SKETCH

Oleh Nyonyabang

A/N :

“Terinspirasi dari prompt tumblr : “i’m an art student pursuing my degree abroad and i’m supposed to be sketching pieces in the museum but instead i’ve been sketching you and oh no i think you just saw me.” au”


“Seungmin, ku tunggu di lantai 3. Jangan lupa bawa buku gambar lebih—dan juga lebih baik kalau kau mau bawa kanvas—“

“Jisung seriously ?! Kanvas ?! Kita hanya perlu membuat sketsa kasar !”

Jisung merengut saat sang kawan membentaknya dari ujung lain sambungan telepon. Ia melirik ke jam dinding dikamarnya dan membulat kaget saat waktu sudah menunjuk pukul 10 pagi,

“Shit ! Seungmin aku duluan !”

Jisung memutuskan sambungan dan segera menyandang ransel birunya.

Setelah memastikan tak ada yang tertinggal Jisung segera menuju halte, dimana ia sedang beruntung karena bus yang ia tunggu datang beberapa saat setelah ia sampai disana.

Ya... semoga ia bisa menyelesaikan tugas kali ini agar bisa mendapatkan beasiswa ke Inggris.

Semoga saja ...

.

.

.

“Hyunjin ? Kau baik-baik saja ? Masih merasa mual ?” Felix menggeser satu cangkir teh hangat ke depan sepupunya yang lumayan pucat. Penerbangan dari London ke Seoul memang lazim membuat jetlag karena perbedaan waktu yang cukup signifikan.

“im’kay...” sahut Hyunjin pelan. Felix mengangguk, “Baiklah, jadi kau akan ke Museum hari ini ? Aku bisa mengantarkamu sekalian karena jalannya searah dengan kantor kerjaku...”

Hyunjin menyesap tehnya plan sambil mengangguk, “Ide bagus. Aku akan bersiap ~”

.

.

.

Jisung menunjukan surat pernyataan dari Universitasnya yang menjelaskan jika Jisung akan mengambil gambar salah satu karya dimuseum dan di gambar ulang untuk tugas tertentu.

Sang Manager Museum tersenyum dan membaca surat itu sekilas, “Baiklah, silakan kerjakan tugasmu.”

Jisung menerima kembali surat itu dan membungkuk sopan, “Terima kasih atas kerja samanya.”

Si Manager mengangguk sambil tertawa, “Kau tahu hari ini kami juga akan mendapatkan kunjungan dari salah satu Dosen besar sebuah Universitas Seni dari London. Kau akan beruntung jika bisa bertemu dengannya.”

Jisung mengaminkan itu dalam hati, siapa yang tak mau bertemu dosen seni dari universitas luar negeri sementara kau sendiri sedang mengejar beasiswa kesana ?

Remaja tinggi itu undur diri dari hadapan Manager museum dan segera menaiki eskalator menuju lantai 3. Dari yang dia tahu ada satu patung pahatan klasik berbentuk seorang pria cantik yang memegang gelas anggur.

Baru saja kakinya melangkah memasuki dan iris coklat lebarnya sudah mendapati patung yang ia incar.

Indah.

Sangat indah.

Bentuk muka, hidung, dagu dan mata itu... sangat proporsional. Jisung mendekat dan duduk dikursi yang disediakan. Ia mulai mengeluarkan perlengkapannya, saat suara lembut beraksen khas british bergema disekitar situ,

“Ah, hay Carol, whats’up? Hm ? Ah—its kay im bloody okay, not r’lly hot in h’re”

Jisung berdoa semoga dia tidak berliur bak anak balita, ia menelan ludah melihat sosok yang berdiri didepannya—tidak, tidak benar-benar didepan Jisung, pria itu berdiri beberapa meter didepan.

Satu tangannya di saku, dan yang lain memegang ponsel yang menempel ditelinga. Bibirnya bergerak sesuai irama dan terlihat lembut, wajah itu mendongak beberapa derajat untuk menatap lukisan yang tergantung membuat dagu nya terekspos angkuh, mata berbulu lentik itu mengedip beberapa kali seakan memotret lukisan itu dan menyimpannya dalam ingatan.

Indah.

Sialan...

Jisung menunduk kearah buku gambarnya hanya untuk mendapati tangannya secara lancang sudah menggambar sketa kasar dari si pria. Mulai dari bahu, rambut dirty blondevyang menutupi bahu, dagu angkuh, bulu lentik—sialan bibir itu !

Jisung ingin menggigitnya!

Tangannya kali ini bergerak secara sadar, ia mulai menggambar tangan dan pinggang itu. Jisung berani bertaruh jika lengan kerennya akan terlihat cocok mengitari pinggang ramping itu.

Sketsa kasar itu kini terlihat makin jelas dan halus, Jisung menggambarkan background berupa beberapa lukisan tergantung dibelakang sang objek utama. Jisung menahan nafas, kali ini karena melihat bagaimana jari lentik itu menyusuri kaca pelindung lukisan.

Shit...” umpat Jisung pelan, ia baru kali ini menggambar objek hidup—dan sialnya benar-benar hidup; dalam artian bergerak.

Mata Jisung fokus, ia menggambar garis-garis lurus dan melengkung yang menjadi satu saat melihat lengkukan tubuh yang indah dari objek gambarnya saat objek itu menoleh, berbalik pelan. Dan saat itu juga Jisung menyadari sosok itu sejak tadi menyembunyikan sepasang onyx cantik yang membuat Jisung hilang kesadaran.

Tidak.

Jangan !

Dia mendekat—

Crap !

Jisung kelabakan saat sadar sepenuhnya dan sosok itu tak lebih dari 10 langkah dari tempat duduknya,

“Hay, are you ... sketching ... me ?”

Jisung berdiri, buku gambar dan pensil ia jejalkan kedalam tas seadanya dan langsung berlari dari sana.

“Sorry ! ! Your beutiful curves make me out of control ! !”

Baiklah ... setidaknya ia tak hanya diam kabur.

.

.

.

Part 1 end.

.

.

.

Epilog.

“Jisung sialan ! kenapa kau tak mengangkat telponku kemarin hah ?! Aku menunggumu di museum hingga sore !”

“Seungmin diam... jantungku akan meledak...”

“Mati saja sana ! Aku—“

“Aku akan berangkat ke London minggu depan—untuk beasiswanya maksudku...”

“WHAT THE—APA YANG KAU GAMBAR HAH ?!”

“Kau tak akan percaya dengan apa yang tangan berbakatku lakukan kemarin”

.

.

.

Part 2 l o a d i n g . . .