write.as

Kartu Tarot Arcana Mayor

Tiara yang mendapat kabar bahwa sosok Pak Gurunya datang ke SMA Nirvana untuk membuat mood nya balik lagi, gadis ini berlari menuju parkiran sekolah. Ia hampir saja terjatuh di tangga sekolah yang licin karena terlalu bersemangat.

Sedangkan Tara dan Genk Kesatria Malamnya ini datang dengan 2 sepeda motor. Tara dengan Hari, dan Daren bersama Revin.

“KA TARAAAA!!!” Tiara berteriak dari jauh lalu berlari ke arah Tara dan teman temannya memakirkan motor

“Buset, cewek Lo nyaring juga suaranya” Revin kaget dengan suara Tiara yang sangat keras itu

“Hehehe maafin ya. Ntar juga kebiasa.” Tara menggaruk palanya dengan tersenyum malu

“Halo Ka Tara, Halo teman teman freak nya Ka Tara, kita ketemu lagi kan.” Tiara melambaikan tangannya kepada Genk Kesatria Malam

“Wah, baru nyampe udah dipancing emosi saya. Tahan gue tahan!!!” Hari menyodorkan badannya seperti ingin berkelahi dengan gadis tersebut. Namun tak ada yang menahannya

“Kasian banget temen Lo Vin.” Ucap Daren

“Bukan temen gue. Temen gue manusia. Bukan non manusia” jawab revin kepada Daren

“Halo, wah rame banget ya acaranya Ra, kayaknya didalem banyak booth ya?” Tara melihat sekeliling sekolah yang penuh dengan siswa siswi serta alumni sekolah nya

“Iya kak, OSIS tahun ini emang keren keren. Di dalem booth nya banyak banget! Bahkan mereka ngundang guest star gitu tapi belum dikasih tau siapa.” Jawab Tiara

“Makanan ada?” Tanya Revin

“Nah ini, penting. Karena donatur kita butuh makan juga.” Hari berlagak seperti bodyguard karena ia memakai kacamata Hitam

“Ada kokkk, mau dimsum, seblak, Boba, banyak deh. Sampe pusing tadi milihnya.” Tiara menjelaskan kepada dua pemuda yang sangat kelaparan setelah kelas

“Yaudah ayooo masuk, Ka Tara ayoo masuk.” Tiara memegang tangan Tara dengan gerakan yang sangat cepat.

Ketiga pemuda itu yang melihat tindakan Tiara hanya melotot seakan akan melihat sosol ghaib.

“Beneran bucin sih. Bener apa Lo pada.” Ucap Daren

“Dih, kasian. Iri ya? Ayo Vin, kita juga bisa.” Hari memegang tangan Revin dan mengikuti cara Tiara tadi

“Anjirrr lepasin ga!! Malu diliatin banyak orang!” Revin berusaha melepaskan genggaman Hari namun genggaman nya sangat kuat

Mereka melewati lorong sekolah yang terdapat Mading disamping kanannya. Tiara memberitahu bahwa foto Tara sebagai lulusan terbaik masih terpajang di Mading tersebut. Di foto tersebut Tara sangat seperti kutu buku yang hanya mengenal belajar belajar dan belajar.

“Ka nih foto Lo. Masih dipajang. Ka Hari, Ka Revin, Ka Daren liat nih ada temen Lo.” Tiara menunjuk foto lama milik Tara tersebut

“Anjir, bener bener anak teladan banget.” Ucap hari

image

“Udah sih malu gue. Udah udah.” Tara berusaha menutupi fotonya tersebut.

“Gue foto dulu ah buat kenang kenangan.” Revin mengeluarkan HP nya dan memotret foto Tara di SMA

Setelah melewati lorong Sekolah Nirvana tersebut, Sampailah mereka di lapangan yang terdapat puluhan booth makanan serta panggung di tengah nya. Hari, Revin dan Daren berlari menuju booth sushi yang berdiri disana.

“Lo pacaran dah, gue mau makan. Yuk kita serbuuu.” Hari mengajak revin dan Daren menuju booth sushi tersebut meninggalkan Tara dan Tiara.

