Curse – epilog.


“San, lo becandanya gak lucu deh.” Minho menggerutu sambil memegangi senter ke jalanan sepi didepannya.

“Sumpah anjir no, terakhir kali tuh smartwatch nya nyala didaerah sini.” San dan Minho berjalan beriringan sambil berdebat kecil.

Sampai mata mereka mendapati halte kutukan yang tengah ramai diperbincangkan. Suasana gelap disekitar sana karena minimnya pemukiman membuat suasana angker makin kerasa.

“Eh apa tuh anjir bening-bening—ANJING NO!! ITU MOTORNYA SI ABIN!!”

San tanpa takut berlari melewati ladang kosong itu guna memastikan bahwa itu memang kendaraan si teman.

“Anjing kok bisa disini...” San menyadari jika motor itu masih utuh, tidak lecet atau bahkan mogok.

Sementara san berusaha membawa motor Changbin kembali ke jalan, Minho menatap lekat Halte tua disana. Matanya memicing menyadari ada benda hitam ditempat duduk Halte.

Dengan langkah pelan Minho mendekati Halte, dalam hati berdoa itu benda yang ia pikirkan.

Dan benar saja, itu adalah smartwatch milik Changbin.

Namun aneh. Benda itu tak berfungsi lagi untuk menunjukan waktu. Jarum digitalnya diam di pukul 05:20 pm.

3 jam yang lalu.

Minho menyadari ada sesuatu yang menatapnya lekat dari kegelapan ladang kosong disamping halte, karenanya dia berbisik,

“Lo udah punya temen kan? tolong jangan ganggu orang-orang yang lewat sini lagi...”