Nissinwafergg

teamlampunyala

Jihoon Point Of View

Salah satu pengalaman paling gaenak adalah lo tidur tapi lo kaya ga tidur. Kalau kalian ga pernah mengalaminya, selamat. Tapi kalau kalian sering mengalaminya, mari kita berpelukan.

Perkenalkan, nama gue Lee Jihoon. Konon, nyokap ngasih gue nama ini karena dia ingin mempunyai anak mirip seperti orang asing yang selalu nyokap bangga-banggain. Kalian cukup panggil gue Jihoon. Dan pembukaan gue adalah sering kali gue tidur tapi rasanya seperti gak tidur. Kalian pernah gak sih ngerasain moment dimana kalian udah tidur tapi waktu tidur kalian liat diri kalian sendiri lagi tidur? Maaf jika penjelasan gue terkesan membingungkan karena gue pun ngerasa bingung harus menjelaskan seperti apa ke kalian.

Gue gatau apakah gue termasuk orang yang sensitif soal hal-hal mistis dan sejenisnya karena gue sendiri ga pernah melihat demit dan semacamnya. TAPI hal itu cuma salah satu yang sesungguhnya ingin gue syukuri. Melihat demit adalah hal terakhir yang ga pernah ingin gue jadiin pengalaman. Cukup mendengar orang-orang di youtube aja yang berbagi pengalaman kaya gitu. Gue? Duh makasih. Meskipun..yah, katakanlah kalau gue gak percaya sama konten youtube orang-orang yang datengin tempat-tempat angker hanya untuk nangkep demit. I mean... Lmao, lo ngapain nangkep demit? Demit aja takut sama manusia, lo lagi segala nangkep mereka. Yah meskipun kata nangkep disini mungkin lebih kaya masukin tuh demit ke tubuh orang-orang yang nangkep mereka.

Pun sama halnya kaya gue ga pernah percaya sama perkataan orang-orang yang 'katanya' bisa melihat masa depan. Oke, mari kita ralat bagian itu. Anggeplah gue percaya, tapi gue cenderung gak percaya sama orang yang mengaku 'bisa' tahu apa aja yang sifat, apa yang dilakuin orang lain.

Mari kita ambil contoh gampangnya. Gue adalah seorang pengguna narkoba. Eh.. Bercanda. Gue adalah seorang pengguna burung biru yang bernama twitter. Gue sering kali melihat setidaknya akun-akun yang mengaku (entah bener atau engga, idc tho) yang seringkali memproklamirkan bahwa dia tahu tetek bengek seseorang. Kaya... misalnya akun itu terkenal dengan kemampuannya yang disebut dengan indihome(mari kita samarkan) dan banyak followers nya yang percaya. Sebenernya gue ga merasa keberatan dan gak peduli sama sekali, tapi yang terkadang membuat gue jengkel adalah bagaimana dengan entengnya followers dari akun tersebut selalu menanyakan hal-hal yang bukan hal penting untuk kita urusin. Kaya... Lo nanya member group ini kira-kira beneran atau engga persahabatannya. Woi, lo ngapain nanya begitu segala? Emangnya urusan lo apa mau tau hubungan antar member group yang lo kepoin beneran atau engga? Gini ya, gue kasih tau satu hal. Ngefans sama seseorang, group, barang, brand itu suatu hal yang wajar. Tapi jangan sampe ngebuat kita lupa bahwa kita.... Fans yang ga punya kuasa buat ngatur kehidupan idol. Fans sekarang menurut gue, menurut gue lho ya cenderung denial untuk menyangkal bahwa kita hanyalah sebuah target pasar,tentunya mungkin ini sesuai dengan pikiran para petinggi tempat mereka berasal. Kalian ga harus setuju dengan pendapat gue, soalnya ini pandangan menurut gue.

Lo tau kenapa gue ngomong begini? Pertama karena gue kesel setiap hari ngeliat makin kesini tuh makin banyak aja fans immature. Kedua, karena gue sekarang keluar dari tubuh gue sendiri. Bukan hal yang sering terjadi sebenernya. Melihat diri gue keluar dari tubuh asli gue yang lagi terlentang tidur. Sedangkan gue, arwah yang keluar dari tubuh sendiri ngeliat dengan jelas bahwa ternyata ruangan kamar tidur gue emang segelap ini. Sip.

