Ada Kita

Setelah mendengar kabar mendadak kalau Adit sedang urgent di rumah sakit, hati Bila langsung sakit tidak karuan.

Bagaimana tidak, perasaannya tadi dia masih melihat Adit sehat-sehat saja, kenapa tiba-tiba dapat kabar seperti ini?

—-

Setelah menempuh perjalanan dengan ojek online, tibalah Bila di rumah sakit yang dibilang oleh Hanif.

Benar kata Sekar waktu itu, yang dia tidak sengaja melihat Adit dirumah sakit ini.

Sekarang tujuannya sama, rumah sakit ini juga.

Ada apa sebenarnya yang terjadi ke Adit? Adit yang sakit atau bagaimana?

Ah, pikiran jelek sudah mengelilingi otak Bila setibanya disini

“Duh, hanif, angkat dong.” Gerutu Bila saat mencoba mencari tahu dimana keberadaan hanif dan yang lainnya.

“Bila? Ngapain bil?”

Suara yang tidak asing itu langsung membuat Bila menoleh, itu Yanda dan salah satu temannya yang bila tidak kenal.

“Yanda, yaampun beruntung banget gue ketemu sama lo.”

Yanda mengangguk, “eh kenalin ini temen gue varo.”

“Varo.” Ucap Varo sambil menjulurkan tangannya, dan dengan cepat dijabat oleh Bila

“Iya, bila.”

“Lo kok disini bil? Belom dijawab pertanyaan gue.”

“Yan, tolong yan, kasih tau gue Adit dimana?”

Yanda terbelalan mendengar pertanyaan dari Bila, karena setau yanda, Adit tidak pernah memberitahu siapapun selain teman temannya.

“Lo kok ta—“

“Udah yan, ayo buru, gue tau lo kesini mau nemuin Adit juga kan? Ayo ayo gue ikut.”

—- Setelah berhasil mengekor Yanda dan Varo, Bila berhasil mengetahui posisi Adit dimana. Tapi, dia harus menunggu di koridor, karena yanda mau memberitahukan teman temannya dulu.

Disini, posisi bila masih tidak tahu, Adit baik-baik saja atau tidak.

“YAN, VAR LO AH KEMANA AJA SIH.”

“Ih marah marahnya bentar, itu tadi gue ketemu—“ bisik Yanda, tapi dia tidak lanjutkan karena melihat Adit menangis dikursi tunggu didepan ruang ICU.

ya, memang bukan Adit yang sakit.

“dit...udah dit, berdoa, pasti kakak lo baik baik aja.” Ucap teman temannya.

——

Karena sudah sekitar 15 menit menunggu tanpa kejelasan, Bila bertekad untuk mendatangi mereka sendiri, bisa bisanya dia dilupakan disini.

Bila kemudian berlari dari tempat persembunyiannya tadi ke tempat dimana Yanda dan Varo pergi.

Alangkah kagetnya mereka semua, iya semua yang ada disana, termasuk juga Bila yang melihat keadaan Adit sedang hancur hancurnya.

Tapi dia sedikit tenang, karena bukan Adit yang terluka.

“Bila?” “Bil lo ngapain?” “Kok lo disini?”

Saut-sautan dari teman teman Adit membuat Bila mematung ditempatnya, dia hanya melihat Adit dan hanif secara bergantian, karena dia tahu soal ini dari Hanif.

Sautan itu pun membuat Adit sadar, dan menatap ke arah dimana teman-temannya melihat saat ini.

“Bila?”

Adit langsung menghapus air matanya saat itu juga, ya adit tidak mau terlihat lemah selain didepan teman temannya.

“Bil, ngapain disini?” Tanya Adit sambil berjalan menuju tempat bila.

“Adit, gue kira lo—“

“Gue gapapa bil. Aduh gue jadi gak enak kalo lo liat gue nangis.” Ucap Adit.

“Terus ngapain lo di rumah sakit? Gue panik dit, gue tungguin lo tapi ternyata lo disini, sorry kalo lo kaget gue tiba-tiba datang disini, gue gak maksud gangg—“

“Gue gapapa, bila.”

Dengan segala keberanian yang Bila punya, Bila langsung memeluk Adit yang ada didepannya karena dia tahu, Adit sedang tidak baik baik saja.

“Adit, lo gak boleh bohong, gue tau lo gak baik baik aja, gue disini, temen-temen lo semua disini, kita semua disini, kalo ada apa apa begini dan lo butuh temen cerita selain temen temen lo gue ada, dit jangan nangis ya, gue disini dit.” Ucap Bila tanpa sadar.

Adit yang masih mematung kaget karena dipeluk secara tiba tiba pun memasang sedikit senyumnya.

“Bil, lo nenangin gue, lo beneran berhasil nenangin gue hari ini.” Ucap Adit sambil membalas pelukan wanita itu.