#Love talk.
⚠️TW!! Dirty talk, unsave sex, slut shamming, cock playing, blow job, deepthroat and many more. Pokoknya jorok. Jorok banget. Read at your own risk.
I can hear it callin'
Lovin' the way you wanna talk.
Touch me, tease me, feel me up.
Lagu Love Talk milik WayV ini menggema di dalam mobil Pond yang tengah terparkir di depan rumah Phuwin. Dia menunggu kekasih nya untuk membeli buku Sbmptn mengingat Phuwin akan mengikutinya beberapa bulan lagi.
Terlihat Phuwin keluar mengenakan kaos putih tipis yang memperlihatkan nipple nya dan celana coklat diatas lutut.
Pemandangan ini cukup membuat Pond pusing menahan birahi melihat kekasihnya yang masih sma ini.
“Kak? Nunggu lama?” Kata Phuwin yang membubarkan lamunan Pond.
“I-iya, eh engga. Phu itu gaada baju lain apa?”
“Cuma ke toko buku doang ngapain pake baju bagus, pake ini aja jadinya.”
“Liat kakak dong? Ngapain pake kemeja segala cuma nganterin beli buku juga, mau caper?” Kata Phuwin memajukan bibirnya.
“Engga tapi itu keliatan banget Phu.” Pond sambil menunjuk sesuatu di dada Phuwin.
“Yaudah sih kak, emang sapa yang mau liat.”
Pond menghela nafas.
GUE SANGE ANJING TUTUP. Teriak Pond dalam hati.
“Gaada yang liat tapi gue liat.”
“Kan kakak pacar gue emang kenapa sih keknya risih banget.”
“Entar gue gigit panik.” Ancam Pond.
“Yaudah nih gigit.” Phuwin mengarahkan dadanya ke wajah Pond.
Ni anak emang bener bener pengen di serang apa gimana.
Kata Pond dalam hati.
Lantas Pond menggigit bibir bawahnya. Benar benar Phuwin sangat menggoda Pond hari ini.
“Eeits! Pulang dari beli buku. Papa sama mama gaada di rumah juga.”
“Wah nantangin ni anak.”
Dengan cepat Pond menancap gas ke toko buku, dan disamping nya Phuwin hanya senyam senyum seperti dia sudah merencanakan hal ini.
“Beli buku nya jangan lama lama, pake jaket gue. Gamau kalo aset gue diliat orang orang.”
“Asat aset huh. Iya bentar ya kak sayang ku, kayanya ga sabaran banget nih.” Phuwin menunjukkan smirk nya kepada Pond.
Gila gue gila. Gue abisin lo malem ini.
“Shit kenapa lagu ini keputer sialan.”
Here we are all alone in this room
And girl i know where to start what we gonna do.
I'll take my time we'll be all night girl
So get ready babe
Take you down -Chris Brown
“Apa gue pemanasan dulu ya. Udah lama juga ga main.”
“Tapi gue takut Phuwin tiba tiba dateng.”
Pond perlahan meraba bagian sensitifnya yang sudah setengah menegang dari tadi.
“Shh Phu.” Erang lirih Pond. Baru saja di raba dari luar celana, tapi Pond sudah benar benar menyerah pada birahinya.
Saat melihat Phuwin keluar dari toko buku, dengan cepat Pond menghentikan aktivitas 'pemanasan' yang bahkan belum di mulai.
“Udah?” Tanya Pond yang tidak di gubris Phuwin.
“Kak.”
“Em?” Jawab Pond sambil mengeluarkan mobilnya dari parkiran.
“I saw you a few minutes ago. Rolling your eyes. What happen? You touch yourself uh?” Tanya Phuwin.
Pond terlihat panik.
“Engga.”
“Emang rolling eyes doang gaboleh?”
Phuwin meletakkan tangannya di paha Pond tiba tiba, sehingga membuat kekasihnya kaget setengah sadar.
“Gabisa sabar?”
“Phu gue lagi nyetir ajir.”
“You can touch yourself. But in front of me only. Gimana kalo tadi ada yang liat hm?” Kata Phuwin sambil mengelus paha Pond yang membuat empunya sedikit kesal.
“Phu stop anjir, nanti gue ga fokus.”
