Night Time With Sabian.

Malam itu, Sabian & Ansara benar benar pergi mencari angin keluar rumah. Sebenarnya, Ansara dan Sabian ini adalah tipe anak yang lebih suka main dirumah daripada harus berjalan jalan.

Sayang tenaganya, katanya.

“Ini kita mau kemana?” Tanya Sabian sambil melajukan mobilnya dan memecah keheningan yang ada diantara mereka.

Ansara hanya diam, memandang kosong jalanan. “Ansara, ini kita mau kemana?” Tanya Sabian sekali lagi, namun kali ini dengan nada sedikit berteriak.

“Ih, nganggetin aja sih, ya terserah lo lah, kan lo yang mau keluar gimana sih.” Omel Ansara menjawab pertanyaan Sabian.

——— Sabian memarkirkan mobilnya setibanya mereka disana, di tempat itu, tertulis tulisan “Alun-Alun Kota.”

Iya, malam itu karena Sabian frustasi hendak pergi kemana, akhirnya ia memilih untuk mendatangi Alun-Alun Kota saja. Maklum, lagi-lagi Sabian bukan tipe anak tongkrongan yang hobi ngopi dan duduk duduk di cafe aesthetic. Dia melakukan hal itu hanya saat dia ada rapat, selebihnya, hampir tidak pernah.

“Kesini aja ya.” Ucap Sabian singkat, dan dijawab Anggukan dari Ansara, “ih iya gapapa, gue juga udah lama ngga kesini. Gue mau jajan.”

Sabian kemudian mengikuti Ansara pergi kemanapun, dari membeli jajanan pinggir jalan seperti sempol & jasuke, kemudian berkeliling disekitar Alun-Alun.

Namun, karena sudah lelah, Sabian menarik tangan Ansara yang masih bersemangat disana. “Sa, udah duduk disini aja.”

Ansara menghentikan langkahnya, “Ih sab, kita belom liat kesana.”

“Gue capek.” Keluh Sabian, akhirnya setelah bertengkar dengan hatinya yang ingin tetap berkeliling, Ansara mengikuti keinginan Sabian untuk duduk.

Mereka menghabiskan beberapa jajanan yang dibeli sambil sesekali mengobrol.

“Gue jarang banget nih ada waktu kesini-kesini, ayah sama ibu gue suka sibuk banget, sekalinya diajak keluar, mereka mau istirahat.” Curhat Ansara.

“Mau ajak pacar, eh udah keburu putus.” Sambungnya.

Sabian hanya tertawa kecil, Ansara terlalu jujur didepannya. Tidak merespon apa-apa.

Suasana dingin semakin lama semakin terasa, membuat tubuh Ansara sedikit menggigil kedinginan, Sabian yang melihat itu kemudian langsung menawarkan untuk pulang.

“Kedinginan ya lo? Lemah banget.” Celetuk Sabian, bercanda.

Ansara menggerutu, “engga, kata siapa.”

“Udah ayo pulang aja.” Ajak Sabian.

Ansara menjawab dengan gelengan, “ngga ah, disini aja, kan udah izin ayah sama ibu, lagian jarang-jarang gue keluar, apalagi sama lo, yaampun sebuah momen yang langka tau gak.”

Sabian lagi-lagi tidak menggubris pernyataan Ansara, dia kemudian berdiri dari tempat duduknya.

“Ih sabian? Mau kemana? Gue kan belom mau pul—“ Protes Ansara, namun protesnya itu kemudian terhenti disaat ada 1 jaket yang bertengger dibahunya, menutupi bagian punggung Ansara sekarang.

“Udah ah, gue yang kedinginan nih, pulang dah udah malem.” Ucap Sabian sambil perlahan berjalan meninggalkan Ansara yang masih terduduk disana dengan 1 sempol di mulutnya.

Setelah sudah menyadari hal tersebut, Ansara kemudian berdiri dan berlari mengejar Sabian yang sudah berada agak jauh didepannya,

“IH SABIAN, LO JANGAN SAMPE SUKA GUE YAAA, LO GAK SUKA GUE KAN?!” Teriak Ansara tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang melihatnya bingung.