah? Keliling gitu deket sini sapa tau ada cuma ga keliatan aja.” Cetus Dimas.

Mereka memutuskan untuk memutar di sekitar kampus dan nihil, mereka tidak menemukan satu pun kos putra. Akhirnya mereka berhenti sejenak di depan warung yang lumayan ramai.

“Eh coba tanya ibu nya, tau kosan cowo ga?” Kata Diqa sambil menunjuk warung yang ada didepan mereka.

Mereka pun turun dari motor lalu beranjak masuk dan duduk. Jejep dan Ajep entah kenapa mereka lapar sekali lalu mencomot gorengan di depan ibu ibu warung dengan rasa tidak bersalah sama sekali. Dimas yang melihat itu geleng geleng kepala sambil beristighfar dalam hati.

“Maaf bu temen temen saya emang agak nggragas.” Kata Dimas dibalas oleh senyuman ibu warung.

“Emmm maaf bu, kalau boleh tanya di sekitaran sini ada kos putra ga ya bu? Saya sama temen temen saya lagi butuh bangett.” Tanya Mahardika.

Ibu warung tadi diam sejenak sambil membuatkan kopi lalu berbalik dan memberikan kopi kepada Dika. Ibu warung tersebut masih diam dan mengecek buku didepannya, yang dipikir oleh Dika ibunya sedang mencari nomor telepon kos terdekat.

“Gimana bu? Ada?” Tanya Dika lagi.

Ibunya tersenyum lalu bilang, “Selama ini jarang ada mahasiswa laki laki yang cari kos dek, jadi kos putra gaada disekitaran sini. Kalo ibu lihat di buku telepon lama ibu, ada kos putra tapi 10Km jauhnya dari sini.”

Mereka yang mendengar itu pun melotot. Sebenarnya tidak jauh juga, tapi sama saja dengan mereka bolak balik 20 kilo setiap hari. Mending pulang kerumah aja kalo kaya gitu mah.

“Ada tempat kosong sih dek,”

Andiqa antusias berdiri lalu menanyakan dimana tempat kosong tersebut. Ibu warung menuntun Andiqa keluar warung dan menoleh ke kanan tepat di ujung jalan. Disana terdapat rumah kosong yang tidak dihuni beberapa bulan terakhir kata ibu warung.

“Disana kalo gasalah disewain sih dek, tapi ibu gatau lagi. Kalo ibu liat kalian mahasiswa jompo yang harus bolak balik rumah kampus sampe boyok sakit semua ya? Makanya pake koyo ca-“ Belum selesai ibu itu bicara sudah di potong oleh Adul.

“Kok jadi iklan sih bu? Itu emang gapapa rumahnya kek di pojok banget gitu.” Tanya Adul.

“Ya gapapa aja, lagian kalian kan ber7 it would be perfect for you guys.” Mereka yang mendengar si ibu pake bahasa inggris pun melotot lagi. Apalagi si Andiqa yang notabene nya dia mahasiswa Sasing.

Wow miss, you can speak english don’t you?” Kata Diqa mengajak ibunya ngobrol.

“Nda isa mas. Wong ibu baca dari spanduk itu, ada artinya pula. Biar keren aja sih.” Kata ibu warung sambil menunjuk spanduk di depan warung.

Mereka menghela nafas berat, yaelah ni ibu batin mereka.

“Yaudah makasih ya bu.” Kata Dimas.

Si ibu agak bengong liat mereka pergi, kayanya ada yang aneh gitu. Dan ternyata benar, mereka belum bayar gorengan dan kopi yang tadi.

“WOY BELOM BAYAR INI!” Teriak ibu warung.

. .. …

Mereka menancap gas nya untuk melihat sekejap rumah yang ditunjukkan ibu warung tadi. Mereka terlihat agak tidak yakin karna penampilan depan rumah yang ada rumput di dindingnya dan pagar yang berkarat.

“Ada cp nya Dim?” Tanya Dika.

