Bicara

Siang itu, seluruh panitia divisi acara menghabiskan akhir pekannya di villa untuk liburan.

iya liburan, melepas penat sebelum memulai rangkaian ketiga atau rangkaian puncak dari acara mereka.

Bisa dibilang bonding juga sih, ya walaupun bisa dibilang mereka ini udah kelewat akrab satu sama lain.

———

Suasana Villa hari itu diisi dengan riuh suara masing-masing orang dengan kegiatannya, ada yang karaoke, ada yang menyusun rencana untuk acara nanti malam, ada yang berenang dan beragam kegiatan lainnya.

Tapi tidak dengan CO mereka, Adit. Adit daritadi hanya diam, sesekali menyahuti panggilan yang diserukan kepadanya.

Bagaimana dengan Bila? ya sama, dia juga sebenernya ngga bisa ngambek ngambek gini, toh dia juga bukan siapa siapa Adit kan? Tapi jujur, dia sekarang bukan kearah marah/ngambek, tapi lebih ke arah awkward karena chat Adit tadi siang.

—— Waktu berjalan cepat, tidak terasa hari mulai gelap dan mereka semua melaksanakan kegiatan malam mereka yaitu bbq-an!

“Udah siap nih alat alatnya, mana segala perdagingan bawa kesini.” Teriak Hanif yang menjadi pj untuk mengurusi alat bbq mereka malam itu.

setelah semuanya telah terbakar sempurna, mereka pun menyantap makan malam dengan perasaan riang gembira.

“Dit, makan yang banyak kali dit, biar gak stress stress amat lo mau rangkaian ketiga.” Ucap Rayhan sambil menyodorkan beberapa daging ke CO nya itu.

“Kenyang gue.” Jawab Adit

“Kenyang apa galau jadinya gak mau makan?” Ledek Ajun, ledekan itu sukses membuat semuanya tertawa kecuali Adit dan Bila. Kalo bila mah gengsi mau ketawa.

——— Hari semakin malam, membuat tenaga orang orang itu mulai meredup alias sudah mengantuk. Satu persatu masuk ke dalam kamar masing-masing, namun ada beberapa yang masih menahan kantuk karena tanggung lagi nonton film.

Adit sedang duduk merenung di balkon villa dengan sepuntung rokok, iya Adit adalah orang yang akan merokok jika dirinya sedih, stress dan yang lainnya yang menganggu pikirannya.

Sedangkan Bila sudah masuk kekamar, namun dia lupa untuk menyikat gigi dan mengharuskan dirinya bangkit lagi menuju kamar mandi.

Kamar mandi villa itu bersebrangan dengan balkon, alias kalo ada orang di balkon bakalan keliatan.

Bila melihat Adit disana, dia berusaha menghiraukan, namun saat dia hendak berbalik melihat lagi, Adit sudah ada dibelakangnya.

Kaget? Tentu. Rasanya udah mau copot jantung si bila.

“Adit, astaga! Gue kaget!”

“Maaf, gak maksud bil”

Bila hanya meggertakkan kakinya, kemudian berusaha masuk kedalam kamar mandi.

Namun, dengan cepat tangannya ditarik oleh Adit.

“Gue mau bicara, boleh?”

Deg hati bila beneran kaya mau copot pas Adit bilang begitu, tapi lagi-lagi gengsi menahan itu semua, bila hendak menolak.

“Gue ngant—“

“Bentar doang ya?” Bujuk Adit, dan sukses membuat bila mengiyakan, walaupun hanya karena tidak tega.

—— Setelah bila menggosok giginya, dia kemudian menghampiri Adit di balkon. Bila melihat Adit merokok, gak masalah sih, cuma ya kaget aja.

“Sorry, gue matiin aja rokoknya, gue kalo stress ngerokok bil, maaf ya.”

Bila mengangguk paham, “terus? Mau ngomongin apa?” Tanya Bila

Adit mengacak rambutnya, dan duduk menghadap bila.

“Soal kemaren, gue beneran minta maaf, gue gak maksud ninggalin lo, gue beneran lupa kalo si Alya ngajak duluan, gue yang salah janji sama lo, bil.”

Lagi-lagi bukan hal yang ingin bila denger.

“Yaudah gapapa kali dit, kan gue udah bilang berarti emang urusan lo sama alya lebih penting, udah kan itu aja kan yang mau lo bilang? Gue masuk ke kamar ya..” ucap Bila sambil berdiri dari tempat duduknya

“Bil, belum selesai.”

“Apalagi?” Tanya Bila

“kemaren Alya nembak gue—“ ucap Adit

Bila langsung memasang ekspresi kaget, kaget yang beneran kaget.

“—tapi gak gue terima.”

Lega? Banget.

“Kenapa? Bukannya Alya cantik? Cocok juga kok sama lo.” Ucap Bila sok tegar.

“Iya dia cantik, kan gue udah bilang semua cewe tuh cantik, tapi ada alasan lain lagi.”

Bila yang sebenarnya kepo akut hanya merespon singkat. “Ooh gitu, gue kirain apaan.”

“Lo gak mau tau bil alasannya apa?”

Bila tersenyum, kemudian bangkit dari kursinya, “gue juga gak berhak tau dit, karena gue juga bukan siapa siapa lo kan? Lagian bukan urusan gue juga buat tau apa alasan dibalik itu, udah yaaa gue masuk dulu mau tidur, lo jangan kebanyakan merokok, ga bagus.”

Kalimat dari Bila sukses menampar Adit, Bila pergi meninggalkan Adit secara perlahan dari balkon tersebut.

”Padahal, alasan terbesar gue nolak Alya, karena gue suka sama lo, bil.” bisik Adit pelan sesaat Bila keluar dari pintu balkon tersebut.