@cbbxnn_ – Gendong

cw // implisit gore, implisit kanibalisme


Changbin mengulurkan payung, melindungi badan kecil itu dari guyuran hujan deras.

“Adik kecil? Sedang apa disini? Kamu terluka?”, sapanya pelan. Badan mungil itu makin meringkuk dibalik jaket kumal dan sehelai kardus yang sudah basah dan kotor.

“Dik, ayo ikut kakak pulang…”

Isakan kecil diikuti badan yang bergetar mundur membuat Changbin semakin kasihan. Dia berjongkok, menepuki kepala si anak kecil pelan.

“Tenang, kakak gak bakal nyakitin kamu… ayo ikut kakak… bahaya kalau kamu semakin malam disini.”

Sepasang mata jernih akhirnya menatap iris gelap Changbin. Pipi si bocah memerah karena dingin, dengan segera Changbin lepas jaket kumal itu kemudian diganti dengan mantel panjang miliknya sendiri.

“Kamu bisa jalan??” Tanya Changbin masih dengan nada pelan dan penuh perhatian.

Kepala bersurai blonde kotor itu menggeleng pelan, Changbin berjongkok memunggungi si bocah.

“Sini kamu naik, biar kakak gendong. Udah makin malem, kasian kamu nanti kedinginan.”

Badan ringkih itu bergerak pelan, bahkan Changbin sempat sangsi, kenapa bisa ada anak dengan badan seringan ini. Tapi mengingat anak ini adalah gelandangan, Changbin berpikir jika si bocah pasti kelaparan untuk beberapa hari belakangan hingga membuatnya seringan ini.

“Pegangan ya?”

Flat Changbin tidak megah, tapi pantas untuk ditinggali 2 orang.

“Kamu mandi dikamar mandi ya? Kakak buatkan minuman hangat dulu buat kamu.”

Lagi-lagi bocah itu hanya mengangguk patuh, Changbin pun tersenyum maklum. Dia menyalakan televisi untuk menemaninya di dapur. Malam yang hening membuat suara pembawa berita malam terdengar nyaring.

“Breaking News malam ini. Kepolisian Kota dengan resmi menyebarkan sketsa terduga kanibal yang telah membunuh 2 keluarga sejak lusa kemarin. Semua warga dihimbau untuk tidak mendekati orang asing dan melaporkan jika melihat gelandangan disekitar tempat tinggal. Demikian ciri-ciri…”

“kakak…”

Changbin menoleh , mendapati si bocah tadi memeluknya lekat.

“Dingin?” Tanya Changbin.

Si anak mengangguk, “tidak mau mandi…”

Changbin tertawa keras, “tunggu sebentar kakak buatkan air hangat…”

“…surai panjang blonde dengan mata coklat terang, tinggi badan sekitar 15…”

Changbin yang akan menoleh ke televisi sedikit terkejut saat merasa si bocah menaiki punggungnya.

“Gendong…”bisik anak kecil itu. Changbin sedikit panik, dia merasa ada kuku menggores bahunya—

“hei turun—“

Deg!

Changbin mematung saat sadar wajah yang mirip dengan gambar dilayar televisinya itu kini mengecup pipinya.

“Selamat makan kakak.”

.

.

.