“Ada, kalo kalian mau stay disini gue telponin nih. Kalo kaga gausa.” Kata Dimas.

Diqa lalu meraba pagar yang terkunci itu, tiba tiba dia merinding. Diqa melihat ke sekeliling rumah dan membatin Apa iya ini cuma beberapa bulan? Sapa tau beberapa tahun?

Andiqa ini juga merupakan paranormal enthusiast yang suka sekali berburu hal mistis. Waktu SMA, tidak jarang dia membuat vlog di kolam belakang sekolah yang terkenal seram.

“Gue sih ayok aja, itu tinggal di bersiin juga.” Sahut Diqa

Mahardika, Ajep, Jejep, Adul dan Arjun pun saling bertatap. Mereka ber 5 yang kurang yakin dengan rumah ini. Tapi mau tidak mau, rumah ini adalah kesempatan mereka juga.

“Y-yaa gue mau aja sih..” Jawab Arjun agak terbata.

Tanpa memikirkan jawaban sisa dari mereka, Dimas pun langsung memencet tombol telepon ke nomor yang tertera di depan rumah.

Disewakan, hubungi 0813- (Kintan) buat yang serius aja, cape akutu dikibulin mulu.

Ajep dan Jejep melirik disekitaran rumah, tidak masuk hanya di dekat pagar. Ajep dan Jejep juga dibilang sangat peka terhadap ‘mereka mereka’. Saat Ajep melihat ke pojok rumah, ada kakek kakek yang membawa gunting rumput, Ajep pikir itu adalah pak bon rumah itu jadi dia berteriak.

“PAKK!!” Lantas semua temannya kaget. Kenapa Ajep tiba tiba teriak.

“Lu apaan sih Jep.” Senggol Arjun.

“Gue liat ada pak bon disana tu dibelakang tadii.” Pernyataan barusan telah membuat semuanya bergidik merinding. Pasalnya, tidak ada yang melihat kakek tadi bahkan Jejep sekalipun.

“EH GAIS UDAH NYAMBUNG.” Kata Dimas yang sedari tadi mencoba menghubungi si pemilik rumah.

“H-halo? Mba Kintan?” Tanya Dimas di telpon yang di loudspeaker agar teman temannya ikut mendengarkan.

”Iya siapa?”

“Saya Dimas and my friends mba,” Kata Dimas sambil menyodorkan hp nya ke teman temannya.

“Haloo mba Kintannn.” Sapa semuanya ke Mba Kintan.

”Ohh iya iya, kenapa ya menghubungi saya?”

“Ini rumah yang di ujung jalan, punya mbak?”

”Iya, kenapa kamu mau sewa?”

“Iya mba, kalo boleh tau perbulannya berapa ya?”

”500 ribu aja. Kalo mau entar saya kesana.”

Mereka menganga. Karena rumah di depan mereka sekarang ini bisa dibilang luas. Saaangat luas sekali, sampai mungkin asean games bisa diadakan di halaman rumahnya. Ditawari dengan harga yang super duper miring, tanpa pikir panjang mereka mengiyakan.

Kalaupun urunan sangat bisa bayar sewa satu tahun sekaligus. Ya bayangkan saja 500ribu per bulan untuk 7 orang? Itu amat sangat murah.

“Oke mbak. Kita tunggu disini ya mbak.” Jawab Arjun.

”Okay i’m on my way.”

Tut tut tut tut..

Semua bernafas agak lega setelah mendapat hunian yang ‘cukup’ layak dengan harga yang murah, kantong mahasiswa banget kalo kata mereka.

“Bagus lah kalo gitu. Gue udah merinding sih di depan pger doang.” Sahut Ajep yang menerima tamparan mulut dari Jejep.

. ..

xxpastelline

#Awal kedatangan.

Sekelompok mahasiswa baru yang kebingungan mencari tempat tinggal dekat dengan kampus sedang berdiskusi ria di depan kampus sepulang ospek.

“Gue sama sekali ga nemu kos an cowo disekitar sini.” Kata Diqa.

