write.as

𝐚 𝐠𝐚𝐦𝐞 𝐟𝐨𝐫 𝐭𝐰𝐨

β€”

Jelita membalikkan tubuhnya, kedua siku tangannya menumpu berat tubuhnya, posisinya kini tengkurap menghadap ke Hisyam.

β€œKiss me.”

Hisyam menaikkan sebelah alisnya, ujung bibirnya naik membentuk seringaian jahil. β€œHere? in your co-working space that has cctv watching us 24/7?” Hisyam melirik ke arah cctv di atas kanan mereka.

Perempuan itu cemberut, β€œWhy not? toh aku gak bawa kamu ke kamar.”

β€œJelly i’m not even supposed to be here according to your visitor hoursβ€”β€œ Jelita memotong ucapan Hisyam, bibirnya mengecup bibir Hisyam cepat membuat laki laki itu membelalakkan matanya kaget.

β€œJel ada cctv????” Hisyam menegakkan badannya, sebelah tangannya menutupi bibirnya seakan akan takut diserang kembali oleh Jelita.

Jelita ikut duduk tegak, kini ia yang memasang senyum jahil, β€œBodoamat. Hukuman karna jailin aku kaya tadi.” tangan Jelita berlipat didepan dada.

β€œYou cant do this to me, Jel.” Hisyam menggelengkan kepalanya, β€œKalo udah kayak gini pilihan keduanya masuk ke kamar kamu atau kita ke apart aku sekarang.”

Kini giliran Jelita yang menutupi mulutnya dengan sebelah tangan, tak percaya dengan kata-kata yang barusan Hisyam ucapkan. β€œMESUM BANGET IH KAMU MALES AH!!!!” tangannya bergerak memukuli Hisyam dengan kencang.

β€œEH EH YANG MULAI SIAPA AKU TANYA????” Hisyam refleks mengambil bantal sofa untuk melindungi dirinya dari serangan Jelita.

Kedua insan itu masih sibuk dengan pertikaian mereka sampai tiba-tiba pintu belakang yang langsung terhubung ke co-working space terbuka, menampakkan seorang lelaki tinggi dengan pundaknya yang tegap. Separuh wajahnya tertutup masker, dipundaknya bertengger tas ransel dengan stick drum yang mencuat dari sela-sela resleting.

Jelita langsung berhenti, begitu pula dengan Hisyam yang matanya langsung tertuju pada laki laki berpakaian serba hitam didepannya ini.

β€œEh kak Dev, baru pulang kak?” ujar Jelita yang sudah di posisi duduk bersimpuh di atas sofa. Hisyam refleks menutup kaki Jelita yang hanya berbalut celana pendek dengan bantal sofa yang dipegangnya. Ia menyadari perubahan air muka Jelita saat melihat Dev.

Oh jadi ini anak kost baru yang gantiin Daren.

Tapi Jelita kok gak cerita ya?

Waduh.

Kira kira gitu isi batinnya Hisyam sekarang.

Dev menurunkan masker yang menutupi wajahnya, β€œEh maaf ganggu, tadi gua mau lewat pintu depan lupa bawa kunci, terus liat lampu disini nyala jadi lewat sini.”

Senyum Jelita merekah, dan Hisyam menyaksikannya. β€œIya iya gapapa kak! santai aja padahal tinggal bilang di grup biar aku bukain pintu depannya,”

β€œGua Hisyam, pacarnya Jelita.” ujar Hisyam tiba-tiba tanpa membiarkan Dev menjawab tawaran Jelita. Ia berdiri, tangannya terulur ke arah Dev.

Dev nampak terkejut melihat Hisyam, wajahnya sangat sangat tidak asing. Namun ia hanya mengabaikan fikirannya dan menyambut uluran tangan dari Hisyam. Mereka bersalaman. β€œGua Dev angkatan 16, Lu anak UBP juga?”

Hisyam mengangguk, β€œIya bang, anak arsi angkatan 18.”

Jelita hanya memperhatikan pemandangan didepannya. Tidak pernah menyangka perpaduan wajah antara kekasihnya dan kating idamannya dahulu bisa sesempurna ini.

β€œSuka nongrong di Warsin juga gak? belakang FEB?” tanya Dev tiba tiba.

Jelita menahan tawanya, Hisyam? nongkrong di Warsin? mana mau. Anaknya pasti lebih milih belajar atau menyendiri di apartementnya sambil berkutat sama tugas-tugas tiada akhirnya itu.

β€œWah jauh bang dari fakultas gua,” jawab Hisyam. β€œLu masih suka nongkrong disitu emang bang?”

Dev mengangguk, β€œMasih sih, alumni juga masih banyak yang nongkrong.”

Hisyam hanya mengangguk, mulutnya membentuk huruf β€˜o’. Si dev ini rada TMI ya ternyata orangnya.

β€œNongkrong dah sekali-kali ke Warsin. Gua punya temen mirip banget sama lu.” lanjut Dev.

Ohh ternyata itu maksudnya.

Hisyam tersenyum simpul, β€œSerius bang? hahaha iya dah nanti gua liat yang mana yang mirip sama gua.”

Lah jadi akrab.

Perasaan tadi Hisyam bete karna Jelita excited banget pas liat Dev?

Jelita ikut ketawa, walaupun dia meragukan niat Hisyam β€”karna sekali lagi, nongkrong adalah satu hal yang bukan Hisyam banget. Tapi yaudah. Yang penting Hisyam mau bersosialisasi sedikit.

β€œWoy Dev,”

Semua atensi langsung tertuju pada perempuan yang kini berdiri di ambang pintu. Sedangkan fokus si puan hanya tertuju pada Dev semata.

β€œMobil lo pindahin, jangan kebiasaan parkir di tempat orang lain.”

Dev mendengus, laki laki itu menyisir rambutnya kebelakang. β€œEmang ada papan disitu yang nandain kalo itu parkiran khusus lo?”

β€œDari kemarin udah gue tolerir ya Dev, kalo lo parkir disitu gue otomatis harus parkir di belakang mobil Halwa dan dia bakal nelponin gue tiap pagi buat mindahin mobil!”

Laki laki itu menarik nafas panjang, sedangkan Jelita dan Hisyam saling melirik, bingung dengan apa yang sedang terjadi.

Dev menaruh tasnya di atas meja, ia kemudian berjalan melewati Lily yang berdiri di ambang pintu dan sedang menatapnya dengan kesal.

Jelita langsung menarik tangan Lily ketika dilihatnya Dev sudah berada di parkiran. β€œMain Dav Dev Dav Dev aja lo! Sejak kapan lo ributin parkiran sama dia?!” tanya Jelita bertubi-tubi.

Lily mendengus, ia memutar bola matanya. β€œKepo lo ah.” ujarnya sebelum ikut berjalan keluar untuk memindahkan mobilnya.

Meninggalkan Jelita dengan senyuman lebar di wajahnya.