Hujan dan ceritanya.

Suasana sore menemani Ao dan aras yang sedang menunggu didepan gerbang kampusnya tersebut.

Gak, gak maksudnya Ao doang yang nunggu, Aras mah cuma nemenin.

“Lo duluan aja, gue gak usah ditungguin.” Ucap Ao

“Gapapa gue tungguin aja, daripada lo sendiri.”

“Gapapa, nanti pacar lo nungguin udah san—“

Ucapan ao terpotong tatkala 1 motor sport terparkir didepannya, membuat kedua wanita itu sama sama berhenti berbicara.

Alangkah kagetnya saat dilihat siapa yang ada didepannya itu.

“Lah?” Lontar Ao secara spontan saat melihat cowo dengan motor sport didepannya membuka kaca helmnya.

“Sorry, tadi gue ke bengkel mobilnya belom bisa diambil, jadinya gue naik motor, gapapa kan?” Tanya Ten.

Ya, cowo yang ada didepannya itu Ten

Ao hanya mengangguk, menandakan tidak masalah, berbeda dengan Aras yang sibuk menyikut nyikut siku temannya itu.

“Oh jadi ini makanya gak mau gue tungguin?” Goda Aras

“Apasih lo?” Sanggah Ao atas pertanyaan aras barusan.

“Udah jadian ya kak? Kalo udah jadian sabar sabar aja ya ngadepin ao, agak sint—“

Tubuh aras di dorong kebelakang oleh Ao, supaya anaknya gak makin ngawur ngomong aneh aneh.

“—aduh aduh iyaiya jangan didorong dorong dong. Jangan salting gitu ah.” Goda aras lagi.

“Ah anjir emang, dah pergi sana lo pacar lo nungguin itu sana minta jemput.”

Ten melihat pertikaian antar teman itu hanya tersenyum dibalik helm fullface yang dia pakai.

“Yaudah gue pergi dulu ya, sukses ya ngedatenya HAHAHAHHA.” Teriak Aras yang langsung berlari menjauh dari kedua orang tersebut.

”Sial” batin Ao

“Gapapa kan naik motor?” Tanya Ten memecah lamunan ao sesaat setelah aras pergi

“Gapapalah, yang penting gue sampe kosan selamat aja.” Jawab Ao

Ten hanya mengangguk, kemudian memberikan helm untuk Ao gunakan.

Ao naik ke motornya Ten yang bisa dibilang cukup tinggi. Kemudian mengeratkan tangannya dipinggang laki-laki itu.

Ten yang sedang memperhatikan jalanan tiba-tiba kaget dengan hal tersebut, dia seketika tidak bisa menggerakkan badannya.

“Eh aneh ya? Yaudahdeh gue lepasin, gue pegangan takut jatoh soalnya HAHA.” Ucap ao sambil melepaskan tangannya.

Namun, dengan cepat tangan itu ditarik kembali oleh orang yang ada didepannya.

“Gapapa, daripada lo jatoh, gitu aja.” Ucap Ten seketika, ia pun langsung menghidupkan mesin motornya dan bersiap menyusuri jalan sore itu.

———

Saat perjalanan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka berdua, ntah apa, biasanya mereka sibuk berargumen satu sama lain.

Sore itu mereka tidak langsung menuju kost, karena Ten ingin membeli suatu barang, jadilah mereka saat ini menempuh perjalanan yang cukup jauh dari biasanya.

Jam menunjukkan pukul 18.30, mereka baru keluar dari toko yang mereka masuki tadi. Saat mereka keluar, mereka disambut dengan gerimis yang mulai membahasahi tempat itu.

“Mau nunggu dulu apa gimana?” Tanya Ten

“Lanjut ajadeh, kalo nunggu takut kemaleman.” Ucap Ao

Mereka dengan cepat menaiki motor dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju kost.

Tanpa aba-aba, rintikan hujan dengan cepat menghantam mereka berdua, awalnya Ten ingin menepi, namun ao menolak, dengan alasan tanggung karena sudah dekat dengan Kosan mereka, akhirnya mereka tetap melanjutkan perjalanan.

—— Lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah menghentikan perjalanan mereka berdua, ditengah derasnya hujan malam hari itu.

“Ao? Lo gak tidur kan?” Teriak Ten berusaha mengalahkan suara hujan agr tetap terdengar oleh Ao

“Engga, gue sadar 100%”

“Lo kedinginan gak?” Tanya Ten

“Engga kok, gue gak apa apa santai aja.” Jawab Ao lagi.

“Ao?” Lagi-lagi panggilan itu terdengar keluar dari mulut Ten.

“Apaaaa?”

Ten menarik nafasnya dalam dalam, “lo mau gak?”

“Mau apaan?” Jawab Ao

“lo mau gak jadi pacar gue?” Tanya Ten dengan suara pelan.

“Hah? Apa gak denger? Suara lo pelan banget kaya pake volume 10%”

“GUE SUKA SAMA LO, LO MAU GAK JADI PACAR GUE?” Teriak Ten.

Deg

Ao yang mendegar kata kata itu langsung merasakan sesuatu didalam hatinya, ntah apa yang dia rasakan, tapi tiba-tiba mulutnya kelu, tidak bisa berkata apa apa, tapi tergarus senyum simpul di sana.

“DIJAWABNYA NANTI AJA, INI UDAH LAMPU HIJAU, GUE MAU FOKUS BAWA MOTOR DULU.” Teriak Ten sambil memegang tangan ao yang melingkar di perutnya lalu menancapkan gas motornya dengan cepat.