Akhir & Awal yang baru.

Hari itu, Sabian & Ansara sama-sama pergi sesuai janji yang dilakukan bersama pasangannya masing-masing.

Ansara sudah siap dengan dress berwarna putihnya, berdiri didepan pintu rumahnya sambil menunggu Mario datang menjemputnya.

Di sebrang sana, Sabian dengan kaos yang dilapisi leather jacket, serta jeans hitam keluar dari garasi dengan menaiki motornya.

“Waduh.” Ucap Sabian saat melihat Ansara melambai dengan dressnya di sebrang.

“Hai sabian!” Teriak Ansara, Sabian dengan buru buru menghampiri Ansara dengan motornya. “Hati-hati, jangan kesenengan dulu.”

Ansara menggerutu, “apaan sih, orang gue mau diajakin dinner, lo tuh yang jangan kesenengan, soalnya lo kan mau diajak ngomong 4 mata sama mikha, kali aja.”

Sabian menutup telinganya dengan helm fullface, seakan akan tidak mendengar perkataan Ansara. “Gue pergi dah, males ngeladenin orang sotoy kaya lo.” Ucap Sabian.

“Yaudah sana pergi hush hush, hati-hati ya!”

————

Setelah selesai melaksanakan Dinner mereka, Ansara & Mario mulai bingung satu sama lain, karena akhir-akhir ini mereka sudah jarang berkomunikasi.

Sebenarnya, bagi Ansara hal itu tidak masalah, karena di satu sisi dia paham akan kesibukan Mario yang sudah bekerja sekarang.

“Ansara, happy Anniversary.” Ucap Mario sambil memberikan bucket bunga kecil kepada Ansara.

Bahkan, Ansara lupa kalau hari ini adalah hari Anniversary mereka, “ah, aku lupa io..”

Mario mengangguk, “its okay sar, ini salahku juga karena akhir-akhir ini sibuk ngga ngabarin kamu.”

“Makasih ya mario.”

Mario hanya tersenyum, kemudian memberikan satu pelukan ke Ansara, namun pelukan itu terasa erat sekali, tidak seperti pelukan yang biasanha Mario berikan ke Ansara. Apalagi, raut muka mario tidak bisa ditutupi, tergambar jelas disana Mario sedang gelisah dan memikirkan sesuatu.

“Mayo? kenapa? Kenapa gelisah?” Tanya Ansara.

“Sye..”

“Kenapasih?” Tanya Ansara bingung.

“Aku minta maaf, ya?” Ucap Mario lagi, semakin membuat Ansara bingung akan arti dari perkataannya.

“Maaf kenapasih? Kamu abis ngelakuin apa? Perasaan kamu ngga ada salah apa apa sama aku?”

Mario menghela nafas kasar, kemudian berjalan mundur menjauh dari Ansara.

“Mayo? Kenapasih?”

“Sye, kita udahan aja ya?”

Bagaikan disambar petir ditengah malam, pernyataan dari Mario benar benar membuat Ansara kaku, tidak berkutik sama sekali.

Namun, Ansara masih berusaha mencerna perkataan tersebut. “Maksudnya?”

“Kita putus ya sye? Kita udahan sampe sini ya sye? Maafin aku ya sye?”