.

.

.

Hyunjin selalu melihat anak lelaki itu dari seberang jalan.

Anak lelaki itu akan duduk ditrotoar disamping Ibunya yang menjajakan kue beras, ia memainkan telinga anjing peliharaannya sembari menunggu pembeli datang.

Ibu anak itu terkadang hanya diam memandangi si anak lelaki, kemudian kembali fokus ke dagangannya. Seakan si Ibu ingin bicara sesuatu namun ditahan.

“Oh Tuan, kau disini lagi.”

Sudah sekitar 2 minggu Hyunjin mengawasi anak kecil itu, selama itu pula dia sering disapa oleh seorang pemuda dengan bintik cantik yang membawa gitar.

“Hallo Yongbok-ssi.” Sapa Hyunjin pelan. Dia memberikan ruang dikirinya untuk Yongbok duduk, “Kau sudah pulang kuliah ?” tanya Hyunjin. Yongbok hanya mengangguk dan mengikuti arah pandang Hyunjin.

“Aduh melihat kue beras membuatku lapar.” Keluh Yongbok.

Hyunjin hanya tersenyum kecil, lalu kembali fokus pada anak lelaki yang ia awasi tadi. Anak itu kini terlihat mengambil gelas kertas untuk memberi makan anjingnya. Hati Hyunjin merasa aneh saat melihat anak itu tertawa dan memperlihatkan mata sipit yang menggemaskan.

“Dia sangat manis dan lucu” bisik Hyunjin pelan, Yongbok menoleh cepat kearahnya—membuat si tampan itu terkejut.

“Siapa yang manis dan lucu ?” Yongbok mengedarkan pandangan kesekitar dan kembali ke titik awal—anak lelaki didepan sana.

Yongbok menatap Hyunjin tajam dan penuh prasangka.

“Usia anak itu kira-kira 16 tahun...” mulai Yongbok, pemuda itu menatap Hyunjin dari atas hingga kebawah, “Dan kau.... kira-kira 25 tahun.”

Hyunjin tertawa pelan, Yongbok menatapnya kesal.

“Dasar—“

“Ponselmu berbunyi Yongbok.”

Drrt

Drrt

Yongbok berjengit kaget merasakan getaran disaku celananya, dia membuka pesan yang mampir ke ponselnya lalu berdiri.

“Jangan keluyuran kemana-mana malam ini. Ku baca di perkiraan cuaca, malam ini akan hujan deras.” Pesan Hyunjin.

Yongbok terdiam beberapa saat lalu bergaya membungkuk sopan ke Hyunjin,

“Terima kasih atas peringatan anda Yang Muliaa ~” selorohnya. Hyunjin menepuk kepala itu dan tersenyum,

“Hati-hati di jalan Yongbok.”

Yongbok melambaikan tangan, “Sampai Jumpa besok Tuan Tampan tapi aneh !!”

Teriakan Yongbok membuat beberapa pejalan kaki berbisik dan menatap ke arah Hyunjin yang tetap duduk tenang.

Manik matanya bertemu dengan si anak lelaki dalam satu waktu sebelum Hyunjin membuang muka dengan cepat dan berdiri. Ia menurunkan bagian depan topi lebarnya—berjalan cepat menerobos kerumunan.

Berharap anak lelaki tadi tidak melihatnya.

.

.

.

Seperti yang Hyunjin ucapkan siang tadi, malam ini hujan deras mengguyur seluruh kota. Sesekali petir menghampiri dan membuat panik para pejalan kaki yang terjebak hujan.

Hyunjin berbelok tenang ke arah pemukiman penduduk, mata gelapnya menyusuri setiap papan nama yang tertempel didepan pagar rumah. Langkah kaki panjangnya terhenti didepan sebuah rumah ber cat creamy dan hitam.

Kediaman Keluarga Yang.

Dari luar Hyunjin bisa melihat wanita yang setiap hari ia awasi dari seberang jalan. Wanita itu sedang membawa keranjang berisi buah persik, jeruk dan pear. Hyunjin memutuskan untuk melihat dari luar lebih dahulu.

Keranjang buah tadi disandingkan dengan piring berisi kue beras yang sudah rapi disamping lilin-lilin cantik.

Hyunjin tersenyum melihat indahnya penampilan meja itu karena warna-warni makanan terlihat menggugah selera.

“Oh, anak itu tidak dirumah ?” gumam Hyunjin setelah beberapa saat, matanya menatap ke sekeliling dan tak mendapati siapapun selain dirinya.

Dengan satu helaan nafas akhirnya Hyunjin berbalik pergi.

Genggaman tangannya di payung hitamnya mengerat saat melihat anak yang ia cari diam berjongkok ditrotoar seperti biasa.

Bahkan anjing peliharaannya masih setia menemani meski kini hujan turun semakin deras.

Hyunjin mendekat pelan, dia berdiri disisi kiri anak itu tanpa kata. Hingga anak itu lah yang memulai percakapan.

“Dasar aneh.”

Hyunjin tersenyum kecil.

