Changlix Drabble Series !

  1. @BIN08119 – Kipas

Awal musim panas di Tokyo adalah neraka bagi Yongbok yang terbiasa dengan udara sejuk Swiss. Pekerjaan membuatnya mau tak mau singgah di jepang sampai bulan ke 8.

Langkah kakinya gontai saat memasuki pekarangan rumah dipinggiran kota. Harapannya untuk tinggal didaerah rumah yang asri musnah mengingat tempat kerjanya yang ada dipusat kota. Sejauh matanya memandang hanya ada tiang listrik dan bangunan tinggi.

Arlojinya menunjuk pukul 1 siang—Yongbok mendelik karena dia ternyata menghabiskan waktu nyaris 1 jam untuk perjalanan pulang. Karena panas diatas kepala dia memutuskan untuk singgah di salah satu toko kecil yang memajang payung serta jajanan anak-anak.

“Permisi...” , Ia melangkah pelan masuk.

Seketika ia merasa ada disurga.

Si pemilik toko memasang sebuah kipas dinding yang cukup besar disisi pintu masuk dan Yongbok jelas tak melewatkannya, apalagi saat ia mendapati ada satu kursi kosong disana

Setelah mendudukan diri, iamenikmati hembusan angin sambil menutup mata nikmat. Penderitaannya karena cuaca panas sudah berakhir.

“Oi! kau mau beli atau hanya menumpang tidur ?”

Suara hardikan keras memasuki telinganya. Dan dalam sekejap Yongbok sadar ia dimana.

“Astaga maaf tuan. Aku terlalu asik menikmati anginnya. Maaf.”

Badan mungilnya membungkuk berkali-kali kepada pria pemilik— tunggu!

Yongbok mendelik melihat bocah laki-laki kecil mengemut lolipop sambil memicing padanya.

“Apa kau lihat-liat ?! mau maling ya !?”

Yongbok merogoh tas kerjanya, menyodorkan kotak bekal berisi brownies.

“Adik kecil, ijinkan aku pinjam kipas anginnya sebentar ya? sebagai gantinya kau boleh makan kue buatanku. Oke?”

Si bocah melirik kotak bekal Yongbok sangsi, “Pasti diracun ! Tidak mau! Aku mau panggilkan pak polisi!”

“Eh eh! Sungguh aku tidak meracunimu! aku lelah dan kepanasan , ijinkan aku istirahat sebentar ya ? Ya ? sebentar saja...” Yongbok mengatupkan tangan memelas.

Si bocah tengil itu nampak memikirkan sesuatu.

“Oke paman! kau boleh pinjam kipasnya! tapi dengan satu syarat!”

“Ya ?”

“Paman harus belanja banyak di toko ibuku ini! Oke?”

Yongbok tertawa, “Hahaha lucu sekali kamu, siap nanti aku akan beli banyak barang disini.”

“Bagus! paman keren. Sekarang silakan tidur, aku main game lagi.”

.

.

.

  1. @watermelonlix – Candy (permen)

“MAMAAAAA JIJI NAKAAAALLLL !!!”

Seulgi yang masih melipat baju diruang tengah langsung berlari ke ruang tamu mendengar tangisan putra bungsunya.

“bokiee sayang kenapa menangis?”

Badan mungil itu dia gendong dan ayun-ayunkan pelan, “mamaaaa jiii nakal! bokie gak suka! bokie benci jiji!”

Seulgi kewalahan saat putranya makin menangis keras. Dia makin bingung karena biasanya bokie tidak pernah berkelahi dengan jiji karena mereka sudah kenal sejak mulai belajar merangkak.

“jiii nakaaall!”

Merasa tak mendapat informasi apapundri sang buah hati, akhirnya Seulgi beranjak keluar rumah.

“Bu Seulgi? Bokie kenapa kok nangis?”

Dia disapa oleh Bu Dokter yang tinggal berseberangan dengannya, Seo Yeaji.

“Ah Mbak Yeaji, gak tahu ini pulang dari main langsung nangis. Katanya jiji nakal. Gak paham saya mbak.”