“Hahaha dasar Bocah kelaparan.” Tara menggeleng kepalanya karena sudah hal biasa melihat kelakuan teman temannya itu. Terlebih Hari yang menjadi penghidup setiap suasana.

Tara dan Tiara ikut berkeliling di setiap booth. Mulai dari Boba, takoyaki, dan berhentilah mereka di satu booth yang dipasang kain didepannya. Booth tersebut mengundang rasa penasaran Tiara.

“Ka, ke booth ini yuk?” Ajak Tiara kepada Tara

“Serius? Ini booth Tarot. Lo percaya gitu gituan?” Tara mengangkat alisnya sebelah

“Mau nyoba aja yuk.” Tara dipaksa masuk oleh Tiara ke booth tersebut yang didalamnya sudah ada sosok perempuan yang bisa membaca Tarot.

Perempuan ini sedang sibuk membereskan kartu tarot yang baru saja dibacakan Ke orang lain. Tarot readers ini menyuruh Tara dan Tiara duduk di kursi yang terbuat dari bantal.

“Silahkan duduk. Mau dibacakan apa?” Tanya tarot readers ini kepada Tiara

“Ehm.... Apa ya. Gimana kalau Hubungan aja? Relationship? Bisa?” Tiara menjawab sambil mengarahkan wajahnya yang cantik ke Tara

“Bisa.” Tarot Readers ini mulai mengocokan kartu Tarot untuk membaca perihal Hubungan Tara Dan Tiara

“Silahkan diambil 3 kartu saja.”

“Ka Tara 1, Aku 1, abis itu 1 nya barengan ya?” Tanya Tiara kepada sosok lelaki yang duduk disebelahnya dengan keadaan wajah yang pasrah

Setelah beberapa kartu dipilih oleh pasangan ini, muncul lah beberapa gambar yang nantinya dibacakan oleh seorang Tarot Readers.

“Kartu pertama dinamakan The Fools, perjalanan cinta yang baru. Kalian diharap tidak melakukan kebodohan yang sama seperti pada hubungan sebelumnya. Percaya diri boleh namun tetap dengarkan suara semesta.” Tarot readers menjelaskan kepada Tiara dan Tara arti kartu pertama nya. Mereka hanya melihat satu sama lain.

“Di kartu kedua dan ketiga sangat berhubungan kuat. Ini kartu yang ditakutkan. Death. Ada perubahan yang terduga dalam hubungan ini. Perubahan yang bisa berakhir secara menyenangkan atau bahkan mengarah kepada perpisahan. Jika benar terjadi, Tarot Death menyarankan untuk tidak terlalu bersedih. Ditambah Kartu ketiga yaitu Empress. Sebelum hal tersebut terjadi, nampaknya orang tersebut akan memberikan kesempatan untuk membuat pasangan nya terkesan.” Tara merasakan hal yang tidak nyaman kali ini. Ia berdiri dan meninggalkan Tiara didalam booth tersebut. Ketakutan dalam dirinya dikeluarkan lagi oleh Tarot readers ini. Ketakutan akan kematiannya yang berarti meninggalkan Tiara dalam kesedihan.

Tiara yang melihat Tara keluar, dia ikut menyusulnya.

“Kak, Lo kenapa?” Tanya Tiara yang menarik tangan Tara

“Gpp, gue ganyaman. Gasuka dibaca bacain begitu. Musyrik.” Jawab Tara dengan raut muka sedih

“Kak Tara ganyaman? Maaf ya kak. Aku gatau...” Tiara menundukkan kepalanya

“Hey it's ok, aku yang harusnya minta maaf malah keluar begini.” Tara memegang pundak milik Tiara

Ketakutan yang sudah dipendam oleh Tara ini hampir saja ketahuan oleh gadis kecilnya. Ini bukanlah saat yang tepat untuk memberi tahu Tiara tentang apa yang terjadi.


MC di panggung baru saja memberitahukan bahwa pertunjukkan selanjutnya adalah puncak dari acara itu. Guest star tersebut ternyata adalah Afgan. Penyanyi yang didambakan oleh Tiara. Ditambah Afgan akan membawakan lagu favorite Tiara.