Lo tau kan astral projection? Suatu moment saat arwah lo tuh keluar dari tubuh dan melayang. Gue awalnya ga percaya soal ginian, engga sampe moment dimana gue ngalamin ini pertama kalinya. Arwah gue keluar dari tubuh gue sendiri dan gue melihat semua sekitar gue melayang. Bukan benda yang melayang, melainkan berbagai jenis makhluk yang bisa kita sebut demit atau setan. Gue jelas ketakutan. Karena separah apapun gue ngalamin hal yang berkaitan dengan mimpi, jelas pengalaman gue pertama kali ngeliat demit yang melayang di sekitar gue dan di luar kamar gue adalah hal yang paling mengerikan. Terlebih gue melihat ga cukup satu atau dua kepala melayang tanpa tubuh. Bukan seperti kuyang melainkan cuma kepalanya. Lo bisa bayangin, gue... Arwah yang lepas dari tubuh saat itu takutnya kaya gimana? Rasa takut gue itu unreal. Karena gue ngerasa apapun yang ingin gue keluarin dari mulut gue itu suatu hal yang percuma.

Dan sialnya gue kembali mengalaminya. Kali ini gue disambut dengan gelapnya kamar tidur gue. Dude, terkadang setelah ketindihan pun gue bakal terus lanjut tidur sambil diiringi doa-doa biar gue ga kembali ketiduran. Kalian pernah ketindihan? Yang gue pernah denger adalah, ada penjelasan ilmiah kenapa kita bisa ketindihan, tapi bagi gue yang punya masalah sama hal berbau mimpi, gue lebih percaya akan hal mistis. Karena ketika gue ketindihan yang gue liat hanyalah sosok hitam yang ada dipojok ruangan. Sosok itu seolah bakal selalu memantau gue. Lebih parahnya adalah ketika lo gabisa berbuat apa-apa untuk bangun. Bahkan untuk mengucap lantunan doa aja susah. Mulut lo akan selalu punya efek kaya dikunci, alias gabakal bisa bergerak. Bangun secepat kilat adalah suatu hal ajaib, menurut gue. Dan sialnya, gue baru tahu fakta dimana kalau kita ketindihan atau ngerasa digangguin oleh makhluk ga kasat mata atau bisa kita sebut demit, kita seharusnya langsung nyalain lampu. Ini berlaku untuk golongan kaum yang matiin lampu pas tidur, ya. Beruntunglah kalian wahai kaum #teamlampuNyala. Karena apa? Ya karena demit suka tempat yang lembab dan gelap. Meskipun kamar gue ga ada lembabnya sama sekali. Man, lo harus nyoba tinggal di Bekasi. Planet yang jauh dari bumi. Oiya, im sorry kalau kesannya cerita gue ngalor ngidul. Karena begitu banyak cerita tentang mimpi yang pengen gue bagi ke kalian.

Balik ke momentum sekarang. Setelah melihat sekeliling kamar tidur gue yang gelap gulita. Gue kembali melihat beberapa sosok yang melayang di luar kamar gue. Kali ini beberapa kepala melayang di dekat tangga dan di tengah dapur. Gue penasaran, apa gue bisa keluar dari kamar? Yang gue takutin saat keluar kamar ini adalah, takut gue akan tersesat dan gabisa balik ke tubuh gue. Jangan sampe nyokap ngira gue meninggal. Banyak au twitter yang belum gue baca soalnya.

Dengan mengabaikan beberapa kepala melayang yang perlahan melirik kearah gue, gue pun ikutan melayang. Asik juga.

Demi Allah gue boong. Ini sama sekali gak asik. Gue ketakutan. Tapi rasa penasaran gue lebih gede muatannya daripada rasa takut gue. Ya gimana gue ga takut, kalau para demit yang gue liat kini ngelirik penuh minat tiap gue lewat. Sumpah, lo harus ngerasain gimana rasanya tubuh lo melayang tapi lo melayang dengan pace pelan. Gue kira kalau kita melayang tuh kaya casper, yang bisa langsung nembus dari dinding satu ke dinding yang lain.

