As you wish.

Malam ini, kina hanya memperhatikan dirinya yang lemah dibalik pantulan kaca.

Kenapa bisa perempuan seperti dia, yang sudah lama ngejar haikal, dan pas jadian malah begini ceritanya.

Hari ini, dia lagi-lagi terluka, bukan hanya hatinya, tapi juga fisiknya. Yang lebih sedihnya lagi, dia harus melihat laki-laki yang menjadi pacarnya saat ini terlihat tidak peduli saat kina terluka.

Bahkan, berpindah 1 cm saja tidak dari tempat duduknya.

toktoktok

Suara ketukan pintu kamar kina seketika menghancurkan lamunannya.

“Kin, haikal udah dibawah, katanya mau ketemu lo, sana gih.” Teriak Ryu dari balik pintu.

“Iya bentar gue keluar.”

Kina mengambil hoodienya dan keluar dari kamarnya, turun untuk menghampiri haikal yang sudah ada didepan kosannya.

———

Haikal dan kina kemudian pergi ke taman deket kosannya, sengaja, karena takut ada yang menganggu dikosan.

Setelah sampai ditaman, mereka mampir membeli minuman kemudian duduk di dekat salah satu kursi taman yang ada disana. Tapi, mereka hanya duduk tanpa ada bicara apapun.

“Kamu baik baik aja? Ini lukanya udah diobatin?” Tanya haikal sambil memegang dahi kina yang sudah diperban kecil.

“Udah.” Jawabnya singkat

“Kin, maafin aku ya, aku gabisa bela kamu disaat begitu, kamu tau lila juga cewe, ga mungkin aku bentak dia dis—“

“Haikal aku mau putus.” Ucap kina memotong pembicaraan haikal.

Haikal yang sedang minum kemudian hampir tersedak setelah mendengar kalimat yang terlontar dari mulut kina.

“Apa?”

“Aku mau putus.”

“Kenapa kin?”

“Biar aku gak bohong sama orang orang kalau sebenernya aku punya pacar, kal. Aku cape boong terus.” Ucap kina.

“Kin..engga, pasti bukan itu alasannya kan?” Tanya haikal.

“Iya kal, itu alasannya, aku juga cape kalo liat kamu harus ngakuin aku cuma temen kamu sama orang lain.”

Haikal membelalakkan matanya saat kembali mendengr hal yang mengagetkan.

“Apa? Maksud kamu apa?”

“Kamu bilang sama lila kamu sama aku cuma temen kan? Mau sampe kapan kal kamu boongin semuanya?.”

“Kin ga gitu maksud aku, aku gaada bilang itu sama lila kin, sumpah demi apapun.”

“Mau kamu bener atau engga ngomong gitu, aku tanya sekarang, mau sampe kapan kamu nutupin semuanya kal?” Tanya Kina lagi.

“Kin, aku udah bilang sampe semua project ini kelar ya? Aku kan udah janji sama kamu kin. Kalo kamu mutusin aku cuma karena cemburu sama lila, engga kin aku udah bilang berkali kali aku sama lila gaada hubungan apa apa kin..”

Kina menundukkan kepalanya, benar benar pusing memikirkan semuanya.

“Kamu kira kalo kamu ngundur selalu sampe project ini kelar, itu perasaan lila bisa di batalin? Engga kan kal? Aku males berantem sama orang cuma gara-gara kamu kal.”

“Kin ngga kin, aku bakalan buat lila ga suka sama aku, aku cuma dia sebatas partner divisi doang.” Sanggah haikal

“Emang dulu kita apa kal? Kita juga diawali oleh partner departemen kok? Terus apa bedanya kamu sama lila? Sama kan kal? Sama kan?”

Haikal terdiam, tidak bisa menjawab sanggahan dari kina malam itu.

“Gabisa jawab kan kamu? Gabisa kan?”

“Kinaa, ga gitu, kamu jangan ngambil keputusan gegabah gini kin, sumpah apapun aku gaada hub—“

“Aku tetep mau putus kal, kita putus aja ya? Bahkan hubungan kita lebih baik kalau cuma jadi teman dari pada jadi pacar.” Ucap Kina sambil beranjak dari kursinya.

“Kin—engga aku gamau.”

“Aku mau kal, aku mau putus. Kita sampe sini aja ya.”

“Kin—“ panggil haikal sambil menarik tangan kina pelan.

“Udah kal, kita—sampai disini aja ya? Aku pulang. Kamu hati-hati ya pulangnya.” Ucap kina yang kemudian berlari pulang kekosannya, meninggalkan haikals sendirian yang tanpa sadar meneteskan air mata.