sweet dreams.
Malam ini ada yang berbeda dari malam-malam biasanya.
Tidak ada hal lain selain kecanggungan antara dua orang yang seharian ini sama sekali nggak bertatap muka atau mengobrol secara langsung.
Gak ada yang berniat untuk buka suara lebih dulu untuk memulai obrolan.
Gak ada suara lain selain dentingan sendok dan piring dari Taeyong yang tengah memakan sepiring nasi goreng dengan tenang.
Lebih tepatnya mencoba terlihat tenang karena sebenarnya jantung cowok itu daritadi terus-terusan berdegup gak stabil sejak berhadapan dengan Mikaila.
Sedangkan Mikaila hanya diam, sibuk dengan ponselnya sendiri.
“Ekhem” Taeyong berdehem pelan sukses membuat Mikaila melirik padanya.
“Nasi gorengnya enak” katanya kemudian meneguk segelas air, menghilangkan dahaganya yang begitu menganggu
Mikaila hanya tersenyum tipis hingga akhirnya suasana kembali diam.
Mata Mikaila terus menatap layar ponsel, padahal pikiran gadis itu melayang-layang kesana kemari, mencoba mencari kata yang tepat untuk menanyakan hal yang sejak kemarin menganggu pikirannya.
Sebuah polaroid.
Itu memang cuman sebuah foto biasa saat Mikaila lihat sekilas.
Hanya sebuah foto yang memotret Taeyong tengah mencium pipi seorang gadis yang menyembunyikan ekspresi malu dibalik tangannya.
Bukan hal yang mengejutkan sebenarnya.
Namun, saat Mikaila lihat lebih jelas lagi, pada latar foto mereka berdua terdapat tulisan yang jelas terbaca “Happy Anniversary”
Entah kenapa, tiba-tiba hati Mikaila terasa seolah tercubit.
Ada sesuatu yang terasa menyakiti hatinya saat otaknya mulai paham jika gadis di foto ini nggak sama seperti perempuan lain yang hadir di hidup Taeyong.
Perempuan ini... Berbeda.
Dan fakta jika Taeyong masih menyimpan polaroid itu membuat Mikaila tau satu hal,
Hati laki-laki yang kini tengah sibuk memainkan sisa acar di piringnya itu ternyata masih menyimpan nama orang lain.
Marah, kecewa, sedih.
Mikaila bukan nggak tau jika dia telah jatuh hati pada Taeyong. Ia tau, bahkan sangat tau jika ia telah lama jatuh hati. Mungkin sejak awal mereka bertemu seperti apa yang Jonathan bilang.
210919 adalah tanggal tertulis di sudut polaroid yang Mikaila nggak paham apa arti dan maknanya.
Dengan helaan nafas gusar dan hati yang mendadak terasa sakit, Mikaila keluar dari kamar Taeyong, memilih menghindari cowok itu karena sadar mungkin hanya dia sendiri yang jatuh cinta disini, kemudian menangis semalaman di dalam kamar dan memutuskan pergi ke tempat Jonathan paginya agar Taeyong nggak melihat betapa menyeramkannya mata dan wajah bengkak Mikaila hari ini.
“Taeyong” panggil Mikaila pelan, ia membuka suara setelah hening yang lama.
Yang dipanggil mengangkat kepalanya, menatap lurus pada sang gadis.
“Udah sebulan” tukas Mikaila.
Taeyong mengernyit, belum paham dengan maksud dari ucapan Mikaila.
“Apanya yang- oh”
Lalu kembali diam.
Tiba-tiba terdengar terkekeh pelan dari Taeyong sambil tangannya yang sibuk menggumpal-gumpal tissue. “Cepet banget dah sebulan” katanya mendadak membuat suasana sendu.
“Perasan baru kemaren gue masih pake neck belt terus bawa-bawa koper ke sini” sambung cowok itu sambil kembali mengingat pada hari dimana ia dengan sangat nggak ikhlas datang ke tempat ini karena merasa sangat bosan di rumah sendiri dan gak bisa kemana-mana selama masa penyembuhan.
“Beneran udah sebulan nih?” laki-laki itu menatap lurus pada Mikaila yang membalas dengan anggukan kecil.
“Terus gimana?”
Mikaila menautkan alisnya.
“Apanya gimana?”
“Ya gue. Gue harus balik nih ke rumah gue?”
”... emang mau gimana lagi??”
“manatau lo mau nyuruh gue biar tinggal di sini aja” jawabnya asal. Dalam beberapa detik kemudian, Taeyong sibuk merutuki betapa bodoh kata-katanya barusan.
Mikaila nggak akan mau repot-repot nyuruh lo tinggal disini. Untuk apa? Gak mungkin. Kecuali dia suka sama lo! pikir Taeyong.
Laki-laki itu berdiri, memutuskan untuk kembali ke dalam kamarnya. Mungkin malam ini ia harus bergadang untuk mulai merapikan barang-barangnya.
Dengan langkah yang terasa sedikit berat, Taeyong berjalan meninggalkan meja.
“Aku suka sama kamu!”
Taeyong tertawa miris.
Apa dirinya sangat mengharapkan Mikaila bilang seperti itu sampai suara dalam otaknya terdengar begitu nyata.
“Taeyong!”
Melihat Taeyong yang tak berniat berhenti melangkah membuat Mikaila dengan tergesa mengejar cowok itu, menahan tangannya hingga membuat Taeyong berbalik dan menatap Mikaila terkejut.
“Eh? Kenapa?” tanya Taeyong.
“Tinggal disini aja”
“hah?”
“Kamu tinggal disini aja?”
“K-kenapa?”
Dan jawaban dari Mikaila selanjutnya bukan seperti apa yang Taeyong bayangkan.
Tubuh Taeyong terasa seperti tersengat listrik. Kaku dan tegang.
“Mik?”
Belum sempat Taeyong menanyakan maksud kecupan singkat pada bibirnya tadi, namun gadis itu lebih dulu berlari kecil masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu dengan sedikit keras.
Taeyong hanya melongo.
Otaknya sama terkejutnya dengan dirinya yang belum bisa mencerna hal apa yang baru saja terjadi tadi.
Tangan Taeyong sibuk meraba bibirnya sendiri. Meyakinkan dirinya bahwa itu bukanlah khayalannya.
Laki-laki itu nggak bisa menahan senyuman yang merekah lebar di bibirnya dan jantungnya yang berpacu cepat, membuat Taeyong meloncat kegirangan tanpa alasan jelas.
Mungkin malam ini ia akan benar-benar mimpi indah.
orentciz