“Bukannya udah ga fokus dari tadi? Dikira gue ga bisa liat? Mana pake celana agak ngetat lagi.”
“Ini udah tegang banget?” Phuwin dengan segala serangannya menyentuh bagian paling berharga Pond.
Pond sudah pusing sekarang. Bagaimana bisa dia menahan ini saat pacarnya sudah berkata kata demikian? Lantas Pond mengenggam lengan Phuwin.
“Phu. Abis ini sampe rumah, jangan gini.” Tahan Pond.
“Yang ga sabaran tadi sapa ya? Gamau disentuh disini?” Lagi lagi Phuwin meremas paha Pond.
“Mau di sepong sekarang, sir?” Benar benar gila Phuwin. Di remasnya gundukan pacarnya yang membuat empunya mengerang lirih.
“Phuwin don't. Gue nih, anjir lo kira gue tahan?”
“Diem dulu.” Bukannya menancap gas, Pond malah membuatnya sedikit pelan.
Phuwin kembali ke duduk nya dan memasang smirk. Tangan Pond tidak bisa diam di kemudi saja, setelah apa yang Phuwin lakukan, Pond ingin mendominasi juga.
“Kok malah pelan?” Tanya Phuwin.
“Mumpung jalannya sepi.” Tangan Pond sudah berada di depan benda pink di balik baju Phuwin.
“Ini, gue pengen cubit dari tadi. Mau di cubit?”
“Go ahead.” Tantang Phuwin.
“Jangan lupa liat jalan. Biasanya orang kalo lagi kelebihan hormon tiba tiba jadi bego.”
“Gak.”
Tangan Pond digunakan menyetir dan yang lainnya mencubit dan meraba dada pemuda berumur 18 tahun disampingnya, yang di dominasi hanya bisa menutup mata keenakan.
“Tadi yang mulai duluan kuat, giliran diginiin udah nutup mata. such a slut.“
Perkataan barusan tidak di gubris oleh Phuwin, dia meneruskan aktivitas keenakannya. Tak lama kemudian tangan Pond sudah berada di bawah.
“Ini juga. Udah tegang banget kayanya pengen di kocokin? Buka celananya coba.” Kata Pond, yang diajak bicara menurut. Phuwin membuka kancing dan resleting celana coklat itu.
Tak perlu pelumas, ternyata cairan precum Phuwin sudah keluar, digunakan Pond untuk melicinkan benda panjang berdaging itu.
“Lah udah keluar precum berarti dari tadi juga lo udah sange ya?” Pertanyaan itu tidak di gubris lagi oleh Phuwin.
Pond memainkan ujung penis Phuwin dengan perlahan, lalu mengocoknya pelan.
“Ah, hmf kak.” Erang Phuwin.
“Lemah banget sih, baru dua kali naik turun udah ngerang aja, mau di kencengin ga?”
“Ah..hah, please j-jush ah go fashter p-please.”
Pond benar benar mempercepat tempo mengocok penis Phuwin. Phuwin hanya bisa mendesah dan menggengam kursi penumpang untuk melampiaskan nikmatnya.
“Oh my god, your dick is gonna blow up cepet banget.”
“Ah.hmmf ah mau keluarh kak hah ah ah hah.”
“Let them out then.“
Phuwin mencapai putihnya, yang membuat itu keluar hanya tersenyum lebar.
“The game is on me, Phu. Jangan ngesok jadi dominan makanya.” Ejek Pond.
“Iya maaf.”
“Bersiin itu. Abis ini gue abisin beneran lo.” Ancam Pond.
Mereka berdua sudah berada di kamar Phuwin yang tidak begitu besar tapi nyaman untuk berbuat 'itu'
“Lo mandi.”
“Nanti baru gue mandi.”
Yang diajak bicara hanya mengangguk iya. Phuwin melepaskan Pakaiannya tepat di depan Pond. Pond frustasi melihat bokong fluffy Phuwin yang terpampang jelas di depan matanya. Ingin rasanya meremas bongkahan itu.
“Shit. Tunggu ayo mandi bareng aja.”
“Sana jalan duluan.”
Plak
Tampar Pond pada bokong Phuwin. Yang ditampar hanya diam. Ini bukan pertama kalinya mereka akan berhubungan badan. Tapi Pond adalah dominasi yang sangat baik.
