— CHARGE

Melbourne, 06.00 PM—

Harusnya Owen udah bisa tau sekarang kalo Narendra itu selalu benar, baik itu perkataan atau firasatnya. Karena sekarang, dirinya benar-benar kelelahan.

Waktu mendapat kabar keadaan yang hectic, dia gak nyangka kalau bakalan sesibuk ini. Semua orang gak ada yang bergerak dari tempat masing-masing sangking hebohnya ngurusin kerjaan. Bahkan dia gak punya waktu buat bercanda sama teman-temannya karena mereka semua sibuk.

“Wen, kalo udah tolong masukin ke drive ya.” Ujar Barbara yang memang sedang meminta tolong pada dirinya, “Kalo bisa sebelum jam 7 udah selesai.”

“Iya Mba, siap.”

“Eh abis ini yang bareng gue buat event minggu depan jam 7 meeting dong, mau ada yang dibahas.” Ujar Ryujin mengumumkan. Owen yang bagian dari tim tersebut tentu saja akan ikut meeting, untuk itu dirinya bergegas menyelesaikan laporannya.

Setelah laporan selesai, dia pun beranjak ke ruang meeting yang sudah terisi beberapa orang. Untung aja sekarang dia satu tim sama Reyhan, jadi mereka bisa duduk barengan.

“Capek banget lo keliatannya Wen.” Tegur sang sahabat yang baru sadar dengan keadaannya, “Emang kacau banget jam tidur gue belakangan ini.”

“Lo emang sibuk banget ya? Gue perhatiin lo keluar mulu.”

“Iya anjir, yang nugas lah, yang dimintain tolong lah. Gak ada udah-udahnya.”

“Kenapa dateng dong hari ini? Harusnya lo bilang aja gak bisa.”

“Yaelah lo kaya gak tau gue aja, mana bisa nolak? Bang Ten langsung minta tolong di pc soalnya.”

“Ah dasar people pleaser.”

“Bacot!”

Dan tidak beberapa lama kemudian, Ryujin pun masuk ruangan dan meeting mereka dimulai.

“Nah ini gue ada seat plan buat— eh kemana ya?” Ryujin yang semula sedang melihat ke dalam map nya pun berhenti, “Astaga ketinggalan. Uhmm… Owen, boleh minta tolong ga?”

“Kenapa Ryu?”

“Tolong dong ke ruangannya Naren terus mintain map kuning punya gue. Lagi dipinjem dia soalnya.”

“Oke.” Owen pun segera berdiri dan berjalan menuju ruangan gebetannya itu. Sebenernya dia masih agak segan, karena ya dia sadar Narendra juga pasti kesel.

“Come in!” Begitu sahutan dari dalam ketika dirinya mengetuk pintu. Narendra menoleh sekilas sebelum kembali sibuk dengan komputernya, “Kenapa?”

“Mau ngambil map nya Ryujin. Katanya dipinjem sama Mas Naren ya?”

“Oh iya, itu ada di tumpukan paling atas,” ujar Narendra sambil menunjuk tumpukan berkas dengan dagunya, “Yang warna kuning kan?”

“Iya…” ujar Owen kemudian segera mengambil map tersebut. Namun bukannya pergi setelah, ia malah memilih untuk duduk di depan gebetan sekaligus atasannya itu sebentar.

“Kenapa lagi?”

“Kamu marah ya sama aku?”

“Menurut kamu?”

“Marah.”

Narendra kemudian menghela nafas dan membuka kacamata yang sedang ia pakai sebelum menoleh kearah Owen. Terus terang dia khawatir bukan main, apalagi sekarang dirinya bisa melihat seberapa lelah yang lebih muda itu, “aku gak marah.”

“Tapi kamu keliatan kesel.”

“Sedikit. Karena kamu gak dengerin apa kata aku. Kebukti gak omongan aku tadi?”

“Iya…”

“Kan. Coba sana ngaca, kamu tuh keliatan banget kekurangan tidur. Iya emang kita butuh orang banyak dan ini semua penting. Tapi kesehatan kamu lebih penting, Wen. Makanya aku kesel karena kamu malah lebih milih kesini dan ngorbanin tidur kamu lagi.”

“Aku gak enak Mas nolaknya…”

“Iya aku ngerti. Tapi—” Narendra sebenernya masih mau ngomel, tapi ngeliat Owen yang bener-bener udah melas sekarang dia gak tega, “kamu capek ya?”

“Capek banget…”

“Aw baby,” Narendra pun berdiri dari tempat duduknya dan mengampiri yang lebih muda sambil memeluknya. Owen yang tetap dalam posisi duduk pun balas mememluk dan menenggelamkan kepalanya diperut yang lebih tua, “I’m sorry if I’m being to harsh okay? I’m just worried.”

“I know, I’m sorry…”

“No no no.” Narendra pun menunduk untuk mengecup kepala Owen, “Gapapa aku ngerti kamu gak enak.”

“Capek banget Mas asli, aku kaya udah gak ada tenaga sebenernya.”

“Iya, sabar ya…” lalu dirinya menangkup wajah Owen untuk saling berhadapan sebelum mencium kening, hidung dan bibirnya secara berkala, “dah di charge lagi. Kamu selesain meeting sama Ryujin abis itu langsung pulang ya? Nanti abis itu aku susulin.”

“Beneran?”

“Iya, emang gamau ditemenin tidurnya sambil cuddle?”

“Mau banget!” Owen pun beranjak dari duduk nya lalu mengecup Narendra singkat sebelum berbalik, “thank you ya, aku beneran butuh kamu banget buat ngecharge.”