Mereka ini sebenarnya adalah teman satu SMA yang secara kebetulan masuk di universitas yang sama dengan jurusan yang berbeda.

“Iya juga, gue capek pp dari rumah ke kampus apalagi gue gonceng ni badak satu.” Kata Jejep.

“Gamau nyari bareng aja tah? Keliling gitu deket sini sapa tau ada cuma ga keliatan aja.” Cetus Dimas.

Mereka memutuskan untuk memutar di sekitar kampus dan nihil, mereka tidak menemukan satu pun kos putra. Akhirnya mereka berhenti sejenak di depan warung yang lumayan ramai.

“Eh coba tanya ibu nya, tau kosan cowo ga?” Kata Diqa sambil menunjuk warung yang ada didepan mereka.

Mereka pun turun dari motor lalu beranjak masuk dan duduk. Jejep dan Ajep entah kenapa mereka lapar sekali lalu mencomot gorengan di depan ibu ibu warung dengan rasa tidak bersalah sama sekali. Dimas yang melihat itu geleng geleng kepala sambil beristighfar dalam hati.

“Maaf bu temen temen saya emang agak nggragas.” Kata Dimas dibalas oleh senyuman ibu warung.

“Emmm maaf bu, kalau boleh tanya di sekitaran sini ada kos putra ga ya bu? Saya sama temen temen saya lagi butuh bangett.” Tanya Mahardika.

Ibu warung tadi diam sejenak sambil membuatkan kopi lalu berbalik dan memberikan kopi kepada Dika. Ibu warung tersebut masih diam dan mengecek buku didepannya, yang dipikir oleh Dika ibunya sedang mencari nomor telepon kos terdekat.

“Gimana bu? Ada?” Tanya Dika lagi.

Ibunya tersenyum lalu bilang, “Selama ini jarang ada mahasiswa laki laki yang cari kos dek, jadi kos putra gaada disekitaran sini. Kalo ibu lihat di buku telepon lama ibu, ada kos putra tapi 10Km jauhnya dari sini.”

Mereka yang mendengar itu pun melotot. Sebenarnya tidak jauh juga, tapi sama saja dengan mereka bolak balik 20 kilo setiap hari. Mending pulang kerumah aja kalo kaya gitu mah.

“Ada tempat kosong sih dek,”

Andiqa antusias berdiri lalu menanyakan dimana tempat kosong tersebut. Ibu warung menuntun Andiqa keluar warung dan menoleh ke kanan tepat di ujung jalan. Disana terdapat rumah kosong yang tidak dihuni beberapa bulan terakhir kata ibu warung.

“Disana kalo gasalah disewain sih dek, tapi ibu gatau lagi. Kalo ibu liat kalian mahasiswa jompo yang harus bolak balik rumah kampus sampe boyok sakit semua ya? Makanya pake koyo ca-“ Belum selesai ibu itu bicara sudah di potong oleh Adul.

“Kok jadi iklan sih bu? Itu emang gapapa rumahnya kek di pojok banget gitu.” Tanya Adul.

“Ya gapapa aja, lagian kalian kan ber7 it would be perfect for you guys.” Mereka yang mendengar si ibu pake bahasa inggris pun melotot lagi. Apalagi si Andiqa yang notabene nya dia mahasiswa Sasing.

Wow miss, you can speak english don’t you?” Kata Diqa mengajak ibunya ngobrol.

“Nda isa mas. Wong ibu baca dari spanduk itu, ada artinya pula. Biar keren aja sih.” Kata ibu warung sambil menunjuk spanduk di depan warung.

Mereka menghela nafas berat, yaelah ni ibu batin mereka.

“Yaudah makasih ya bu.” Kata Dimas.

Si ibu agak bengong liat mereka pergi, kayanya ada yang aneh gitu. Dan ternyata benar, mereka belum bayar gorengan dan kopi yang tadi.

“WOY BELOM BAYAR INI!” Teriak ibu warung.