Untungnya, penantian gue membuahkan hasil, tapi yang gue bingung adalah entah gimana ceritanya gue sekarang malah berada di depan rumah tetangga gue. Kwon Soonyoung, katakanlah gue cukup kenal sama Soonyoung. Kita pernah beberapa kali bertegur sapa. Gue akuin, pribadi dia yang easy going selalu menarik perhatian gue, hm.. Maksudnya menarik perhatian orang sekitarnya. Termasuk gue. Hehe.

Meskipun gue ga bisa cukup bebas untuk mengendalikan arwah gue, gue denger dari luar suara pecahan-pecahan gelas dan piring. Suaranya memekakkan telinga. Soonyoung beruntung bahwa komplek dimana kita berdua tinggal adalah kumpulan rumah-rumah besar yang bisa dibilang jauh dari tetangga.

Gue berhasil masuk ke dalam rumahnya. Dan gue berhasil melihat Soonyoung, meringkuk di pojok ruangan, ngehindar dari lemparan piring yang diarahkan ke dia.

Gue melihat sekitar untuk mengetahui jam berapa sekarang. Dan sekarang jam 2 malem. For God's sake. Gue terdiam karena gue bertindak pun gak akan menghasilkan apa-apa.

Mata gue melotot saat gue ngeliat bahwa ada piring yang nembus kepala gue.

Fiuh. Untungnya bisa nembus. Tapi gue langsung ngeliat ke arah Soonyoung yang masih nutupin kupingnya. Takut. Gue tau siapa lelaki yang baru aja lemparin piring ke arah Soonyoung. Dia bokapnya. Bukan rahasia lagi bagi komplek gue, kalau Soonyoung terkenal tinggal bersama dengan iblis. Iya, yang gue maksud disini adalah Bokapnya. Gosipnya tentang bokap Soonyoung yang kasar ternyata bukanlah sekedar gosip semata. Melainkan kenyataan. Gue sekarang nyesel, sempet abai sama beberapa memar ungu disudut bibirnya yang gue kira dia dapetin memar itu hasil dari ciuman sama pacarnya.

Heyy! Jangan salahin gue nganggep kaya gitu disaat gue beberapa kali ngeliat dengan mata kepala gue sendiri Soonyoung yang bawa entah itu cewe atau cowo ke rumah. Gue tau itu bukan temen, hell.. Siapa yang yang bawa temen ke rumah lewat dari tengah malem? Soonyoung doang pastinya.

“Ayah... Udah... Ampun”

Jujur, hati gue sakit dengernya. Rintihan itu kalah oleh bantingan piring yang lain. Gue mencoba untuk melihat sekitar, rupanya banyak banget pecahan beling di sekitar mereka.

“DASAR ANAK GA BERGUNA. NGURUS KERJAAN AJA GABISA. SUDAH SAYA BILANG TUGAS KAMU HANYA MENEMANI BELIAU HINGGA DIA MENYETUJUI KONTRAK.” Teriak bokapnya penuh emosi, diiringi lemparan gelas plastik yang sukses mendarat di pelipis Soonyoung. Gue mengepalkan tangan gue kenceng. Ga kuat tapi gue ga bisa gitu aja pergi dari sini. Gue kaya ga punya kuasa.

“Tapi... Dia ingin Soonyoung tidur sama dia, Ayah. Soonyoung gamau” bela Soonyoung pilu sambil mengusap darah di pelipisnya akibat gelas yang melayang barusan.

“SAYA GA PEDULI. DASAR ANAK SIALAN. HARUSNYA KAMU MATI AJA. HARUSNYA KAMU IKUTAN MATI KAYA MAMAHMU.”

gue memejamkan mata, ga tega melihat Soonyoung yang kini meringkuk di lantai, nerima tendangan yang datang bertubi-tubi. Soonyoung hanya bisa nangis, dan gue pun ikutan nangis.

“Ayah... Hiks... Ampun” katanya memohon ampun agar gak mati ditangan bokapnya.

“Lawan, Nyong.” ujar gue gregetan. Tapi tentunya ucapan gue bak angin lalu. Tolong ingat, disini gue cuma sebagai tami dan arwah.

“Rasakan ini” —— tendangan pertama yang sukses kena perut Soonyoung. Hal itu sukses juga buat Soonyoung menjerit.

“DASAR ANAK GA BERGUNA. CIH”— ucapnya final beserta beberapa tendangan ke arah kepala Soonyoung.

