write.as

Benar saja, motor ojek online yang ditumpangi Yeji, kini menurunkan dirinya di depan kediaman laki-laki yang berani mendiamkannya selama tiga hari. "No! Jeno! Permisi! Tante Lee!" Yeji berteriak sambil berjinjit berusaha melihat keadaan di balik pagar yang tidak terlalu tinggi itu. Keningnya mengkerut, terheran dengan teras rumah Jeno yang penuh debu dan banyak daun berjatuhan di atasnya. Ia tahu, sangat tahu bahwa tante Lee -Mama Jeno- sangat menyukai kebersihan, bagaimana bisa teras rumahnya sekotor itu? "Permisi, tante Lee! Yeji dateng nih!" Masih sepi, belum ada jawaban juga. Tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di depan Yeji yang kini sedang berdiri menghadap ke jalanan. Ia kenal mobil itu, mobil sedan biru dongker kebanggaan papanya Jeno, dulu ia sering naik mobil itu untuk menemani Jeno jika cowok itu ada jadwal kursus gitar. Dari dalam mobil, keluarlah seorang wanita paruh baya yang sangat Yeji rindukan senyumannya. "Yeji?" "Tante Lee! Kangen!" Keduanya saling berpelukan, melepas rindu akibat tidak bertemu lebih dari lima bulan. Sejak Jeno disarankan untuk pindah perawatan ke rumah sakit di Bandung, keluarga Lee ini juga ikut menetap di sana. "Kamu ngapain di sini sayang? Lama berdirinya ya?" tanya mamanya Jeno. "Iya nih, Jeno daritadi aku panggilin gak keluar tan." Sebuah degupan kencang menghantam dada nyonya Lee, tapi ia masih memaksakan sebuah senyuman manis kepada Yeji. "Yeji nyari Jeno?" "Iya tan, dia nyebelin banget! Katanya mau pulang, tapi masa chat Yeji dicuekin tiga hari!" ucap Yeji kesal. Diusapnya perlahan pundak Yeji, wanita itu masih mempertahankan senyumannya. "Iya, Jenonya pulang kok." "Mana tan? Ngumpet di mobil ya?" "Jeno udah pulang, Yeji." Walaupun kalimat tersebut terdengar seperti pengulangan bagi Yeji, tapi ia tau kalimat 'sudah pulang' itu tidak bermakna sama dengan apa yang Yeji harapkan. "Nanti hari Minggu, Yeji mau liat Jeno?" Yeji mengangguk perlahan. - P U L A N G [ YEJENO ] - "Hai, Jeno." Sapaan tersebut keluar dari mulut Yeji bersamaan dengan dirinya yang sudah duduk berlutut di samping batu nisan bertuliskan nama Jeno. "Gue dateng lagi kan? Gue selalu tepat janji, emangnya lo," kata Yeji menaburkan kelompak mawar. "Gue kira setelah lo bilang mau pulang, gue bakal punya temen kalo dipanggil ke BK lagi, nyatanya sampe sekarang gue semester empat kuliah pun, gue sendirian tuh." "Tapi gapapa, sejak gue kesini sama mama lo, gue gak pernah dipanggil ke BK lagi kok, keren kan gue." Yeji menghembuskan napas kasar. "Jeno, Yeji kangen banget, mau peluk."