Setiap akan melakukan ini, rasanya seperti pertama kali bagi Phuwin, entah kenapa tapi begitu rasanya.
Pond duduk di closet memantau Phuwin membersihkan diri. Phuwin yang menyadari nya pun menggoda Pond dengan cara mengusap tubuhnya binal. Saat akan mengusap lubang nya, dengan sengaja dia agak menunungging sehingga memperlihatkan lubang pink nya di depan Pond.
“Sialan. Ngegoda gue lo ya?”
“Join me then.” Phuwin mengatakannya dengan senyuman penuh nafsu dan melambaikan telunjuk dan jari tengahnya guna memanggil Pond.
“Lo mau main disini apa di kasur sih?” Kata Pond sambil meremas bokong Phuwin yang masih terbalut sabun, membuat empunya merinding.
“Dua duanya.”
“Kuat?”
“If it's you kak, no matter how many ours we play i will open my thighs wide for you.” Kata Phuwin sambil mengalungkan tangannya pada leher Pond.
Sial. Dirty talk Phuwin barusan membuat Pond merinding. Bagian selatannya pun sudah mulai menengang. Lagi.
Pond mulai menarik tekuk Phuwin dan mencumbu bibir pink Phuwin sembari meremas bokong Phuwin lagi. Entah tapi itu spot favoritnya hari ini.
“Emhh.” Rintihan Phuwin mulai terdengar sekarang. Penis mereka juga sedang bergesekan dibawah sana membuat keduanya semangat melakukan aktivitas kotor ini.
“Bilas dulu sabunnya atuh, asem dong gue mau nyium leher lo.”
Di nyalakannya shower diatas kepala mereka, membuat aktivitas ini semakin panas. Berciuman dibawah shower seperti ini membuat birahi makin naik.
Ciuman Pond mulai turun ke leher jenjang kekasihnya, memberi tanda keunguan disana. Phuwin mengerang sedikit merasakan aktivitas kekasihnya ini.
Dan turun, sampai lah Pond dihadapkan dengan benda panjang berbola dua milik pacarnya.
Dia remas dan sedikit memainkan kepala penis Phuwin, membuat Phuwin menjambak Pond untuk melampiaskan nikmatnya.
“Should i give you a deepthroat?” Tanya Pond sambil memegang penis Phuwin dan membuka mulutnya lebar.
“No, let me do it. Tadi kakak udah blow job aku di mobil. Gantian, aku aja yang kasi kakak deepthroat” Tawar Phuwin.
Pond bangkit dari jongkok nya dan berdiri, Phuwin sudah memposisikan mulutnya tepat di depan penis Pond. Sebelum itu, Phuwin meremas Penis Pond dan mengocoknya sebentar.
“Hah-ah hm Phu-ah. Masuki-ah masukin aja lama banget lo.”
“Bentar dong, pemanasan. Apa mau gue jilat dulu kaya gini? Hmh.”
Kurang ajar. Phuwin menjilat kepala penis Pond dengan pelan membuat Pond mengerang keenakan. Tangannya tidak tinggal diam, dia meraba raba bola di bawah sana.
Pond? Menutup dan membuka matanya sambil memainkan putingnya sendiri. Rasa ini sungguh nikmat.
“Gue masukin ya?”
“Cepet.”
Dalam sekali hentakan Phuwin sudah bisa memberi Pond deepthroat. Benar benar hanya sekali tapi penis Pond sudah masuk sedalam itu di mulut Phuwin.
Pond yang masih memainkan putingnya pun turun menjambak Phuwin untuk memaju mundurkan kepala Phuwin.
“You such a slut, Phu! Ah enak banget sialan. Deeper please!“
Pond terus terusan mendesah kan nama Phuwin. Yang dibawah pun bangga triknya berhasil membuat Pond mengerang keenakan berkali kali.
Saat Pond akan mencapai puncak nya, Pond menarik kepala Phuwin dan menghentikan nya.
“Kenapa kak?”
“Gue gamau keluar sebelum gue masukin lo.”
“Isi bathup nya. Gue mandi bentar.”
Phuwin mengisi bathup yang lumayan besar untuk dua orang, phuwin menunggu Pond mandi di bibir bathup. Menggigit bibir bawahnya melihat perut Pond yang kotak kotak seperti sawah di daerah Bali.
