@watermelonlix – Candy (permen)

cw // kid! changbin, felix, seungmin, jisung


“MAMAAAAA JIJI NAKAAAALLLL !!!”

Seulgi yang masih melipat baju diruang tengah langsung berlari ke ruang tamu mendengar tangisan putra bungsunya.

“bokiee sayang kenapa menangis?”

Badan mungil itu dia gendong dan ayun-ayunkan pelan, “mamaaaa jiii nakal! bokie gak suka! bokie benci jiji!”

Seulgi kewalahan saat putranya makin menangis keras. Dia makin bingung karena biasanya bokie tidak pernah berkelahi dengan jiji karena mereka sudah kenal sejak mulai belajar merangkak.

“jiii nakaaall!”

Merasa tak mendapat informasi apapundri sang buah hati, akhirnya Seulgi beranjak keluar rumah.

“Bu Seulgi? Bokie kenapa kok nangis?”

Dia disapa oleh Bu Dokter yang tinggal berseberangan dengannya, Seo Yeaji.

“Ah Mbak Yeaji, gak tahu ini pulang dari main langsung nangis. Katanya jiji nakal. Gak paham saya mbak.”

Yeaji mendekat, “Tadi saya lihat dia main sama changbin juga Bu. Sebentar coba saya panggilkan Changbin dulu.”

“GAK MAUUU !!! BOKIE GAK MAU KETEMU KAK ABIN!!” pekikan tiba-tiba bokie membuat dua wanita disana terkejut.

Seulgi makin bingung, “shhtt~ bokie sayang gak boleh bilang gitu~ kok bokie nakal ke kak abin?”

jemari kecil anak itu mengusap kasar matanya, “malu... bokie malu ketemu kak abin.. bokie jelek nangis...” gumamnya pelan yang malah membuat dua ibu-ibu itu gemas bukan main.

“BOOBOBOOOOOOO!!!!” teriakan khas anak kecil terdengar riuh mendekat. Seulgi dan Yeaji melihat jika ada beberapa anak kecil berlarian menuju arah mereka.

2 yang paling depan adalah sahabat bokie ; Jisung atau jiji, dan juga Seungmin.

Yeaji mengernyit melihat putranya ikut berlari dibelakang 2 anak tadi, tumben sekali anaknya mau bermain ramai-ramai begini.

“MAMA GIII!! NIH!!” si mungil Jisung mengulurkan satu bungkus permen coklat yang bentuknya sudah gepeng.

“ni tadi jiji ambil punya bokie. eh bokie nangis hehehe” jelasnya tanpa merasa berdosa.

“Lhoh ini bukannya permen yang kamu minta buat mama beliin sayang?” Yeaji mengambil permen dari tangan Jisung, ia menatap si putra semata wayang bingung.

“anu mama ji, tadi kak bin bawa permen cuma satu. buat bokie aja. kan jiji sama minie juga mau. jadi tadi jiji ambil...eh bokie malah nangis.” jisung kembali menjawab sambil melempar cengiran khas anak kecil.

“jiji bodoh sih. gak boleh ambil barang orang.” Changbin yang terlihat kesal bukan main langsung menyambar, dia menatap permen coklat yang masih di bawa sang Mama, “Lihat permen nya jadi rusak. ih jiji.” kesalnya.

Jemari Changbin menarik pelan ujung baju Seulgi, “mama gi, bokie turunin.”

“GAKK! BOKIE JELEK ABIS NANGIS!” bokie menyembunyikan wajahnya dibahu sang Mama, menolak menatap Changbin.

“nggak~ bokie manis.cantik banget. sini sama abin... nanti abin kasih lagi permennya.”

bujukan itu membuat Yeaji dan Seulgi terkejut, “Loh loh abin siapa yang ajarin kamu ngomong begitu?'

“Bokie turun sini~ ayo ikut abin~ bokieee manis.”

mata sembab bokie akhirnya mencari sosok Changbin, “janji permen lagi ?”

“Iya janji. ayo sini~”

Seulgi menurunkan sang putra, merasa heran saat jemari mungil anaknya langsung digenggam oleh Changbin.

“cup cup peri cantik. cup cup!” Changbin dengan santainya mengecupi pipi bokie yang memerah karena menangis.

“Changbin!!” Yeaji memekik panik, namun putranya malah semakin berani dan mengecup bibir bokie

“Peri gak boleh nangis lagi ya. Pangeran akan selalu melindungi peri~ Ayo ikut pangeran ke Istana!”

“Ayo!!”

Seulgi dan Yeaji belum sempat bereaksi tapi Changbin sudah berlari menarik bokie ke rumahnya.

“tuhkan mama gi. kak abin jahat main pangeran-pangeran an gak mau ajak jiji...”

.

.

.