Hari kelulusan Pond pun tiba. Dia sudah siap dengan jas rapi di depan kaca. Kelulusan kali ini tanpa ditemani satu keluarga pun.
Dia berusaha tersenyum selebar mungkin untuk menutupi masalah yang sedang ia hadapi.
“Okay relax, everything will be okay.”
Dengan baju serapi itu, dia terpaksa menggunakan vespa kuningnya kesekolah. Tidak ada kendaraan lain yang memungkinkan untuk menyusul keterlambatannya hari ini.
Sesampainya di sekolah, dia melihat teman temannya yang di dampingi oleh ayah atau ibu nya.
“Coba aja kalo dulu gue ga..” “Forget it Pond, it's a mistake. Inhale exhale. You got this.”
“Pond!!” Teriak salah satu temannya dari kejauhan.
“Winn!” Pond kegirangan karena sahabatnya ini senasib dengannya, tidak ditemani siapa pun.
“Pond ganteng banget dah. Lo? Sendiri kesini?”
“Iya lah, sama sapa lagi ahaha. Lo juga sendiri?”
“I was, but i have you now ahaha. Btw, Pond lo udah liat pengumuman snm?”
“Eh udah di umumin? Lo udah liat?”
“Udah di depan ruang tu, gue belom sih. Liat bareng yok? Gue berharap kita bisa sekampus.”
Dia adalah Tawin. Teman Pond sejak duduk di sekolah dasar. Entah apa yang menyihir Tawin hingga tahan berteman dengan Pond selama itu.
Siklus pertemanan Pond dan yang lain tidak berlangsung lama, hanya sebatas angin malam saja. Bukan Pond yang meninggalkan tapi mereka. Tapi lain dengan Tawin, dia bertahan hingga sekarang.
“Pond. Satu univ. Beda prodi.” Kata Tawin setengah sadar karena kegirangan. “Lo kedokteran, gue sastra inggris.”
“Demi apapun win? Kita sekampus win sekampus.” Pond memeluk Tawin dengan erat, masih tidak percaya bisa satu kampus dengan Tawin.
“Gue harus kabarin Beam.”
Pond menelepon Beam.
“Halo? Beam. Gue keterima fk sumpah.”
“Yang bener kak? Huaa selamatt. Cepet kesini dongg gue udah kesepian.”
“Siap cantik, malem ini gue berangkat. Gausah bilang mama sama papa dulu ye Beam, entar gue sendiri yang kasi surprise.”
“Oke kak. Ati ati ya nanti malem.”
“Siap Beam.”