“Jangan gitu lah ngeliatinnya, kaya mau makan aja.”
“So can i eat you kak?“
“Ofc abis ini sabar. Gue mau bersihin dulu, abis itu lo boleh makan gue sepuasnya.” Keduanya terkekeh.
Pemandangan yang Phuwin lihat bisa membuat tangannya sedikit memijat penisnya sendiri. Sangat indah. Badan Pond sangat indah.
Pond sudah selesai mandi dan menyadari Phuwin sedang menyentuh dirinya sendiri.
“Oi jangan main sendiri dong.”
“Maaf kak, abisnya.”
“Abisnya apa sayang?” Kata Pond menarik dagu Phuwin dan mencium bibirnya.
Perlahan mereka masuk kedalam bathup tanpa melepas ciumannya sama sekali. Bisa dilihat air liur menetes sampai ke dagu keduanya.
“Can i?” Pond memulai pemanasan pada lubang Phuwin dengan memasukkan satu jarinya yang sudah dia lumuri lubrikan tadi.
Phuwin membenamkan wajahnya pada pundak Pond dan meremas pundak Pond menahan sakit saat jari Pond masuk lubang senggamanya.
Iya sudah beberapa kali melakukannya pun Phuwin belum terbiasa.
Dengan tempo yang standar, jari pond ia keluar-masukkan dan membuat Phuwin sedikit mencakar punggung Pond.
“Apasih belom juga dalem, udah cakar cakar.”
“Emh. Ma-masukin lagi.”
Disana sudah masuk dua jari Pond dengan gerakan menggunting guna memberi latihan untuk penetrasinya nanti.
“Kak-ahh-hm.”
“Apa mau keluar?” Phuwin mengangguk di pundak Pond.
Dengan cepat Pond memgeluarkan jarinya dari lubang senggama Phuwin. Wajah kesal pun terukir di wajah Phuwin.
“Fuck.“
“Ahaha kesel ya? Sini.” Ujar Pond sambil menarik pinggang ramping Phuwin.
Phuwin sudah memposisikan dirinya di depan Pond, membuka pahanya lebar lebar untuk akses Pond. Tapi Pond diam sejenak dan menyentuh penisnya sendiri, memijatnya dengan dua jari. Hal yang dilakukan Pond barusan membuat Phuwin semakin frustasi.
“Kok lo malah main sendiri?” Ujar Phuwin kesal.
“Jalang nya Pond udah pengen dienakin, uh?”
“Gue pengen liat lo ngocok sendiri dulu dong?”
Apapun itu Phuwin sedang kesal dengan Pond. Tapi kalau tidak dituruti mana bisa enak dia malam ini. Akhirnya Phuwin mengocok penisnya sambil mendesah hebat.
“Ah-hah gueh maunya ah-kontol lo kak.”
“Nungging sana.” Phuwin tidak melakukannya.
“No, let me ride you, kak.”
Pond merinding sekarang, bisa bisanya Phuwin menawarkan hal itu. Yang pastinya tidak akan di tolak oleh Pond.
“Hm udah dibilangin jangan terlalu mendominasi. Tapi gapapa go ahead nanti kan lo nyerah juga. Cepet naik.”
Plak Pond menampar bokong sintal Phuwin. Lagi.
“Ahh.” Phuwin mengerang.
Butuh beberapa menit beradaptasi dengan penis besar Pond. Sepertinya Penis Pond semakin hari semakin besar dan panjang dirasa Phuwin.
Pond meremas pinggang Phuwin dan membantunya bergerak naik turun.
“Shh Phu, you can't even move faster, don't you? ah-hah.”
Mendengar diejek oleh yang di bawah, Phuwin mempercepat gerakannya sambil memegang pundak Pond dan meremasnya. Pond dibawah sana akan mencapai klimaks juga menggerakkan pinggul nya cepat.
“Kak-ah mau keluarh ah-hah.” Mendengar perkataan itu pun langsung meraih penis Phuwin dan mengocoknya cepat. Membuat Phuwin pusing dengan segala rangsangan ini.
“Together Baby.”
“Phuwin you look so sexy when you ride me. You know it?“
“Aahh.” Desahan panjang Phuwin menandakan dia sudah keluar, dan mengotori perut Pond.
“Bentar, dikit lagi ah-hah.”
