Jalan Malam.

30 menit, waktu yang cukup lama bagi Ao untuk bersiap-siap. Ajakan Ten tadi membuat dirinya beranjak dari kasur tercinta.

Setelah bersiap, ia kemudian kembali duduk meratapi apa yang harus dia lakukan jika bertemu dengan Ten, terhitung sudah hampir 3 hari kejadian pagi itu saat makan bubur.

Tok..Tok..Tok

“Udah kelar belom?” Teriak seseorang dari luar

Ao masih terdiam, tidak menjawab panggilan tersebut.

“Ao, lo hidup kan didalam? Kalo gak gue dobrak nih.” panggil suara tersebut lagi dari luar kamarnya.

Kalimat “dobrak” membuat ao tersadar dari lamunannya, dan langsung bergegas mengambil tasnya dan menuju pintu.

Dibukanya pintu kamarnya, dan menampilkan Ten dengan stelan casualnya sudah berdiri disana.

”ganteng” gumamnya dalam hati.

“Ngapain pake masker deh?” Tanya Ten memperhatikan apa yang ao pake

“Ngga papa”

“Kenapasih lo singkat singkat banget?”

“Ngga apa apa.”

“Yaudah dah gausah pergi, kaya ngomong sama robot.” Ucap Ten

“APA APAAN GUE UDAH PREPARE GINI MASA GAK JADI NYEBELIN BANGET SIH ISH KESEL BANGET GUE TAU GITU GUE GAK USAH MAN—“ teriak ao sambil membuka pintu kamarnya lagi, bersiap untuk kembali ke kamar, namun dengan sigap tangannya ditarik oleh Ten.

“Ini baru ao yang gue kenal, udah udah gue becanda kok haha, ayo.”

Ao masih terdiam, dia tidak biasa dengan sikap ten yang tibatiba menjadi soft boy.

“Ayo! Apa mau gue gendong?” Tanyanya lagi

“Gak gak gue bisa jalan sendiri.”

—————

Suasana malam ditambah lagu dari playlist Ten menemani perjalanan mereka malam itu.

Ntah tujuannya kemana, karena dari awal mereka masuk mobil mereka hanya hening tak bersuara.

“Lo mau kemana?” Tanya Ten membuka suara, selalu dia yang harus membuka suara.

“Terse—“

“Jangan jawab terserah.” Potong Ten dengan cepat

“Gue gak tau mau kemana abisnya kan lo yang ajak pergi.”

Ten terdiam, iya emang dia yang ajak pergi tapi dia pun tidak mempunyai tujuan, dia cuma mau menghabiskan malam dengan wanita yang ada disebelahnya.

Mereka berhenti di Alun-alun kota, kalau malam minggu begini banyak banget outlet makanan yang berjualan disini.

Ao membukan seatbeltnya, bersiap untuk turun dari mobil, tapi tangannya ditahan oleh Ten.

“Kaki lo masih sakit kan? Udah disini aja, Lo mau apa? Cilok? Sate? Cilor? Bakso? Mie ayam? Dadar gulung? Kerak telor? Cireng? Tahu Gejrot? Manisan? Kentang puter?” Tanya Ten

“Lo mau bikin gue gendut ya?!” Teriak ao

Ten hanya tertawa, dia lebih suka wanita yang ada disebelahnya ini cerewet daripada diam.

“Jadi mau apa?” Tanya Ten sekali lagi

“Apa ajadeh.” Ucap Ao

Ten mengangguk, kemudian beranjak keluar dari dalam mobil.

Selagi Ten membeli jajanan, ao memperhatikan sekeliling mobilnya, dia merasa aneh dengan salah satu foto yang digantung di mobil itu.

dia merasa tak asing dengan foto seorang perempuan dewasa memakai topi dengan 2 anak kecil disampingnya, namun karena dia tidak berhasil mengingat apa yang serupa dengan foto itu, dia kembali meletakkan foto itu di gantungannya.

Setelah sekitar 15 menit, Ten datang membawa segala makanan ditangannya, tak lupa mulutnya juga sibuk mengunyah sesuatu.

“Banyak banget?”

“Makan aja, udah gue beliin, jangan mubadzir.” Ucap Ten menyodorkan segala jenis makanan yang ada didepannya.

Jujur ao mah laper, tapi dia tiba tiba pengen jaim, gatau kenapa tuh tiba-tiba pengen aja??

Sebelum memulai makannya, ao menyempatkan untuk bertanya kepada Ten, mobil siapa yang mereka pakai hari ini, karena setau ao mobil Ten tidak seperti ini.

“Kak, ini mobil siapa deh?” Tanya Ao disela sela aktifitas makannya

“Taeyong, kenapa? Berantakan ya? Maafin ya anaknya suka aneh aneh di mobil, makanya gitu.” Ucap Ten, ngawur

“Oh...” jawab singkat ao

Ten hanya mengangguk mengiyakan, tak lupa ia curi-curi pandang memperhatikan ao makan, tiba-tiba Ten mendekati dirinya ke wajah Ao.

Ao yang menyadari hal tersebut, langsung terdiam membatu ditempat duduknya, tubuhnya tiba-tiba tidak bisa digerakkan, tanpa sadar dia memejamkan matanya.

“Ngapain merem deh? Ini gue cuma mau bersihin di pinggir bibir lo ada saus.” Ucap Ten jail.