write.as

LOST "selamat beristirahat Aksa, I love you a lot" —Tania Adara Malam itu pemandangan langit sangat indah dilihat dari Bukit. Sepasang kekasih yang sedang terlentang di atas rumput memandang langit yang penuh dengan bintang, menikmati malam yang 'tak akan terulang. "Aksa, gimana?" tanya seorang wanita pada orang disampingnya yang tak lain adalah sang kekasih—Januar Aksara. "Gimana apanya, Tan?" Sang pria justru bertanya kembali. "Ih Aksa serius dulu" sebal Tania. Pria di sampingnya justru tertawa dengan renyah "hahahahaha, gapapa kok Tan, udah ga sakit" Jawab Aksa dengan senyum yang sangat manis. Tania melihat sebuah rasa yang berbeda di senyuman Aksa, Ia merasa senyuman Aksa memiliki makna sedih, khawatir dan senang yang menjadi satu. Perasaan itu membuat Tania tidak tenang. Aksa yang peka terhadap sang kekasih berusaha untuk membuatnya tenang. "Gak apa apa Tan, serius deh. Udah ga sakit kok. Aku kan kuat". Begitulah Januar Aksara. Ia kerap kali berbohong agar orang orang di sekitarnya tidak khawatir. "Kamu bohong Sa! KALO MASIH SAKIT TUH BILANG! AKU KHAWATIR TAU GA?! AKU INI PACAR KAMU YANG JUSTRU GA TAU APA APA TENTANG KAMU!" Tania marah pada dirinya sendiri. Ia menyayangi Aksa lebih dari ia menyayangi dirinya sendiri. "Aku udah ga sakit Tania sayang, udah sehat kok" Aksa sendiri tidak yakin dengan ucapannya barusan, nyatanya Aksa masih merasakan sesak pada dada bagian kirinya. "Kalo masih sakit harusnya kamu istirahat. Ga perlu jauh jauh dateng ke sini buat ngerayain ulang tahun aku. Kamu bisa lakuin tahun depan. Aku gak mau kamu makin sakit gara-gara ak-" "Tan! denger aku!" Aksa memotong ucapan Tania—ucapan Aksa terdengar serius "Ini aku lho Januar Aksara, aku orang kuat. Sakit yang aku rasain sekarang ga ada apa apanya dibanding sakit yang aku alami di masa lalu—" "TAPI SAKITNYA BEDA SA!..." ujar Tania yang memotong ucapan Aksa seraya menahan tangis. "Aku kuat Tan. Aku kuat" Aksa meyakinkan Tania, digenggam erat tangan sang pujaan hati serta ditatap intens manik coklat milik Tania. Tania diam tak bergeming—pasrah, ia tak tau harus berbuat apa. "Udah ya..., sekarang kita potong kuenya, kasian daritadi didiemin aja" Aksa berbicara dengan lembut. Tania mengangguk menarik segaris senyuman di bibirnya. "Angka yang cantik" ujar Aksa setelah memasang lilin berbentuk angka dua dan tiga berurut-urut di atas kue ulang tahun Tania. Tania masih diam enggan membuka suara. Ia berpikir mengapa Aksa tidak mau jujur padanya. Toh nanti mereka akan membangun rumah tangga yang pondasinya adalah kejujuran. Aksa sudah menyalakan lilin. Sepasang insan itu berdiri berhadapan. Aksa memegang kue dan menyanyikan lagu ulang tahun untuk pujaan hatinya. "Happy birthday.... Ta.. nia.. happy birthday.... Ta.. nia.. happy birthday Happy birthday happy birthday Ta... nia..." Suara Aksa sangat lembut saat menyanyikan lagu untuk Tania yang sedang berulang tahun ke 23 tahun. "Sekarang tiup lilinnya, don't forget to make a wish" Ujar Aksa. Tania memejamkan kedua netranya dan mengepalkan sepasang tangannya di depan dada sambil berucap "Semoga di ulang tahun yang kedua puluh tiga ini aku masih bisa membuat cerita dengan Aksa. Semoga sakit yang Aksa rasakan segera hilang. Semoga saat aku menjadi istri seorang Januar Aksara, aku dapat menjadi istri yang baik. Semoga Aksa tidak berpaling dariku. hufftt" Tania meniup lilinnya. Ia sengaja mengucapkan permohonannya di hadapan Aksa. Aksa tersenyum mendengar permohonan yang dibuat Tania. Mereka pun menikmati kue tersebut sambil bercerita tentang tahun tahun berikutnya yang akan mereka lewati