Yeaji mendekat, “Tadi saya lihat dia main sama changbin juga Bu. Sebentar coba saya panggilkan Changbin dulu.”

“GAK MAUUU !!! BOKIE GAK MAU KETEMU KAK ABIN!!” pekikan tiba-tiba bokie membuat dua wanita disana terkejut.

Seulgi makin bingung, “shhtt~ bokie sayang gak boleh bilang gitu~ kok bokie nakal ke kak abin?”

jemari kecil anak itu mengusap kasar matanya, “malu... bokie malu ketemu kak abin.. bokie jelek nangis...” gumamnya pelan yang malah membuat dua ibu-ibu itu gemas bukan main.

“BOOBOBOOOOOOO!!!!” teriakan khas anak kecil terdengar riuh mendekat. Seulgi dan Yeaji melihat jika ada beberapa anak kecil berlarian menuju arah mereka.

2 yang paling depan adalah sahabat bokie ; Jisung atau jiji, dan juga Seungmin.

Yeaji mengernyit melihat putranya ikut berlari dibelakang 2 anak tadi, tumben sekali anaknya mau bermain ramai-ramai begini.

“MAMA GIII!! NIH!!” si mungil Jisung mengulurkan satu bungkus permen coklat yang bentuknya sudah gepeng.

“ni tadi jiji ambil punya bokie. eh bokie nangis hehehe” jelasnya tanpa merasa berdosa.

“Lhoh ini bukannya permen yang kamu minta buat mama beliin sayang?” Yeaji mengambil permen dari tangan Jisung, ia menatap si putra semata wayang bingung.

“anu mama ji, tadi kak bin bawa permen cuma satu. buat bokie aja. kan jiji sama minie juga mau. jadi tadi jiji ambil...eh bokie malah nangis.” jisung kembali menjawab sambil melempar cengiran khas anak kecil.

“jiji bodoh sih. gak boleh ambil barang orang.” Changbin yang terlihat kesal bukan main langsung menyambar, dia menatap permen coklat yang masih di bawa sang Mama, “Lihat permen nya jadi rusak. ih jiji.” kesalnya.

Jemari Changbin menarik pelan ujung baju Seulgi, “mama gi, bokie turunin.”

“GAKK! BOKIE JELEK ABIS NANGIS!” bokie menyembunyikan wajahnya dibahu sang Mama, menolak menatap Changbin.

“nggak~ bokie manis.cantik banget. sini sama abin... nanti abin kasih lagi permennya.”

bujukan itu membuat Yeaji dan Seulgi terkejut, “Loh loh abin siapa yang ajarin kamu ngomong begitu?'

“Bokie turun sini~ ayo ikut abin~ bokieee manis.”

mata sembab bokie akhirnya mencari sosok Changbin, “janji permen lagi ?”

“Iya janji. ayo sini~”

Seulgi menurunkan sang putra, merasa heran saat jemari mungil anaknya langsung digenggam oleh Changbin.

“cup cup peri cantik. cup cup!” Changbin dengan santainya mengecupi pipi bokie yang memerah karena menangis.

“Changbin!!” Yeaji memekik panik, namun putranya malah semakin berani dan mengecup bibir bokie

“Peri gak boleh nangis lagi ya. Pangeran akan selalu melindungi peri~ Ayo ikut pangeran ke Istana!”

“Ayo!!”

Seulgi dan Yeaji belum sempat bereaksi tapi Changbin sudah berlari menarik bokie ke rumahnya.

“tuhkan mama gi. kak abin jahat main pangeran-pangeran an gak mau ajak jiji...”

.

.

.

  1. @bitchlixies – Lokal (Changbin as Abimanyu, Felix as Yoga, Jisung as Hasan.)

“Tempat apa nih?”

Abimanyu menatap sangsi kedai? tempat makan didepannya ini hanya ditutupi beberapa lembar seng dan hanya memiliki 3-4 meja saja.

“Gak apa mas, wes sini duduk aja. aku pesen in makanannya dulu.”

Abimanyu duduk disalah satu kursi plastik, sneaker nya mengetuk lantai tanah sedikit tak nyaman.

