write.as

truth or dare? truth or truth. seungwoo dan seungyoun sekarang sama-sama duduk di atas kasur seungyoun, bersebelahan menyandar di dinding. "kita take turns aja." kata seungwoo. seungyoun mengangguk, "lo dulu." "3 orang yang paling lo sayang." seungyoun mendengus. soalannya kok level anak tk. "3 doang?" "ok, tell me one only." "easier. mama gue." seungyoun menyisip susu strawberry, "lo?" "sejin." seungyoun mengerling seungwoo tajam. "kenapa kalian gak pacaran aja? sejin kan ideal type lo." seungwoo ketawa, "loh, cemburu?" telinga seungyoun memerah, "siapa cemburu hah?!" "gue udah gak suka yang kalem kayak sejin. sekarang gue sukanya yang berisik--" jantung seungyoun udah mau copot. "--kayak byungchan." lupakan jantung seungyoun. seungyoun mendengus kesel, tolong tahan dia daripada menggebuk ketua osis di sebelahnya itu. "ok, giliran gue. how do you see yourself in 10 years?" "in your arms." seungyoun menghela nafas, sebel banget ya Tuhan. "seungwoo..." "iya, iya. bentar gue minum dulu." seungwoo meneguk abis susu pisangnya sebelum kembali menjawab, "di rs. jadi dokter bedah." "lo pengen ambil bedah?" "bokap gue yang mau. seungyoun, people like us, do we even have chances to choose, to determine our paths? it was set even before we were born." seungyoun cuman mendengar tanpa memberi apa-apa reaksi, hanya matanya berkedip sesekali. "even marriage?" tanya seungyoun. "nggak menjawab soalan extra." seungwoo menyeringai yang membuat seungyoun memutar bola matanya kesel. "kalau lo?" "gantiin mama kali. pokoknya waktu itu gue cuman mau mama seneng-seneng, gausah kerja lagi. she can spend her times that she lost while working hard for me now." seungwoo diem. "seungyoun, what's the thing you hate the most?" seungyoun mengernyit alisnya heran tapi masih menjawab, "lies." "kalau gue, keeping the truths."