#First kiss
Suara dencit sepatu terdengar nyaring di hall Basket sore ini. Pertandingan antar SMA sedang berlangsung dengan ramai. Teriakan orang tribun juga memenuhi hall tersebut.
Berdiri seorang siswa yang menggemaskan di pojok lapangan selaku panitia pertandingan yang diselenggarakan di sekolahnya tersebut, sedang memperhatikan pemain bernomor punggung 15. Caraka. Nama dibalik jerseynya Caraka.
“Ayo kak, masukin. Plis.” Gumamnya.
Ragnala. Masih mengawasi seorang Caraka yang merupakan lawan main SMA nya hari ini. Alih alih mendukung sekolahnya, Nala mendukung pemuda bernomor 15 itu.
Saat Caraka berhasil memasukkan bola ke gawang lawan, Nala berteriak.
“KAK CARAKA YOU DID A GREAT JOB-“ Teriakannya barusan menarik perhatian semua orang termasuk Caraka.
Pertandingan selesai dan dimenangkan oleh SMA Nusa, sekolah Caraka.
“Nala lo bukannya dukung sekolah kita malah dukung sekolah sebelah.” Tegur salah satu panitia.
“M-maaf kak.”
“Kita itu tuan rumah. Jangan kaya gini lagi, ngerti?!” Bentak nya lagi.
Ragnala pun menunduk nunduk minta maaf di depan kakak osisnya itu. Dia merasa sangat tidak berguna.
“Heh! Emang apa salahnya sih ngedukung gebetan? Lo apa gapernah bucin?” Teriak seorang lelaki dari pinggir lapangan.
“Ini urusan sesama organisasi, gausah ikut campur, Rak”
“Kak Raka.”
“Diem dulu Nala. Lo.” Kata Raka melindungi Nala di belakangnya sambil menunjuk panitia tersebut. “Gue liat lo bentak pacar gue lagi, abis lo.” Ancam nya.
“Iya iya okay.” “Nala pulang sono lo capek kan? Ati ati. Bye dulu entar gue di tegur pacar lo lagi.”
“Pergi lo setan gausah sok perhatian.” Bentak Raka lagi.
Caraka. Tipe pacar yang posesif namun tidak terlalu agresif. Raka kalau sekali sayang pada seseorang, akan berusaha melindungi bagaimana pun caranya.
Nala duduk dipinggir lapangan sambil mengecek tas Raka yang isinya hanya jersey bekas keringat bertanding tadi. Raka yang melihat pacar kecilnya ini pun tertawa heran, sudah tau itu bau masih saja di pegang.
“Bau ga?”
“Bau lah kak.”
“Ya kenapa di pegang sayang?”
“Jangan panggil aku gitu di sekolah kak, plis.”
“Lagian udah gaada orang.”
Raka dan Nala sudah berlayar sejak Nala kelas 10 dan Raka kelas 11. Bertemu di olimpiade geografi saat melihat ranking. Senggol senggolan lalu jadian. Ngga bercanda.
Saat melihat ranking mereka di papan pangumuman Nala hendak berbalik badan namun tangannya tertahan oleh seseorang lalu di tarik berjalan menjauh dari papan.
“Yah kan ga menang.”
Nala bingung orang ini memang hendak menariknya atau salah orang.
“Kak? Sakit.”
“Loh? Kamu sapa?”
“Kakak siapa? Tiba tiba narik tangan ku tadi.”
“Oh maaf salah orang. Dari sekolah mana?”
“Sman 8 kak. Kakak?”
“Sma Nusa dek.”
Raka cukup lama menatap Nala karena baginya mata Nala indah sekali kala itu. Raka hingga lupa mencari teman yang dia bawa kesini di awal. Nala pun menatap Raka dalam, menurutnya muka Raka unik.
“Raka!”
Tatapan Raka buyar saat namanya dipanggil oleh temannya.
“Eh dek, boleh tukeran username? Mau dm an.”
“Oh boleh kak.” Dan jadilah sekarang RakaNala.
Raka masih memainkan bola nya di hall basket di saksikan pacarnya, Nala. Nala suka sekali pemandangan ini. Kaos putih yang sudah Raka ganti tadi sekarang sudah basah terkena keringat, rambut Raka yang basah juga menurutnya membuat Raka lebih menarik.
“Dek! Ayo main basket sini!”
“Gamau kak gabisa.”
“Ayo sayang.”
Entah mungkin efek Raka sekuat ini. Nala langsung berdiri dan menghampiri Raka yang sedang memegang bola basket.
“Coba masukin.” “Fokus sama kotak diatas nya, kalo kamu shoot kesitu nanti pasti masuk.”
Nala memposisikan dirinya bersiap siap melempar bola, Raka menunggu dengan ekspetasi tinggi pacarnya ini dapat memasukkan bolanya kedalam gawang.
“Jeduak”
“Aduh!” Teriak Raka saat bola basket meghantam kepalanya dengan keras.
“KAK RAKA!! Aduh maafin Nala demi apapun ga sengaja kak, mana yang sakit mana? Sini Nala obatin pake es. Bentar.” Nala berlari ke ruang ganti yang disana ada air cukup dingin untuk mengompres kepala pacarnya.
“Sini kak tiduran di paha ku, mau liat kepalanya.”
“Nala ati ati dong lain kali, kalo aku gagar otak entar yang jagain kamu sapa?”
“Kak ah diem dulu.”
Sambil Nala mengompres kepala Raka, Raka menatap Nala dari bawah. Lucu imut gemas cantik dan manis, lima kata itu yang ada di pikiran Raka. Pipinya memerah saat membayangkan bagaimana lembutnya pipi Nala jika di cium.
“Kakak malu?” Tanya Nala spontan.
“Nala, I’m obsessed with your face.” Kata Raka.
Sekarang pipi dan telinga Nala merah sekali, Raka belum pernah mengatakan ini sebelumnya. Kenapa sensasinya begitu kuat.
“So am i, kak”
Raka mendudukkan dirinya di sebelah Nala, lalu mencuri satu kecupan di pipi Nala yang membuat Nala tak habis pikir bagaimana bisa ini terjadi cepat sekali.
“KAK RAKAAAAAA!” “Gaboleh gituuu, ga adil tauu.”kata Nala sambil memajukan bibirnya. Raka? Sedang berlari ke kursi atas tribun untuk menghindari jotosan Nala.
“Wlee pipi nala udah ga perawan. Lagian pipinya gemesin banget sih pen aku makan.”
“Kan aku juga pengen cium kak Raka! Kesini ga!” Terjadilah kejar kejaran seperti film india, jika saja ada yang melihat mereka dan menyalakan speaker hall dengan lagu kuch kuch hotahe akan lebih pas dengan adegannya.
“Kak Raka udah ambil first kiss di pipi Nala sekarang gantian dong.!!”
“Gamauu ahahaha.” “Kejar kalo bisa cobaaa.”
Raka masih berlarian kesana kemari seperti anak Paud yang mengejar anak ayam, sambil tertawa ria berhasil mengambil first kiss di pipi Nala.
“I LOVE YOU SOO BADD RAGNALAA!!!!” Teriak Raka yang bisa di dengar dari segala penjuru Hall, membuat Nala bersalting ria.
. .. …
“I love you so bad too, kak Raka.” Kata Nala sambil tersenyum lebar.
“Kalo aja kakak masih disini, kita main basket lagi ya kak.”
. .. …
Nala menangis sendu di kursi tribun sambil mengingat pacar nya yang amat lawak itu. Sayang, Raka tidak bisa menemani Nala lagi.
“Istirahat yang tenang, kak.”
xxpastelline