“Kaaa, ternyata Afgan!! OMG KESANA YUK KAK!!”

Tiara dan Afgan seperti satu kesatuan Overthinking setiap malamnya. Lagu yang Afgan bawakan adalah “Ku dengannya Kau dengan Dia”.

Suasana dilapangan mulai mellow ditambah matahari yang mulai terbenam. Moment yang pas bagi para muda mudi yang memiliki pasangan.

Tara mengarakan kepalanya ke badan Tiara dan sangat melihat gadis ini memandangi sosok idolanya.

“Peri Cantik.”

“Iya ka?”

“Suka banget ya?”

“Iya ka. Lagu nya ini pas banget”

Tara memegang tangan Tiara dan mengarahkan badan mereka satu sama lain. Layaknya orang akan berdansa sore itu.

“Ra...” Ucap Tara dengan suara kecil kali ini. Tiara hanya tersenyum kepada Tara

“Tetap tersenyum seperti ini ya. Senyum kamu tulus. Apapun yang terjadi nanti, senyuman ini gaboleh hilang ok?” Tara memegang bibir Tiara untuk mempertahankan senyuman di wajah gadis itu.

“Gaakan hilang asal ada Ka Tara kok. Kan ka Tara sumber kebahagiaan aku.” Tiara memeluk Tara dengan sigapnya dan merasakan kehangatan tubuh proporsional pria ini.

Jika banyak yang bertanya kenapa Tara sangat senang memberikan pelukan ke orang terdekat nya, karena pria ini tidak pernah merasakan kehangatan dalam hidupnya. Jadi, dia lebih baik yang memberikan kehangatan ke orang lain. Karena ia tau, jika ia tidak bisa membuat dirinya sendiri bahagia dan nyaman, Tara bisa memberikan itu ke orang lain. Mungkin memang Tuhan menciptakan dirinya untuk memberikan kehangatan ke orang orang sekitarnya. Tetapi kenapa kali ini tuhan memberikan cinta yang sementara kepadanya.


Di sisi Lain, Genk Kesatria Malam ini sibuk memakan popcorn berwarna merah di pinggir lapangan. Mereka mendapati pemandangan Tara dan Tiara ditemani Afgan yang sedang bernyanyi di panggung.

“Ini sekolah mahal juga ya. Bisa ngundang Bebi Romeo.” Ucap Hari

“AFGAN! KOK JADI BEBI ROMEO!?” Revin menimpuk Hari dengan Satu popcorn ditangannya.

“Awh sakit anjer. Lagian sejak kapan ganti nama...” Hari memegang kepalanya yang baru saja ditimpukkan popcorn oleh Revin

“Lo ganggu aja dah. Lagunya enak ini. Jangan merusak moment ya please.” Ucap Daren yang asik memandangi Afgan

Setelah pertunjukkan Afgan selesai, mereka mendekati Tara dan Tiara untuk mengajaknya meninggalkan sekolah karena hari semakin malam. Masih ada tugas yang harus dikerjakan.

“Mba dan mas nya, acara sudah selesai. Mari pulang? Sudah larut loh. Masih mau gandengan begini kaya orang nyebrang?” Ucap hari kepada Tara dan Tiara yang sedang berpegangan tangan

“Ganggu aja.”

“Tau Lo ganggu aja anjir.” Saut Revin

“Ra, yuk pulang?” Tara menatap Tiara

“Ayo kak.”

“Ra, sebentar ya gue ke kamar mandi dulu. Masih sama kan dibawah tangga?” Tanya Tara

“Iya kak masih.”

Tara meninggalkan Tiara bersama ketiga sahabatnya tersebut. Sesampainya ia di kamar mandi hal tidak terduga terjadi. Tara mengalami mimisan untuk kesekian kalinya. Dilalahnya, kali ini tissue dikamar mandi sedang habis. Sedangkan ia sedang memakai kaos berwarna putih. Kalau ia membersihkan darah tersebut dengan kaosnya, semua orang akan bertanya tanya tentang apa yang terjadi

image

“Ehm Bujank, gue mau ke toilet dulu ya! Urgent panggilan alam!” Hari yang mendapat SMS dari Tara langsung bergegas ke toilet untuk membantu Tara

Knock knock

“Tar, ini gue. Buka,” Hari berbisik ke lubang lubang di pintu kamar mandi tersebut. Tara membuka pintu kamar mandi dengan noda merah berceceran dilantai.

