write.as

~ First Taavi memasuki toko kue milik keluarga nya, ia berjalan pelan sambil tatapannya menelusuri setiap ruang mencari keberadaan sang bunda. Kehidupannya tidak begitu mewah bahkan bisa dibilang pas - pas an hanya dari toko kue inilah ia dan keluarganya mendapatkan uang. Toko kue ini juga pemberian dari teman bunda nya karena keluarganya tidak ada penghasilan uang apa pun dan beruntung sang bunda memiliki keterampilan membuat kue. Ditambah sejak kepergian sang ayah ia yang notaben anak sulung harus menjadi tulang punggung keluarganya dan juga membiayai sekolah sang adik, Barnett Arsenio. Taavi bingung kemana ia harus mencari tambahan uang, ia tidak mungkin terus menerus hanya mengandalkan uang dari toko kuenya, ia juga tidak mungkin harus berdiam diri dan hanya melihat bundanya yang bekerja keras apalagi keadaan bundanya kadang kala tidak terlihat baik. Seperti saat ini ia melihat bundanya tengah menyusun beberapa kue kecil di rak sudut ruangan. Ia menghampiri sang bunda yang terlihat telaten memisahkan berbagai jenis kue. "Bunda" Sang bunda, Cleo menoleh dan tersenyum hangat saat melihat putra sulungnya itu. "Udah pulang kak? Kenapa kamu murung begitu kak?" Taavi melingkarkan tangannya kearah bundanya dan mendekapnya. Ia lelah sepulang kuliah ia seharian mencari pekerjaan kesana kesini tetapi tidak ada yang cocok atau mau menerimanya. "Bundaa... Taavi masih belum bisa bantu keuangan keluarga bun." Tangan Cleo terulur mengelus rambut anak sulungnya. "Kak, kamu jangan terlalu pusing mikir keuangan kita ya kak. Kamu fokus sama kuliah kamu dulu ya, biar bunda yang cari uang untuk kalian berdua." "Seharusnya Taavi bun yang bertanggung jawab ke bunda sama adek, biar bunda gak kecapean dan adek juga bisa bayar uang sekolah tepat waktu." "Udah kak gak usah kamu pikirin dulu yaa, udah kamu mandi sana terus nanti kita makan malam bareng yaa." Taavi melepas pelukannya, ia menurut dan menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Biarkan dirinya sejenak membersihkan pikirannya juga. Setelah selesai dengan kegiatan membersihkan diri, Taavi melangkah menuju meja makan. Ia melihat Cleo sedang mengatur piring - piring tersebut. "Adek mana bun?" "Katanya tadi masih mau ngelanjutin tugasnya, sebentar lagi juga turun. Kamu duduk dulu sini." Tak lama kemudian Barnett turun menuju ke arah sang kakak dan bundanya. "Kakak!!" Teriak nya dan langsung memeluk Taavi. Akhir - akhir ini memang Taavi jarang menghabiskan waktu bersama adiknya itu karena ia yang terkadang pulang ketika Barnett sudah terlelap. "Udah selesai tugasnya hm?" "Udah.. kangen banget sama kakak, padahal kita se atap tapi gak pernah ketemu." keluh Barnett sambil mengerucutkan bibirnya. Taavi hanya tersenyum tipis, ia memang sangat dekat dengan adiknya itu, Barnett dan bundanya adalah kesayangannya, ia akan melakukan apapun agar keduanya tetap bahagia. "Seru banget agenda kangen - kangenannya" interupsi sang bunda datang dari arah dapur. "Hehe... Adek kangen banget sama kakak bun, kakak sibuk banget sampek ngelupain adek." Ucap barnett dengan ekspresi sedih nya. Taavi tertawa kecil, adiknya memang selalu menempel padanya. Akhirnya mereka bertiga memakan makan malam dengan sedikit di selingi dengan bercerita keseharian masing - masing. "Oh iya bun, minggu depan hari terakhir untuk pembayaran disekolah barnett." "Iya sayang nanti bunda bakal bayar yaa, tunggu ya bunda cari uang yang banyak nanti." Taavi merasa bersalah, Barnett sering kali telat membayar dan berakhir ia akan dimarahi atau ditegur guru disekolahnya. "Nanti kakak yang bayar, kamu sekolah aja yang giat ya." Barnett pun mengangguk, sebenarnya ia tau betul keadaan keuangan keluarganya, jadi ia terkadang tidak masalah jika harus dimarahi karena sering terlambat membayar.