Ini hari keduanya berada di desa demi mengunjungi kepala pelayannya yang mengadakan acara pernikahan. Karena Abimanyu sangat dekat dengan kepala pelayan itulah dia mengajukan diri untuk ikut pulang ke desa asal si kepala pelayan.

“Mas Abi gimana? betah gak disini?”

Hasan; anak bungsu pelayan Abimanyu itu memang sudah kenal lumayan dekat dengan si Tuan muda karena beberapa kali bertemu.

“Lumayan san. omong-omong disini sepi ya? kok gak ada mobil lewat gitu...”

Hasan tertawa, “Jarang mas, kalau motor banyak disini. soalnya juga deket semua mas. Mau kepasar aja jalan kaki bisa, mau ke bu bidan naik sepeda sebentar udah sampai. enak disini mas gak ada macet.”

Mata Abimanyu berbinar, bebas dari kemacetan itu bagaikan impian besar.

“Enak dong san, hah di rumah mah dikit-dikit macet. Kalau mau beli apa-apa juga jauh.”

“Tapi enak lho mas wes ada gofud, gojek, neg disini gak ada itu mas.”

Obrolan itu terhenti saat ada anak laki-laki lain mendekat membawa makanan.

“Oalah kamu to san, tumben toh tumbas maem rene.”

Abimanyu menatap tanpa kedip anak yang menyapa Hasan akrab, mangkuk mi ayam dan segelas es kelapa itu dia abaikan hanya untuk menatap makhluk tampan didepannya.

“Loh ga, kok nde kene?”

“iya—”

“Nama kamu siapa manis?”

ABimanyu dan mulut nya yang licin memang berbahaya, Hasan bahkan langsung menendang kaki si Tuan muda dibawah meja.

“Maaf mas, aku cowok lhoh... bukan cewek.” si pemuda tertawa canggung lalu berlalu pergi.

“Heh mas abi iki aneh-aneh ae. dia itu Yoga, temen sekolah ku mas. kok kamu puji manis seh* , dikira perempuan to?”

Abimanyu menggeleng, “Nggak lah san, aku tahu dia cowok, cuma ... gila sih sialan cakep banget, udah punya pacar belum sih?”

Hasan menggeleng pasrah, dia lelah dengan orang-orang yang terus menanyakan status Yoga padanya.

“Lagian yo mas, Yoga itu sukanya sama cewek mas, bukan cowok kayak mas. ” Hasan coba menahan angan Abimanyu.

“Halah kalau udah ngerasain enak mah lupa san cewek atau cowok. Lain kali kalau kamu ke kota ajak aja si Yoga. Biar aku ajak main hahahaha”

“mas !! hus!!”

.

.

.

  1. @healersis – Curse (kutukan)

“Katanya kalo lo duduk disana sama orang yang lo kenal, hubungan kalian bakal putus. entah itu sama temen lo, saudara, pacar, bahkan katanya sampe ada yang cerai.”

Changbin, Minho, Wooyoung , dan Jisung mendengarkan dengan khidmat cerita San barusan.

“Makanya gue sama woonie tuh selalu muter kalau pulang. Ogah lewat halte keramat itu. Kutukannya kuat banget bro.” tutup San setelah bercerita panjang lebar.

changbin mengernyit, “harusnya kalau cuma lewat doang gak bakal kenapa-napa kan? tadi kan lo bilang kalau duduk di haltenya.”

San merengut, “Heh denger nih. lo tau kan cerita soal perceraian nya pak Yunho sama pak Jaejoong? Nah itu tuh karena 1 bulan sebelumnya mereka lewat sana. Sumpah ya lo bin ngeyel banget.”

“Gue bukannya ngeyel anjir, cuma penasaran. “

Jisung mengusap dagunya sok berpikir, “Hmmm, sebagai anak indihom, setan apa yang menurut lo ada disana yang ?” dia menatap Minho penasaran.

Si kekasih cuma melengos, “Gak tahu. gak mau tahu. gak mau ketemu.”

“Nanti gue pengen lihat deh tempatnya.” Changbin menyeletuk, “Woonie ntar lo pulang sendiri ya, gue mau lihat halte terkutuk itu.”