bersama. "Tan, kalo kita punya anak, kamu mau namain siapa?" Tanya Aksa "Aku mau yang ada unsur sastranya biar sama kayak kamu" jawab Tania "Kamu mau punya anak berapa Sa?" kini Tania yang bertanya "Aku mau punya 2 anak, anak pertama laki-laki, anak kedua perempuan. Kamu sendiri?" Aksa bertanya balik "Sama kayak kamu" jawab Tania dengan senyuman manis yang tercetak jelas di bibirnya. Tania sejenak melupakan kekesalannya pada Aksa karena Aksa sudah berhasil membuat ulang tahunnya yang ke-23 tahun tidak membosankan. Mereka duduk menghadap ke bawah bukit yang penuh dengan lampu lampu kota yang menyala menikmati di bawah taburan bintang di langit. Malam ini adalah malam yang 'tak akan dilupakan baik oleh Tania maupun Aksa. Malam ini akan menjadi kenangan berharga bagi keduanya. Aksa menyandarkan kepalanya di pundak Tania. "Tan?" panggil Aksa dibalas gumaman oleh Tania. "Biar ku tebak. Sebentar lagi salah satu permintaanmu akan dikabulkan oleh Tuhan." ujar Aksa "Sok tau kamu" "Seriusan" "Emang kamu dukun bisa baca masa depan" ucap Tania. Aksa hanya tertawa "Hahahaha" Aksa masih setia menaruh kepalanya di pundak sang kekasih. "Aku tidur ya, nanti kalo kamu mau pulang bangunin aku. Aku ga kuat mau istirahat dulu" ucap Aksa lemas. Energinya sudah habis, ia lelah, ia butuh istirahat. "Tan?" panggil Aksa yang tak dihiraukan oleh Tania. tak kunjung mendapat jawaban Aksa kembali memanggil Tania "Tania sayang?" "Iyaa Aksaa, istirahat aja di pundak akuu, nanti aku bangunin kalo mau pulang" Ucap Tania. Aksa memejamkan kedua netranya perlahan dan tertidur di pundak sang kekasih. Sementara Aksa tertidur Tania sibuk memutar memori yang terjadi hari ini, netranya menatap lurus ke bawah bukit penuh lampu kota. Tania diam tapi pikirannya tidak. Otaknya sibuk memutar kejadian hari ini dari awal mula Tania bangun tidur dan sarapan bersama keluarga yang sangat memuakkan baginya dengan diam—tenang, bahkan tak ada satupun anggota keluarganya yang sekadar mengucapkan "selamat ulang tahun". Mengingatnya saja tidak. Dan saat Tania pergi ke Kampus memenuhi haknya sebagai mahasiswa, tak ada pula temannya yang mengucapkan selamat, menyapa saja tidak. Entahlah Tania tak ambil pusing, baginya ucapan ulang tahun hanya nilai plus, main menunya adalah kenangan, toh yang penting Aksa tidak lupa. Tania merasa sedih, ia sedih dengan hidupnya yang hanya berporos pada seorang Januar Aksara. Hingga saat Tania sudah berniat untuk kembali ke Rumah, ia membangunkan Aksa yang masih bersandar di pundaknya. "Sa..." Pertama. "Aksa..." Kedua. "Aksa sayang... bangun. Aku mau pulang" Ketiga. Aksa masih belum bergerak. Tania menoleh untuk melihat wajah Aksa. Wajah tampan dengan rahang tegas itu tertidur begitu nyenyak. Hingga saat Tania memegang tangan sang kekasih, tangannya sudah sangat dingin. Tania memegang pergelangan tangan Aksa, tidak ada denyut nadi di sana. Tania pun mendekatkan jarinya ke dekat hidung Aksa, tidak ada deru nafas pula di sana. Dan Tania Sadar saat itu bahwa Aksanya telah pergi untuk selama-lamanya. Ia tidak akan memiliki orang yang perlu dibanggakan lagi. Aksanya telah pergi mendahului Tania. Sesak. Tania merasa sesak. Mengapa orang yang ia cintai selalu pergi lebih dulu. Entah itu Ayah, Kakek, Adiknya dan kini kekasihnya—Aksa. Tanpa sadar Tania menitikan bulir bening dari netranya. "Istirahat ya Sa.. Istirahat yang tenang. Rasa sakitmu telah hilang untuk selama-lamanya. Berbahagialah Aksaku. Selamat beristirahat Aksa, I love you and only you" ucap Tania dengan tangisan yang sudah tak dapat ia bendung lagi. Tania runtuh saat itu juga. ©heymrju