Gue sempet mencari-cari apa gaada satu orang pun yang akan ngelindungin Soonyoung? Penglihatan gue seolah terbagi 2. Satu ngeliat adegan seorang Ayah yang dengan teganya nendangin anaknya seolah anaknya sebuah bola. Dan mata gue yang satunya meraba-raba diruangan yang redup ini. Dan berhasil, gue menemukan sosok gede tinggi yang berdiri dipojok ruangan lainnya, gue gatau dia siapa tapi yang jelas.. Dia cuma liatin Soonyoung yang ditendang sama bokapnya dalam diam. Tangan yang mengepal di kedua sisi tubuhnya, membuat gue mendecakan lidah gue sendiri gak sabar.

“Woy, tolol. Itu temen lo bantuin.” teriak gue frustasi. Namun seperti yang gue prediksi, bahwa teriakan gue gak akan pernah terdengar oleh mereka.

Gue kembali memfokuskan diri gue buat ngeliat Soonyoung yang kini ga berdaya setelah tendangan bertubi-tubi yang diterimanya. Adegan yang gue saksiin menurut gue lebih horor daripada makhluk tak kasat mata yang melihat semua kejadian saat ini diruangan ini. Mulai dari kepala melayang, kepala kambing yang melayang, sosok hitam dipojok ruangan, beberapa sosok bapak-bapak dengan mata yang mencuat keluar, juga sosok mba Kunti yang tingginya nauzubillah yang lagi ongkang-ongkang kakinya di tangga, bukan cuma sampe disitu gue ngeliat tuh mba Kunti juga senyum lebar banget sampe bibirnya nyentuh kupingnya. Kayanya lebih mirip kalau rahangnya patah deh, kasian.. Gimana kalau dia mau ketawa ya?

Gile, banyak juga demit di rumah ini.

“Cuih.” perhatian gue teralihkan saat bokap Soonyoung kini merasa puas nyiksa anaknya. Anaknya yang kini hanya menangis, meringis menahan perih disekujur tubuhnya. Man, kalau gue jadi Soonyoung, gue lebih baik milih dicabut aja nyawa gue daripada harus nerima siksaan kaya gini.

Setelah memastikan bokap Soonyoung pergi, lelaki yang baru gue inget namanya adalah Mingyu pun langsung deketin Soonyoung yang terbaring lemah akibat tendangan yang bertubi-tubi.

“Soonyoung... Maafin gue. Gue takut” Mingyu meminta maaf sambil nyoba buat memastikan Soonyoung tetap hidup.

“Yaiyalah tolol, lo kalau ga takut pasti udah nendang kepalanya tuh tua bangka” Ujar gue julid. Gue beneran emosi liatnya. Soonyoung meringis saat mencoba posisi duduk.

“Igyu.. Bawa gue pergi please. Gue gakuat.. ” lirih Soonyoung dipelukan Mingyu karena Mingyu mencoba buat ngangkat Soonyoung ke kamarnya. Untuk beristirahat.

Tapi ada satu hal yang mengganjal nih. Gue heran kenapa demit yang tadi mencar malah ngedeket ke arah mereka. Meskipun gak bisa diliat sama Soonyoung dan Mingyu, tapi kumpulan para demit seakan ingin memblokade jalannya mereka berdua. Yang... Which is ngebuat gue bukannya takut sama para tuh demit, malah jadi jengkel.

“Woi. Awas gak lo?! Ga liat orang mau jalan apa ya?!” bentak gue ke mereka yang lucunya mereka langsung bubar jalan. Alias kembali ke pos/sudut dimana mereka tinggal.

Soonyoung yang dalam gendongan Mingyu pun menoleh ke arah gue.

Gue membeku saat ngeliat matanya menatap gue lama. Gue yakin kalau Soonyoung mampu ngeliat gue. Tapi... Kenapa?

“Makasih, Jihoon” Ujarnya sebelum akhirnya gue kembali ke tubuh gue.

****

“Soonyoung” Teriak gue sebelum akhirnya gue beneran bangun dari mimpi. Gue bahkan gatau apa yang gue alamin tadi tuh beneran mimpi atau engga. Tapi yang jelas, sekarang gue pengen nengokin Soonyoung. Meskipun anehnya sekarang malah kecepetan 2 jam. Which is.. Sekarang jam 4. Gue mikir. Apa kejadian di rumah Soonyoung emang selama itu?