“Lo ngapain cari masalah sih bin?” Minho memukul kepala si teman , “Nggak usah macem-macem deh. Dibawa pergi sama penunggunya mampus lu.”

“Kalau cakep ya gak apa-apa hahaha”

“Mulut lo dijaga dong anjir. beneran kejadian mampus dah.” San ikut mengingatkan.

Kantin sekolah menengah atas itu makin ramai saat Changbin menertawakan peringatan dua temannya.

Rasa penasarannya akan tempat terkutuk yang dibicarakan itu nyaris hilang saat melihat mendung gelap menggantung dilangit. Jam tangannya menunjuk pukul 5 sore. Les tambahan dari sekolah memang biasanya mengulur waktu pulang.

“Ah lewat bentar gak masalah kali ya.” bisiknya pada angin dingin yang berhembus. Motor hitam milik Changbin menggeram pelan melewati jalanan asing yang belum pernah ia lihat, beberapa semak terlihat dikanan kiri jalan.

“Kata si san tadi habis belok satu kali, terus ada lahan kosong , baru ke haltenya.” gumamnya mengingat arahan dari si sahabat.

Laju motornya memelan saat hujan mulai turun dan kabut memekat. Changbin menyalakan lampu depan motornya, berusaha melihat dari balik kaca helm yang berembun.

Beberapa rumah yang ia lewati nampak langsung menutup pintu karena lebatnya hujan.

“Eh anjir badan gue basah semua.” gerutunya. Niatnya untuk berbelok ke salah satu halaman rumah orang tertunda saat matanya melihat ada anak berseragam yang duduk sendirian disebuah halte.

Motor Changbin tanpa sungkan ikut berteduh dibawah atap kecil tempat itu.

“Sorry ya gue numpang neduh.” sapa Changbin setelah mematikan mesin.

“Eh iya kak gak apa-apa. Sini kak duduk.”

Pemuda manis itu menyapa balik Changbin. Senyum singkatnya membuat Changbin berdebar tak karuan.

“Anjir jam tangan gue. haduh.” Changbin menunda duduknya, dia mengusapkan arloji merah hitamnya ke celana. Tidak berguna juga karena celananya sama basahnya. Beruntung jarum itu masih bisa bergerak normal.

“Rumah kamu mana ?” tanya Changbin pelan, matanya menyusuri wajah indah disampingnya ini.

“Belakang sini rumahku kak hehehe ” jeamri lentik itu menunjuk ke sebelah halte dimana ada rumah cantik dengan lampu-lampu menyala terang.

“Terus ngapain disini?”

“Nunggu temenku kak. Eh sekarang jam berapa kak?”

Changbin melirik arlojinya, “5 lebih 20 dek, kenapa?”

Wajah itu merengut, “Kayaknya temen ku gak jadi dateng deh. Ayo kak mampir dulu kerumah ku ~ sambil nunggu hujan reda. Motornya dimasukin halaman aja gak apa-apa.”

Changbin yang tiba-tiba ditarik untuk berdiri akhirnya ikut saja.

“Selamat datang dirumahku kak, semoga betah ya ~ hehe”

.

.

.

  1. @yoospblx – Marah

“UDAH AKU BILANG KAMI CUMA TEMEN!! TEMEN DAN REKAN KERJA! KAMU KENAPA JADI SENSITIF KAYAK GINI SIH ?!”

“KAMU TUH GAK TAHU GIMANA PERASAAN AKU KAK!!”

Felix melempar beberapa lembar foto sang suami dengan rekan kerja nya.

“KAMU TAHU AKU SAMA WOOYOUNG BERAPA TAHUN HAH ?!?! KAMU LUPA KALAU WOOYOUNG ITU UDAH NIKAH JUGA SAMA SAN ?! MIKIR LIX!!”

“YANG NAMANYA SELINGKUH TUH GAK ADA URUSANNYA MAU UDAH NIKAH ATAU APAPUN KAK!! KALAU EMANG MENTAL NYA SUKA SELINGKUH YA BAKAL TETEP SELINGKUH! EMANG JALANG—”

Changbin menampar keras sang suami, “Jaga mulut kamu! Kamu gak kenal Wooyoung luar dalem. Gak usah ngata-ngatain dia!”