. .. …

Mereka menancap gas nya untuk melihat sekejap rumah yang ditunjukkan ibu warung tadi. Mereka terlihat agak tidak yakin karna penampilan depan rumah yang ada rumput di dindingnya dan pagar yang berkarat.

“Ada cp nya Dim?” Tanya Dika.

“Ada, kalo kalian mau stay disini gue telponin nih. Kalo kaga gausa.” Kata Dimas.

Diqa lalu meraba pagar yang terkunci itu, tiba tiba dia merinding. Diqa melihat ke sekeliling rumah dan membatin Apa iya ini cuma beberapa bulan? Sapa tau beberapa tahun?

Andiqa ini juga merupakan paranormal enthusiast yang suka sekali berburu hal mistis. Waktu SMA, tidak jarang dia membuat vlog di kolam belakang sekolah yang terkenal seram.

“Gue sih ayok aja, itu tinggal di bersiin juga.” Sahut Diqa

Mahardika, Ajep, Jejep, Adul dan Arjun pun saling bertatap. Mereka ber 5 yang kurang yakin dengan rumah ini. Tapi mau tidak mau, rumah ini adalah kesempatan mereka juga.

“Y-yaa gue mau aja sih..” Jawab Arjun agak terbata.

Tanpa memikirkan jawaban sisa dari mereka, Dimas pun langsung memencet tombol telepon ke nomor yang tertera di depan rumah.

Disewakan, hubungi 0813- (Kintan) buat yang serius aja, cape akutu dikibulin mulu.

Ajep dan Jejep melirik disekitaran rumah, tidak masuk hanya di dekat pagar. Ajep dan Jejep juga dibilang sangat peka terhadap ‘mereka mereka’. Saat Ajep melihat ke pojok rumah, ada kakek kakek yang membawa gunting rumput, Ajep pikir itu adalah pak bon rumah itu jadi dia berteriak.

“PAKK!!” Lantas semua temannya kaget. Kenapa Ajep tiba tiba teriak.

“Lu apaan sih Jep.” Senggol Arjun.

“Gue liat ada pak bon disana tu dibelakang tadii.” Pernyataan barusan telah membuat semuanya bergidik merinding. Pasalnya, tidak ada yang melihat kakek tadi bahkan Jejep sekalipun.

“EH GAIS UDAH NYAMBUNG.” Kata Dimas yang sedari tadi mencoba menghubungi si pemilik rumah.

“H-halo? Mba Kintan?” Tanya Dimas di telpon yang di loudspeaker agar teman temannya ikut mendengarkan.

”Iya siapa?”

“Saya Dimas and my friends mba,” Kata Dimas sambil menyodorkan hp nya ke teman temannya.

“Haloo mba Kintannn.” Sapa semuanya ke Mba Kintan.

”Ohh iya iya, kenapa ya menghubungi saya?”

“Ini rumah yang di ujung jalan, punya mbak?”

”Iya, kenapa kamu mau sewa?”

“Iya mba, kalo boleh tau perbulannya berapa ya?”

”500 ribu aja. Kalo mau entar saya kesana.”

Mereka menganga. Karena rumah di depan mereka sekarang ini bisa dibilang luas. Saaangat luas sekali, sampai mungkin asean games bisa diadakan di halaman rumahnya. Ditawari dengan harga yang super duper miring, tanpa pikir panjang mereka mengiyakan.

Kalaupun urunan sangat bisa bayar sewa satu tahun sekaligus. Ya bayangkan saja 500ribu per bulan untuk 7 orang? Itu amat sangat murah.

“Oke mbak. Kita tunggu disini ya mbak.” Jawab Arjun.

”Okay i’m on my way.”

Tut tut tut tut..

Semua bernafas agak lega setelah mendapat hunian yang ‘cukup’ layak dengan harga yang murah, kantong mahasiswa banget kalo kata mereka.

“Bagus lah kalo gitu. Gue udah merinding sih di depan pger doang.” Sahut Ajep yang menerima tamparan mulut dari Jejep.

. ..

xxpastelline