“Astaghfirullah, banyak banget Tar kali ini. Wah ini udah kelewat parah! Kerumah sakit ya!?” Hari masuk kedalam toilet dengan tissue ditangannya.

“Gpp, aman kok. Ga perlu apa apa rumah sakit.” Tara menahan keluarnya darah dari dalam hidungnya.

“Aman apanya? Ini banyak banget!” Hari menjawab dengan raut wajah yang kesal

“Gue bilang aman!” Tara membentak Hari dan tak lama disusul dengan tangisan kecil oleh Tara.

“Hei Tar, sorry sorry” Hari yang sedang membersihkan noda darah dilantai guna menghilangkan jejak, sontak berdiri ketika mendapati temannya menangis

“Gue capek Har. Gue capek kaya gini. Gue capek dengan mimisan, alat kemo, obat, gue capek.” Tara menundukkan kepalanya kearah wastafel didepannya

“Tar, disini ada gue. Ada sahabat Lo yang siap Direpotin 24/7. Lo pasti bisa, Lo kuat.”

“Gimana kalau gue udah gakuat? Gimana kalau semesta gue selesai sebentar lagi? Gimana kalau gue gabisa ngeliat Senyum dari Tiara lagi? Atau tingkah konyol Lo dan temen temen?” Ucap Tara dengan tissue yang masih menempel dihidung nya

“Tar, gue yakin sama Lo. Lo seharusnya yakin sama diri Lo juga. Apapun akhirnya nanti, Lo udah berjuang. Lo dikelilingi orang orang yang sayang sama Lo. Mamah Lo, gue, Revin, Daren, dan sekarang Tiara pacar lo. Jadi bertahan ya?” Hari berusaha menegarkan Tara yang semakin jadi dengan tangisanya

“Gue kaya kecelakaan, tapi sayangnya gue Gamati Har. Gue cacat. Cacat seumur Hidup.”

Lagi lagi, pikiran Tara kacau dengan terjadinya mimisan di kamar mandi ini. Hal hal negative di otaknya baru saja terlintas. Ia hanya tak ingin terbebani dengan penyakit ini. Ia ingin kembali normal. Jika bisa memilih, ia memilih untuk tidak tahu adanya penyakit ini.

Karena mereka tidak ingin membuat curiga teman teman nya yang lain serta Tiara. Setelah selesai dengan Isak tangisan di kamar mandi, mereka kembali ke tempat dimana Tiara menunggu Tara.

“Sorry lama, tadi ngantri lama banget.” Ucap Tara yang berusaha menutupi matanya dengan kacamata milik Hari

“Loh kok Lo make kacamata Hari? Nape Lo?” Tanya Revin yang mulai curiga

“Ah ribet Lo, Tara pengen keren kaya gue juga. Ya kan Tar?” Hari dengan tangan terlipat ditangan seolah olah menunjukkan ke kerenan dirinya

“Duh, Tiara, Lo jagain cowok Lo deh. Gue takut diapa apain sama Hari.” Ucap Daren kepada Tiara

“Hehe iya kak, pasti itu mah. Pasti aku jagain Ka Tara. Walau kayaknya kebalik ya hehe.” Ucap Tiara yang memandang wajah Tara

“Yaudah yuk balik gaenak udah malam. Tiara nanti dicariin mamahnya.” Ujar Tara

Mereka ber lima menuju parkiran motor. kali ini Tiara bersama Tara, dan ketiga pemuda itu melakukan Bonceng Tiga untuk sama sama mengantarkan Tiara kerumahnya. Petang itu ditutup dengan tangisan yang akan diingat oleh Hari. Karena ia baru saja melihat temannya merasakan lelah yang sangat berat. Lelah akan kehidupan yang tidak adil. Hari harap penyakit temannya hilang agar tidak ada lagi tangisan dari matanya.