Felix menutup mata erat merasakan rasa panas dipipi, “That's it kak... selesai. Kamu udah berani main tangan sama aku. ITu tandanya emang dipernikahan kita udah gak ada rasa cinta lagi. Thats it. Kita selesaiin aja disini kak. Kita cerai aja.”

.

.

.

  1. @rullurallas – Elegi

Elegi ( – Elegi adalah istilah umum dalam kesusastraan yang merujuk kepada syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan dukacita, khususnya pada peristiwa kematian. Namun tak hanya kematian, penggunaan kata “elegi” dalam syair atau lirik lagu juga dapat ditujukan untuk menggambarkan perasaan kehilangan.)

now playing : Taeyeon – If (Honggildong OST)

cw // hurt, one-side love.

note : kalimat dicetak miring adalah terjemahan lagu Taeyeon-If


Because I was like a fool, I could only Look upon you

“Kak!! “

Changbin tersenyum melihat sahabatnya datang melihatnya latihan bahkan membawa bekal untuknya.

“Thankyou bokie manis ehehe”

“Gimana kak latihan hari ini?”

“Lancar, gue tadi bahkan sempet coba trick baru sama Wooyoung, duh bokie harusnyaa tadi lo dateng lebih awal.” sungut Changbin.

“Hhaha maaf kak, ini kan hari rabu, aku harus ikut club Sains dulu baru kesini.”

Changbin mengusak kepala sahabatnya itu sambil tertawa, “Duh bokie lo kalau banyak les mendingan gak usah bawain gue bekal. Gue nanti bisa pesen makan online—”

“NO!! gak apa-apa kak!! gue ga kerepotan.” si sahabat merengut imut. Menyodorkan satu suapan irisan pisang ke changbin.

“Dahlah kakak sana balik latihan lagi. aku tungguin disini!”

Changbin tertawa gemas dan mencubit pipi gembul itu, “Dah bokie!! tungguin bentar ya. KALAU WOOYOUNG SAMA HYUNJIN MINTA JANGAN BOLEH!!!”

Teriakan Changbin dihadiahi pukulan oleh 2 teman yang dia sebut tadi, “sialan lo emang, bisa aja caranya manfaatin adek gemes yang ngefans.”

pipi Wooyoung ditampar Changbin—meski bercanda tapi dia merasa cukup sakit— setelah berucap seperti itu, “Anjir bin sakit!”

“dijaga alat buat niup-niup lo itu. gue sama bokie gak begitu. Dia tulus perhatian ke gue. dan gue gak pernah maksa dia buat ngelakuin apapun.”

Wooyoung cuma melengos. Hanya orang bodoh yang tidak bisa melihat bagaimana tatapan memuja bokie pada Changbin.

Dan Changbin salah satu orang bodoh itu.

/ / /

Because I was afraid of how your heart might change and We might grow farther apart

“Wihh tumben banget nih traktiran di cafe hahaha”

Changbin menarik kursi diseberang si sahabat, “Bokie manis pasti lagi dapet bonus uang jajan nih,” godanya sambil menjawil dagu si kecil.

“Kak hus buruan duduk , aku udah pesen btw. nggak apa-apa kan?” Bokie menuangkan air putih ke dalam gelas didepan Changbin.

“Santai, kamu udah hapal kan aku sukanya apa?”

Bokie mengangguk cepat, tangan Changbin terulur guna merapikan helaian poni yang tak tertutup barret lilac.

“Kamu tumben hari ini dandan cakep banget ... hayo mau kencan ya !!”

Bokie didepannya memerah malu, Changbin semakin gemas dan menguleni dua pipi favoritnya.

“Aduh gemes banget nih adek aku paling manis udah berani pacar-pacaran, hmmmm pasti habis ini aku dianggurin nih.” canda Changbin yang direspon dengan gelengan cepat Bokie.

“Nggak lah!! kakak tetep no. 1!!” ucap Bokie cepat, jemarinya memainkan jemari Changbin diatas meja.