“Dasar bodoh”

Hyunjin menurunkan sebelah tangannya untuk mengusap helaian anak lelaki itu.

“Menjauh sana ! Jangan dekat-dekat aku ! Dasar aneh !” hardik anak itu lalu menarik anjingnya pergi menjauhi Hyunjin.

Grep !

Hyunjin dengan 2 langkah lebarnya berhasil meraih tangan si anak. Senyum tetap bertahan diwajah tampannya.

“Mau kemana hm ? Mau berbuat nakal lagi ?” tanya Hyunjin sembari berjongkok menyamakan tinggi dengan si anak lelaki.

Anak itu menatap Hyunjin untuk beberapa saat lalu membuang muka tanpa menjawab pertanyaan Hyunjin.

“Hey, sayang ~”

Anak itu berjengit kaget dan menatap jemari Hyunjin yang mengusap pergelangan tangannya. Dia menggigit bibir lalu memekik,

“Lepaskan aku !! Dasar Pria aneh !!”

Hyunjin menyebik kecil, “Kenapa kau jahat sekali padaku...” keluh Hyunjin, anak itu berusaha melepaskan pegangan Hyunjin pada tangannya—namun gagal.

“Ikut aku ya ? Aku janji tidak akan berbuat nakal padamu ...” bujuk Hyunjin.

Anak itu langsung menggeleng kencang dan menggunakan segenap kekuatannya untuk melepaskan diri dari Hyunjin.

“Lepas !! Aku mau pulang !! Ibuku sudah mencariku !” teriak anak itu disela-sela petir, Hyunjin merengut.

“Ayo, aku yang antarkan pulang. Kita pulang bersama—“

“Tidak mau !! Aku mau bertemu ibuku !”

Hyunjin mengangguk paham, “Makanya, ayo ikut aku. Aku antarkan ke ibumu—“

“Pembohong !! Pergi sana !”

Anak itu menyentakan tangan keras, Hyunjin melepaskan pegangannya dan melihat anak itu berlari menarik anjingnya untuk kembali ke tempat semula.

Hyunjin menghela nafas pelan, dia melihat kesekeliling.

Perempatan jalan itu cukup lenggang karena jam pulang kerja sudah lewat, ditambah hujan deras membuat tak banyak orang berjalan-jalan. Apalagi beberapa toko disekitar persimpangan itu sudah tutup.

“Sayang ~”panggil Hyunjin sambil mendekat lagi ke anak lelaki itu. Dia menghela nafas melihat tubuh itu memeluk si anjing erat.

“Aku tidak mau ikut!” pekiknya.

Hyunjin menatap anak itu lekat, “Kenapa tidak mau ?”.

Bisa Hyunjin lihat anak itu bergetar dibawah tatapan tajamnya,

“B-Besok Ibu pasti mencariku.” Bibir penuh itu untuk pertama kalinya berucap pelan.

“Kalau aku pergi dari sini, besok Ibu pasti mencariku.”

“Kalau aku pergi dari sini, besok Ibu akan berjualan sendirian.”

“Ka-kalau aku pergi dari sini... Ibu pasti sedih.”

Suara itu bergetar, Hyunjin berlutut dihadapan anak lelaki itu dan mengusap pipi gembil yang menggemaskan itu.

“Tapi sayang, apa kau tidak ketakutan disini sendirian ?” tanya Hyunjin, anak itu diam lalu mengangguk pelan.

“Nenek-nenek di ujung gang sering menggangguku. L-lalu paman dengan kepala pecah yang sering melewati persimpangan itu juga pernah memukulku.” cicit si anak lelaki. Hyunjin melepaskan payungnya, dia merengkuh tubuh kecil itu—menyembunyikannya didekapan.

“Karena itu, kau ikut saja denganku pulang hm ?” Hyunjin sekali lagi membujuk pelan, ia usap surai si anak pelan hingga si pemilik mendongak menatapnya.

“Kenapa ?” tanya Hyunjin karena si anak hanya diam menatapinya.

“Curang.”

Hyunjin mengernyit tidak mengerti, anak itu menunduk dan memainkan kancing kemeja Hyunjin.

“Kalau kau setampan itu, bahkan hantupun akan mengikutimu dengan suka rela jika kau ajak pulang.”

Hyunjin tertawa mendengar gerutuan anak lelaki yang kembali menyembunyikan wajah didadanya. “Tapi sejak tadi kau tetap menolakku.” Sindir Hyunjin, ia merasa kepala didadanya menggeleng.

“A-aku mau...”

Akhirnya... pikir Hyunjin menghela nafas lega.

Hyunjin tersenyum, ia menangkup pipi itu agar bisa melihat wajah manis dan menggemaskan yang selalu ia awasi.

“Anak pintar—“

“Aku mau ikut karena kau tampan. Yang mendatangiku biasanya tak setampan kau. Aku tidak suka.” Anak itu mencibir kecil. Hyunjin menampakan raut seakan terluka.

“Apa kau hanya menyukai wajahku ? Apa kau tak bisa merasakan perasaan tulus dan hangat ku ?” Hyunjin memelas sambil mengelus dadanya. Anak itu memberi gesture seakan muntah.