“Kenapa sempith banget sih, Phu. Enak banget.”
Keduanya mencapai putihnya pada waktu yang sama. Phuwin yang tadinya tegak diatas Pond sekarang meringkuk lemas.
“Masih segini udah lemes? Katanya kuat.”
“Hais kak. Ni (menunjuk penis Pond) lo kasih apa? Kok keknya tambah besar?”
“Ga gue kasi apa apa. Keknya emang gue masih puber sih.”
“Puber apaan sih kak. Gue belum capek. Tenang.”
“Tapi diem dulu kaya gini, gue masih ngos ngos an.”
Pond menatap seluruh inci tubuh Phuwin yang ada di atasnya dan menuju ke pink nipple milik Phuwin.
Pond menjilat benda itu sampai Phuwin menjambak Pond.
“Kakh p-lease ah.”
Tangan Pond tidak tinggal diam, dengan pelan meremas bongkahan bokong Phuwin membuat Phuwin gila.
“Enak sayang?”
“E-nakh-hh kak pon-dh.”
“Pindah ke kasur ya?”
“Hmmh.”
Pond menggendong Phuwin sambil mengambil handuk untuk menyeka badan mereka yang masih basah oleh air.
Di lemparnya Phuwin ke kasur oleh Pond. Phuwin bisa melihat jelas penis Pond yang masih berdiri terpampang di depan wajahnya. Phuwin menggigit bibir bawahnya menggoda Pond.
“Kak.”
“Sabar Phu,”
“Mau rimming boleh?”
“Em, boleh banget nungging dulu ya sayang? Hm?” Kata Pond menyantap bibir Pond yang agak bengkak bekas kegiatan tadi.
Pond menghisap bibir Phuwin seakan tidak ada hari esok. Mulai memasukkan lidah nya dan mengabsen gigi Phuwin. Dilepasnya tautan ciuman itu, dan meraup oksigen sebayak banyaknya.
Setelah kegiatan ini, Phuwin langsung menungging mengarahkan lubangnya ke wajah Pond.
“Look at you phu? Langsung nungging kaya gini, nurut banget ya jalang nya Pond.”
Tak di gubris Phuwin, Pond lalu melesakkan benda tak bertulang itu ke lubang Phuwin.
“KAK! AHKM.”
Jilatan demi jilatan Pond berikan kepada Phuwin sampai Phuwin kewalahan.
“Stop, i need your dick.” Ujar Phuwin.
“Nyuruh ya?” Pond meremas gemas bokong Phuwin dan mengusapnya pelan.
Pond memposisikan Penisnya di depan lubang Phuwin dan siap untuk melesakkannya. Tapi Pond berhenti.
“Oiya Phu, dari tadi gue gapake kondom gapapa ya?”
“Gahpapah. Cepet masukihn gue- gakuat kak.”
“Bayangin lo lagi main sendiri Phu, jari tengah lo masuk keluar di lobang sempith ah lo ini, ah enak banget. Tangan lo ngocok kaya gini, ah-hah hshh” Pond meraih penis Phuwin yang menggantung disana.
Pond memulai penetrasinya pelan pelan, walaupun ini ronde kedua, sama saja lubang Phuwin sangat ketat.
“Kak ah-shh ah deeper please ah.”
Pond menggerakkan pinggulnya dengan tempo pelan, dia ingin permainan kali ini bertahan lama. Di usapnya bokong sintal Phuwin membuat empunya mengerang.
“Sh-ah slap me kak, shh“
“As your wish honey“
plak
plak
Tamparan Pond kali ini lebih keras dan memberi bekas kemerahan di bokong Phuwin. Dirasa akan mencapai puncak Phuwin mengerang keras.
“Ah-hah daddy go fashter please hah-ah ah disitu kak ah-.” Erang Phuwin saat Pond mengenai prostat nya.
“Phu? U just call me daddy? Ok i'll go faster then.” Dan benar saja Pond mempercepat tempo nya dan mencapai putihnya tak lama di susul oleh Phuwin.
“Lemes kak.” Kata Phuwin merebah di kasur.
“Yee yang minta dua ronde sapa?”
“Iya sih, tapi ah udah lah besok besok kuat sampe 10 ronde.”
“Buset mau itu apa mma.”
xxpastelline