“Jangan gitu bokie, nanti pacar kamu salah paham.”

Bokie menepuk keras pipi Changbin, “Hustt! udah jangan ngeledekin aku. Ayo dimakan dulu makanannya.”

Changbin baru menelan dua suapan saat Bokie kembali bicara, “Kak, katanya anak-anak Manajer Team kalian nembak kakak ya?”, ucapan pelan itu masih didengar jelas oleh Changbin.

“Oh Yeri? Iya.”

“Kakak jawab apa?”

“Aku tolak lah. Kamu tahukan kalau aku gak suka sama hubungan yang awalnya temen terus jadi pacar gitu. Males, banyak ribetnya.”

“Terus Kak Yeri gimana?”

“Ha? ya gak gimana-gimana. Aku cuma bilang ke pelatih kalau gak nyaman sama perasaannya Yeri. Jadi gue kasih pilihan. Gue yang keluar dari Team, atau Yeri yang keluar.”

Bokie menghentikan gerakan tangannya mengaduk minuman, “Astaga kak...”

Changbin hanya menggedikan bahu, kemudian dengan cekatan mengambil ponsel Bokie dimeja.

“OKEEE KITA LIHAT SIAPA PACAR DEK BOKIE MANIS !!!”

“KAK ABIN!! HAPE AKU!!”

/ / /

I was such a fool, not able to Tell you I loved you Because I was afraid of the hurt and sadness I Would receive after we meet

“Bokie?”

Changbin meletakan tasnya ke meja kantin. Tempat itu sudah sepi karena memang jam sekolah sudah selesai.

“Kamu ngapain disini?”

Bokie yang menggeleng dengan raut lesu membuat Changbin berlari ke mesin minuman untuk membelikan minuman favorit si sahabat,

“Minum dulu bokie... habis itu cerita kenapa kamu diem aja.”

Bokie menatap kaleng dingin itu dalam diam, Changbin pun hanya diam menemaninya meski pemuda itu bisa pulang lebih dulu.

“Kakak pulang aja gak apa-apa.”

“Ini masalah pacar kamu ? Kamu disakitin ? Yang bikin kamu nangis gini dia ?!”

Bokie menahan tangan Changbin yang akan beranjak, mengusap lengan itu pelan.

“Nggak kak , nggak~ tenang kak.”

“Bilang sama kakak siapa pacar kamu!”

Bokie hanya menggeleng, dia menatap Changbin dengan pandangan memelas, membuat yang lebih tua pun tak tahan dan memeluk erat.

“Bokie , kamu udah kakak anggep lebih dari temen dan sahabat—”

Bokie menahan nafasnya.

”—kamu udah kayak adik kakak sendiri. Kakak gak biarin kamu nangis atau disakitin. Kakak sayang kamu.”

“Kenapa ...”

“Kamu lebih penting dari yang lain bokie.”

Jemari itu dengan pelan meremas punggung Changbin, “Misal... misalnya pacar kakak sama aku tenggelam... siapa yang bakal kakak selametin duluan?”

“Ya kamu lah. Pacar tuh cuma status. Gampang putusnya, gampang bertengkarnya. Kamu jelas lebih penting.”

Bokie hanya mengangguk, Changbin bisa merasakan seragam bagian dadanya basah.

“Sht~ udah ya manis. Kita pulang sambil beli kue coklat biar kamu gak sedih lagi. Oke?”

Sekali lagi bokie hanya mengangguk patuh.

.

.

.

  1. @tekokebalik – Gelang

“Kak, ayo beli gelang ku kak. Gelang ini bisa bikin kakak ketemu jodoh kakak!”

Felix dan Seungmin berhenti berjalan saat ada 2 anak kecil manis dengan keranjang menghadang jalan mereka.

Dua anak berusia 7 tahunan itu mengulurkan keranjang rotan mereka yang berisi banyak gelang buatan tangan yang lucu-lucu.

“Ayo kak beli~ nantikakak bisa dapet cookies gratis.”

Felix berjongkok, mengusap pipi gembil dua anak itu gemas.

“Oke sini kakak coba lihat gelangnya.”