Entah. Yang perlu gue lakuin sekarang adalah keluar dari rumah dan menuju rumah Soonyoung.

“Lo mau kemane bocah, jam segini?” tanya Nyokap gue heran melihat gue buru-buru keluar rumah. Gue terdiam, bingung untuk ngejawabnya.

“Mau ke Soonyoung, dia abis disiksa ma” Jawab gue nyari sendal. Dan kenapa sendal gue mendadak ilang semua sih?! Lama-lama gue nyeker juga nih.

Anehnya, Nyokap yang tadinya bingung sekarang malah natep gue sendu. Dia dengan lembut nuntun gue ke kamarnya, maksa gue buat duduk di kasurnya. Menghilang sebentar yang ternyata pergi untuk sekedar ngambil air putih.

Yaelah, mana gak dingin airnya.

“Lo abis mimpi lagi?” tanya Nyokap pelan sambil ngambil gelas yang gue pegang tadi.

“Ma, nanti aja ya ngobrolnya? Gue pengen ke Soonyoung ini. Dia kasian mah abis ditendang.” ujar gue panik, buru-buru ingin keluar rumah lagi. Namun, dengan sigap Nyokap nahan gue lagi.

“Jihoon, dengerin gue ya. Soonyoung udah gaada lagi di rumah itu. Rumah itu kosong” jelas Nyokap, sontak buat gue membulatkan mata gue yang sipit ini.

“APAAN SIH. JELAS-JELAS TADI JIHOON LIAT DIA DIPUKUL SAMA BOKAPNYA” Protes gue marah. Oh iya, tolong jangan salah paham. Hubungan gue sama nyokap emang sedeket ini sampe gue dan nyokap terkadang memanggil satu sama lain dengan sebutan lo-gue. Dan ya, Nyokap tahu kemampuan gue soal astral projection.

Tapi ada yang aneh... Perasaan ini...

Perasaan ga enak, perasaan sesak yang gue gatau sebabnya.

“Jihoon.. Listen to me. Soonyoung udah meninggal” jelas Nyokap sambil menggenggam tangan gue. Seakan menyalurkan kekuatan dia untuk gue. Yang mana gue ga terima. Enak aja dia seenaknya bilang Soonyoung udah meninggal.

“Ga lucu tau.” teriak gue lesu. Gue mencoba untuk memproses informasi ini.

Ga mungkin.

Nyokap kembali lagi menghilang untuk ke kamar gue dan memberikan surat yang berisi beberapa tulisan dan terselip foto di dalamnya.

“lo baca surat ini. Gue ambil wudhu dulu. Kalau lo udah selesai baca, lo juga ambil wudhu, kita solat bareng sambil doain Soonyoung biar tenang”

Jujur aja, tenggorokan gue kering. Tangan gue gemetar. Gue mencoba untuk menghirup oksigen. Rasanya sulit buat nerima hal ini. Kejadian yang gue alamin begitu nyata.

Gue kembali memfokuskan diri gue buat baca surat ini.

Dikepala surat tertulis nama gue.

“Dear Jihoon,

Hai, Ji. Mungkin saat kamu baca ini, aku udah gaada. Hahaha. Takdir itu lucu ya? Aku yang gapernah nyangka ngeliat arwah kamu waktu aku abis dipukulin Ayah, terus ngebuat kamu langsung nyamperin rumahku saat itu juga. Aku yang ga pernah nyangka ternyata kamu ternyata sosok menyenangkan yang ngebuat aku lupa kalau aku pernah sakit. Lewat surat ini, aku mau berterima kasih ke kamu. Karena selama dua bulan, kamu seenggaknya berhasil menjadi pelipur duka lara. Pelipur sakit saat aku udah ga sanggup. Pelipur duka saat yang bisa aku lakuin cuma nyilet tanganku. Lewat surat ini, aku ingin berterima kasih karena kamu ngizinin aku untuk singgah di hidup kamu. Meskipun kamu tahu aku bukan manusia sempurna. Meskipun kamu tahu aku cacat, mentalku sakit. Jihoon.... Makasih karena kamu sempat ngenalin ke aku, apa itu cinta. Makasih karena kamu selalu bercerita tentang gimana seremnya makhluk gak kasat mata yang sejujurnya juga sering aku lihat, yang jadi alesan itulah kenapa aku bisa liat arwah kamu dulu, itulah kenapa aku bisa denger kamu teriak ke demit yang ngalangin jalanku waktu digendong Mingyu. Tapi, Jihoon.... Sama halnya rasa bahagia yang kamu berikan ke aku, aku juga ngerasa bahwa aku gak sanggup untuk hidup lebih lama. Mungkin kamu gatau, bahwa selama ini aku hidup bergantung obat-obatan. Keinginan untuk menyudahi diri sendiri, keinginan untuk segera cepet-cepet bertemu dewa kematian itu semakin besar. Dan aku ga nyalahin kamu, Jihoon. Aku harap, kamu juga ga nyalahin diri kamu sendiri saat kamu baca surat ini dan saat kamu liat aku yang ga bernyawa, ya?

