@rullurallas – Elegi

Elegi ( – Elegi adalah istilah umum dalam kesusastraan yang merujuk kepada syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan dukacita, khususnya pada peristiwa kematian. Namun tak hanya kematian, penggunaan kata “elegi” dalam syair atau lirik lagu juga dapat ditujukan untuk menggambarkan perasaan kehilangan.)

now playing : Taeyeon – If (Honggildong OST)

cw // hurt, one-side love.

note : kalimat dicetak miring adalah terjemahan lagu Taeyeon-If


Because I was like a fool, I could only Look upon you

“Kak!! “

Changbin tersenyum melihat sahabatnya datang melihatnya latihan bahkan membawa bekal untuknya.

“Thankyou bokie manis ehehe”

“Gimana kak latihan hari ini?”

“Lancar, gue tadi bahkan sempet coba trick baru sama Wooyoung, duh bokie harusnyaa tadi lo dateng lebih awal.” sungut Changbin.

“Hhaha maaf kak, ini kan hari rabu, aku harus ikut club Sains dulu baru kesini.”

Changbin mengusak kepala sahabatnya itu sambil tertawa, “Duh bokie lo kalau banyak les mendingan gak usah bawain gue bekal. Gue nanti bisa pesen makan online—”

“NO!! gak apa-apa kak!! gue ga kerepotan.” si sahabat merengut imut. Menyodorkan satu suapan irisan pisang ke changbin.

“Dahlah kakak sana balik latihan lagi. aku tungguin disini!”

Changbin tertawa gemas dan mencubit pipi gembul itu, “Dah bokie!! tungguin bentar ya. KALAU WOOYOUNG SAMA HYUNJIN MINTA JANGAN BOLEH!!!”

Teriakan Changbin dihadiahi pukulan oleh 2 teman yang dia sebut tadi, “sialan lo emang, bisa aja caranya manfaatin adek gemes yang ngefans.”

pipi Wooyoung ditampar Changbin—meski bercanda tapi dia merasa cukup sakit— setelah berucap seperti itu, “Anjir bin sakit!”

“dijaga alat buat niup-niup lo itu. gue sama bokie gak begitu. Dia tulus perhatian ke gue. dan gue gak pernah maksa dia buat ngelakuin apapun.”

Wooyoung cuma melengos. Hanya orang bodoh yang tidak bisa melihat bagaimana tatapan memuja bokie pada Changbin.

Dan Changbin salah satu orang bodoh itu.

/ / /

Because I was afraid of how your heart might change and We might grow farther apart

“Wihh tumben banget nih traktiran di cafe hahaha”

Changbin menarik kursi diseberang si sahabat, “Bokie manis pasti lagi dapet bonus uang jajan nih,” godanya sambil menjawil dagu si kecil.

“Kak hus buruan duduk , aku udah pesen btw. nggak apa-apa kan?” Bokie menuangkan air putih ke dalam gelas didepan Changbin.

“Santai, kamu udah hapal kan aku sukanya apa?”

Bokie mengangguk cepat, tangan Changbin terulur guna merapikan helaian poni yang tak tertutup barret lilac.

“Kamu tumben hari ini dandan cakep banget ... hayo mau kencan ya !!”

Bokie didepannya memerah malu, Changbin semakin gemas dan menguleni dua pipi favoritnya.

“Aduh gemes banget nih adek aku paling manis udah berani pacar-pacaran, hmmmm pasti habis ini aku dianggurin nih.” canda Changbin yang direspon dengan gelengan cepat Bokie.

“Nggak lah!! kakak tetep no. 1!!” ucap Bokie cepat, jemarinya memainkan jemari Changbin diatas meja.

“Jangan gitu bokie, nanti pacar kamu salah paham.”

Bokie menepuk keras pipi Changbin, “Hustt! udah jangan ngeledekin aku. Ayo dimakan dulu makanannya.”

Changbin baru menelan dua suapan saat Bokie kembali bicara, “Kak, katanya anak-anak Manajer Team kalian nembak kakak ya?”, ucapan pelan itu masih didengar jelas oleh Changbin.

“Oh Yeri? Iya.”

“Kakak jawab apa?”

“Aku tolak lah. Kamu tahukan kalau aku gak suka sama hubungan yang awalnya temen terus jadi pacar gitu. Males, banyak ribetnya.”

“Terus Kak Yeri gimana?”

“Ha? ya gak gimana-gimana. Aku cuma bilang ke pelatih kalau gak nyaman sama perasaannya Yeri. Jadi gue kasih pilihan. Gue yang keluar dari Team, atau Yeri yang keluar.”

Bokie menghentikan gerakan tangannya mengaduk minuman, “Astaga kak...”

Changbin hanya menggedikan bahu, kemudian dengan cekatan mengambil ponsel Bokie dimeja.

“OKEEE KITA LIHAT SIAPA PACAR BOKIE MANIS !!!”

“KAK!! BALIKIN HAPE AKU!!”

/ / /

I was such a fool, not able to Tell you I loved you Because I was afraid of the hurt and sadness I Would receive after we meet

“Bokie?”

Changbin meletakan tasnya ke meja kantin. Tempat itu sudah sepi karena memang jam sekolah sudah selesai.

“Kamu ngapain disini?”

Bokie yang menggeleng dengan raut lesu membuat Changbin berlari ke mesin minuman untuk membelikan minuman favorit si sahabat,

“Minum dulu bokie... habis itu cerita kenapa kamu diem aja.”

Bokie menatap kaleng dingin itu dalam diam, Changbin pun hanya diam menemaninya meski pemuda itu bisa pulang lebih dulu.

“Kakak pulang aja gak apa-apa.”

“Ini masalah pacar kamu ? Kamu disakitin ? Yang bikin kamu nangis gini dia ?!”

Bokie menahan tangan Changbin yang akan beranjak, mengusap lengan itu pelan.

“Nggak kak , nggak~ tenang kak.”

“Bilang sama kakak siapa pacar kamu!”

Bokie hanya menggeleng, dia menatap Changbin dengan pandangan memelas, membuat yang lebih tua pun tak tahan dan memeluk erat.

“Bokie , kamu udah kakak anggep lebih dari temen dan sahabat—”

Bokie menahan nafasnya.

”—kamu udah kayak adik kakak sendiri. Kakak gak biarin kamu nangis atau disakitin. Kakak sayang kamu.”

“Kenapa ...”

“Kamu lebih penting dari yang lain bokie.”

Jemari itu dengan pelan meremas punggung Changbin, “Misal... misalnya pacar kakak sama aku tenggelam... siapa yang bakal kakak selametin duluan?”

“Ya kamu lah. Pacar tuh cuma status.Gampang putusnya, gampang bertengkarnya. Kamu jelas lebih penting.”

Bokie hanya mengangguk, Changbin bisa merasakan seragam bagian dadanya basah.

“Sht~ udah ya manis. Kita pulang sambil beli kue coklat biar kamu gak sedih lagi. Oke?”

Sekali lagi bokie hanya mengangguk patuh.

.

.

.