Felix meraih salah satu yang menarik perhatiannya. Gelang dengan manik biru muda dan putih.

“Kakak beli ini satu ya?”

Anak kecil itu tersenyum senang , bahkan melompat kecil.

“Ini kak, ayo cepat dipakai~” seru mereka. Felix tertawa gemas, dan segera memakai asesoris cantik itu.

“Kakak kacamata tidak mau beli juga?”

Felix mengedipkan mata ke Seungmin, yang untungnya kode itu diterima baik oleh si sahabat.

“Wah iya deh aku juga mau, hmmm aku ambil 4 ya dik? kebetulan kakak masih punya temen lain~ jadi biar semua pakai gelangnya.”

“YEAYYY!!!”

Felix tersenyum trenyuh, hatinya tersentuh melihat senyuman polos dua anak kecil ini. Dia dengan segera mengeluarkan satu lembar uang dari dompet.

“Ini adik kecil uangnya.”

Mereka berdua bertatapan, lalu salah satu yang bersurai sebahu merogoh celana pendek warna hitamnya.

“Jiji gimana ini... uang kita cuma satu ini...” bisiknya ke si teman, yang lucunya bisa didengar Seungmin dan Felix.

“duh jinnie gimana ... jiji juga gak punya uang kembalian...”

Dua pasang mata bulat itu berkaca-kaca membuat felix gemas bukan main.

“ahahah lucunyaaa~~ ih pingin kakak bawa pulang aja kalian.”

Felix mengusap kepala keduanya, “Ini semua uangnya kalian ambil. Tidak perlu kembalian.”

Yang menyebut dirinya jiji tampak ragu, “eumm...”

“Ambil saja ya~ gak apa-apa. Asal kalian janji setelah ini kalian langsung pulang karena sudah malam. Oke?”

Akhirnya lembaran uang itu diterima, bahkan Jiji memberikan 3 keping cookies ke Felix.

“Terima kasih banyak kak. Sampai jumpa.” ucap dua bocah itu serempak sebelum berlari menjauhi kerumunan pasar malam.

“Lix lix, lo tuh emang deh... selalu aja lemah sama anak kecil.“mulai Seungmin saat keduanya kembali berjalan menikmati paasar malam.

“Alah min, kapan lagi kan bisa bantu—-ADUHH! DUH!! STOP!!”

Felix memekik kesakitan saat tangan kanannya tersangkut pada pakaian seseorang dan tertarik keras.

“Astaga maaf maaf.”

Felix meringis saat merasakan perih, “aduh... sakit.”

“astaga berdarah—San nyalakan mobil, kita bawa adik ini ke rumah sakit.”

“Baik Tuan Seo.”

Seungmin mengerjap, dia menatap pria itu aneh.

“Pak maaf gak perlu, bapak cukup lepas jas bapak dan kita lepas sangkutan gelang temen saya.” jelasnya.

“No, lihat kulit porselen nya saya lukai. saya melukai bidadari. saya harus bertanggung jawab. Bukan kah begitu adik kecil?”

Felix mematung, aduh!

Pria tampan ini muncul dari mana sih!

.

.

.

  1. @diamondkitty118 – Photocard “Kenapa deh pacar lo hari ini galak banget anjirr... gue dihukum lari 20x di lapangan.”

Changbin mendongak menatap Wooyoung yang melepas seragamnya, menyisakan kaus hitam dibadan.

“emnag biasanya berapa kali putaran?”

“Cuma 5x lah. sama suruh buang sampah doang.”

Changbin hanya mengedikan bahu, “Mungkin habis kena semprot guru , soalnya tadi anak OSIS sempet dikumpulin dulu sebelum patroli rutin.”

.

.

.

“GAK USAH MUNCUL DIHADAPAN GUE!! ENYAH LO!”

Seisi kantin

  1. @cbbxnn_ – Gendong

  2. @hoifilix – Sayang

  3. @fwufflixieu – Japan

  4. @pandaavx – Keliling Dunia

  5. @fairyhanjis – Cooking

  6. @_ktata – Brownies

  7. @FelixVvia_ – Sunshine