“Hangat apanya. Sekarang hujan, aku kedinginan” sahut anak itu sambil berusaha menjauh dari Hyunjin. Tapi si Pria tampan tetap memeluknya erat.

“Kalau begitu ayo segera pulang dan menghangatkan diri.” Bisik Hyunjin, anak itu menepuk dada Hyunjin keras.

“Dasar pria aneh !” pekik anak itu lagi, Hyunjin hanya tertawa.

“Oh iya, bukankah kau harus bertemu dengan kakak berambut panjang seperti boneka barbie itu ?”

Hyunjin yang kini menikmati jalanan menoleh kearah anak lelaki disampingnya. Lengan kanannya dipeluk erat, dan wajah itu mendongak menatapnya.

“Oh Yongbok ? Iya, kita sedang menuju rumahnya sekarang sayang.”

Hyunjin menunduk dan mengecup dahi itu, si anak berjengit dan memukul lengan Hyunjin.

“Jangan seenaknya menciumiku. Dasar aneh !”

Hyunjin hanya tersenyum, “Kau tampan. Kau akan tumbuh menjadi pemuda tampan.”

Anak lelaki itu memutar mata malas namun tetap memeluk lengan Hyunjin, menyusuri jalanan bersama pejalan kaki lain. Saat bertemu persimpangan lain, Hyunjin berbelok ke kiri.

“Astaga pemuda itu kasihan sekali.”

“Iya, padahal dia sedang membantu nenek-nenek menyeberang”

“Sepertinya sangat parah. Pengemudi mobil itu sepertinya sedang mabuk”

“Yang benar ? Astaga mirip seperti kecelakaan di persimpangan sebelah utara.”

“Iya, menakutkan sekali. Mungkin persimpangan-persimpangan didaerah ini dikutuk”

“Hey bukannya hari ini peringatan 5 tahun kejadian itu ?”

“Yang benar ? astaga ! pasti arwah dipersimpangan utara sedang meminta tumbal”

“Dasar sok tahu” Hyunjin menoleh saat mendengar anak lelaki tadi bergumam menanggapi bisik-bisik perbincangan orang-orang disekitar jalan.

“Biarkan saja, ayo cepat ! Nanti Yongbok menunggu kita” Hyunjin mempercepat langkahnya, ambulance ditengah jalan sana mulai menarik perhatian dan membawa lebih banyak orang untuk berkerumun.

“Oh itu kakak barbie !” Anak lelaki itu menunjuk ke pemuda yang berdiri disamping regu penyelamat yang masih sibuk dengan korban yang terbaring dijalan.

“Yongbok !” panggil Hyunjin. Yongbok menoleh dan memutar mata melihat Hyunjin bergandengan tangan dengan anak lelaki yang biasa ia lihat.

“Astaga Tuhan. Diantara banyak ma—“

“Jangan mengeluh, ayo cepat ikut!” sela si anak lelaki. Yongbok merengut dan akhirnya mengikuti langkah Hyunjin dan anak itu.

“Baiklah, karena semua sudah siap. Ayo pulang sekarang !” sahut Hyunjin semangat, dia membenarkan posisi topinya lalu berjalan menyeberang ke sisi lain jalan. Yongbok mengikuti disisi kiri dan anak lelaki tadi dikanannya—masih setia menggenggam tangan Hyunjin.

“Apa jauh ?” tanyanya ke Hyunjin, membuat si Pria tampan menoleh.

“Lumayan jauh. Kenapa sayang ? Kau lelah ? Mau ku gendong ?” tawar Hyunjin sambil menyisir poni si anak ke belakang.

“Mauu ~”

Yongbok bergidik melihat Hyunjin menggendong anak itu disamping. Badan anak lelaki berusia 15 tahunan itu bertumpu disisi kanan badan Hyunjin, kaki-kaki itu melingkari pinggang Hyunjin, dan tangan itu melingkar manis dileher si Pria bertopi.

“Pelukk~”

“Uuuhh manjanya kesayanganku ~”

Yongbok bergidik lagi dan menghela nafas melihat Hyunjin menciumi pipi si anak laki-laki. Menyadari Yongbok yang terganggu, Hyunjin menoleh.

“Maaf ya Yongbok.Aku sedang bahagia dan sangat gemas dengannya. Butuh 5 tahun untuk membujuk nya.” ucap Hyunjin, Yongbok hanya memutar mata. Hyunjin kembali menguleni pipi gembil didepan wajahnya dan mengigiti hidung lucu itu.

“Gelii~” keluh si anak laki-laki. Hyunjin tertawa kecil dan ganti menciumi pipi itu.

Yongbok hanya bisa mendesah lelah.

“Tuhan, diantara ratusan Malaikat Kematianmu. Kenapa kau mengirimkan yang seperti ini untuk menjemputku.”

.

.

.

END

.

.

. Eternally Yours.

A Hyunjeong Fanfiction

Au !

Malaikat Kematian! Hyunjin X Lost Soul!Jeongin

.

.