Ao dan Rahasianya.

Tujuan mereka selanjutnya adalah, Pantai.

“Kenapa kesini?” Tanya Ao

“Gapapa, kenapa emangnya? Gak mau?” Tanya Ten balik

“Gapapasih.”

Suasana pantai sore itu sepi, tidak ada orang lain selain mereka berdua. Yaiya siapa yang mau ke pantai kalo lagi angin begini, ya cuma Ten.

“Pasti ada maksud tertentu kan lo ngajak gue ke pantai?” Tanya Ao

“Gak tuh, gak usah geer, gue gak mau confess ke lo.” Jawab Ten

“DIH? SIAPA JUGA YANG GEER LO BAKAL CONFESS KE GUE? IDIH PEDE BENER IDUPNYA.” Ejek Ao dengan nada menyindir.

Ten berdecak sebal, memang perempuan yang ada bersamanya ini memiliki kepribadian yang tidak bisa dikalahkan oleh apapun. Selalu aja opini atau katanya membuat Ten tidak bisa membalas.

“Tapi sumpah enak banget deh ke pantai sepi begini, gak ada suara hiruk pikuk orang orang, jadi kaya healing.” Celetuk Ao

“Ya kalo sepi mana ada suara hiruk pikuk lah, giman—“

PLETAK

Satu sentilan mendarat di pipi Ten, siapalagi pemberinya kalo bukan Ao.

“Gue lagi serius masih sempet sempetnya bercand—ah aduh aduh jaket gue jangan ditarik elah nanti melar, aaaa.” Ucap Ao sambil berlari, dikarenakan dia sekarang dalam posisi dikejar Ten.

————

Setelah sama sama lelah, mereka berdua pun duduk di pasir pantai yang kering, merebahkan diri dari kepenatan yang ada.

“Gue kangen banget begini sama ayah sama bunda.” Celetuk Ao

Ten yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya kearah Ao, seakan akan siap untuk mendengarkan semuanya.

“Tapi kayanya gak bakal mungkin deh, tapi pengen banget ngajak bunda gue ke pantai.” Ucapnya lagi

“Emang ayah lo kemana?”

“Gak tau, Gue takut ketemu ayah, dan kayanya gue gak akan berani ketemu ayah lagi.”

“Maksudnya? gimana? Kenapa lo takut sama ayah lo? Bukannya kata orang ayah itu cinta pertama anak perempuannya?”

Ao hanya diam tak bergeming dan tak menjawab pertanyaan dari Ten.

“Sorry, kalo lo gak mau cerita gue gak maksa kok.” Celetuk Ten.

Ao hanya mengangguk pelan.

“sorry, tapi kayanya itu gak berlaku buat gue.”

“Tapi lo mau tau satu hal gak?” Tanya Ao kembali membuka mulutnya

Ten kembali menoleh ke arah Ao, “Apa?”

“Lo adalah salah satu cowo yang mulai buat gue kembali berani untuk berinteraksi sama orang lain, khususnya laki-laki, dan lo menjadi orang yang bisa buat gue kaya gitu selain 2 sahabat gue, makasih banget.” Ucap Ao sambil memasang senyum simpul diwajahnya.

Senyum itu membuat Ten menepuk kepala Ao pelan, “artinya lo udah bertahan, terimakasih juga ya udah bertahan sampe saat ini”