Jihoon...

Kamu pernah bilang kan? “Dont love me more than life itself”

I cant, Jihoon. Nyatanya, aku lebih mencintaimu lebih besar daripada hidupku sendiri. Aku ga pengen kamu berlarut-larut untuk bersedih ya? Its okay untuk berkabung, tapi kalau sampe kamu depresi hanya karena orang yang kebetulan gangguin kamu kaya aku, jangan ya?

Semoga setelah ini, semoga setelah aku dikuburin, kamu gaperlu takut lagi kalau suatu saat nanti arwah kamu lepas lagi dari tubuh kamu ya? Kalau ketemu kepala melayang lagi, kamu tendang aja ya? Jangan lupa, level kamu sama kaya mereka. Kan lagi jadi arwah hehe. Aku gatau, saat kamu nemuin surat ini aku beneran masih hidup atau engga, tapi... Kalaupun kamu nemuin surat ini dan aku beneran udah gaada, tolong maafin diri kamu sendiri ya?

Last.... Jihoon, maaf ya? I love you more than life itself.”

Setelah kalimat terakhir, gue menangis kencang. Gue menangis sampe dada gue sesak. Gue menangis sampe seluruh orang yang tinggal di rumah gue terbangun. Gue menangis sampe Nyokap gue ikutan menangis melihat gue, anak satu-satunya yang dikenal jarang menangis, kini tersimpuh di lantai bersama dengan rasa sesal. Rasa sesal yang membuat gue menyayangkan akan semua ini. Kenapa harus Soonyoung? Kenapa jalan cerita gue semenyedihkan ini?

Gue terus menangis sampe suara gue serak. Gue terus menangis sampe kepala gue pusing. Dan gue terus menangis dalam dekapan Nyokap.

“Bukan salah kamu, Jihoon” Ujar Nyokap menenangkan. Tapi mana bisa gue tenang. Mana bisa gue meredakan tangisan gue saat gue tau alesan kematian Soonyoung sebenarnya.

Belakangan gue tau, bahwa Soonyoung meninggal bukan karena dia, bunuh diri. Tapi karena dia dibunuh bokapnya. Saat itu gaada Mingyu yang bisa memastikan Soonyoung masih hidup atau engga. Hanya ada iblis yang merenggut nyawa Soonyoung dan Soonyoung yang terbaring lemas menerima pukulan dan tendangan dari amukan bokapnya. Ternyata juga, udah 5 bulan semenjak kepergian Soonyoung, nyokap selalu bilang gue mimpi buruk terus tiap malem sampe harus terbangun tiap jam 4 dan hanya untuk bangun tergesa-gesa dan menangis di depan pintu rumah Soonyoung. Nyokap bercerita ternyata, kepergian Soonyoung membuat mental gue ikutan sakit, dokter yang nangangin gue bilang gue menderita depresi. Tidur gue juga harus pake obat-obatan biar gue ga terus ngerasa bersalah.

Informasi ini membuat gue semakin menggigit bibir gue sendiri untuk menghentikan tangisan gue. Yang ternyata usaha gue sama sekali ga membuahkan hasil, bukannya merasa lega, tapi sesak di dada gue makin bertambah. Gue terus menangis hingga sesenggukan.

Gue terus menangis hingga gue pingsan dipelukan Nyokap.

Soonyoung, kalau begini ceritanya... Bagaimana gue bisa jalanin hidup gue tanpa penyesalan?

****

Fin.