Our Last Story.

Sebuah pesan sore itu membuat Ao mau tidak mau harus beranjak dari tempat tidurnya.

Ntah apa yang membuatnya beranjak, tapi sore itu perasaannya mengatakan dia harus mengikuti apa yang dikatakan oleh taeyong.

Ntah perasaan takut, khawatir menjadi satu. Siapa yang tidak takut kalau tiba-tiba kalian dikabarkan untuk bersiap menuju rumah sakit? Bahkan tidak tahu siapa yang akan kalian temui di rumah sakit itu.

“Adek, udah selesai belom? Ini abang nelfon bunda katanya udah dibawah.” Teriak bunda dari luar kamarnya.

“Iya bunda, ini adek keluar jalan kebawah.”

—— Hari itu hujan, membuat suasana menjadi mencekam, tatkala abangnya membawa mobil dengan cukup kencang.

“Abang, gue belom mau mati ya, pelan pelan aja.” Ucap Ao

“Iya gue pelanin.” Ucap Taeyong memperlambat laju mobilnya.

Hujan deras membuat Ao malas untuk melihat jalanan, dia hanya sibuk dengan handphonenya membalas ucapan selamat dari teman-temannya yang lain yang belum sempat terbalaskan.

Setelah menempuh 30 menit perjalanan, tiba-tiba mobil mereka berhenti. Ntah apa alasannya pun Ao tidak tahu.

“Kenapa deh? Udah sampe rumah sakit? Gue gak bisa ngeliat, deres banget ujannya.” Tanya ao yang kurang peduli dengan sekitar.

“Bentar bentar ini kayanya ban gue bermasalah, gue keluar dulu.”

“Gue temenin ya?”

“Ngga usah, deres ini ntar lo sakit, gue aja, gue juga punya payung satu.” Ucap Taeyong yang kemudian bersiap untuk keluar mobil.

Ao yang ditolak untuk membantu taeyong akhirnya memfokuskan lagi pandangannya ke layar handphone.

10 menit. Belum ada tanda tanda mobilnya bener

20 menit, belum juga ada

30 menit, sama sekali belum ada tanda tanda, ao menelfon hp taeyong, tetapi sayang, handphonenya ditinggal di mobil. Membuat ao harus menunggu tanpa ada kejelasan.

Ah sial, kenapa hidupnya selalu dibuat menunggu, menunggu dan menunggu.

Ao yang sudah bosan akhirnya hanya bisa meringkuk kesamping sambil menunggu kedatangan abangnya tersebut, dia hanya sesekali memperhatikan sampai akhirnya bunyi suara orang memasuki mobil terdengar, dan membuat dirinya menoleh sambil mengomel.

“Lama banget deh, lo ganti ban atau buat ban sih? Gila setaun gue nung—“

Ucapannya terhenti, saat melihat siapa yang ada disebelahnya.

Laki-laki dengan rambut hitam dan baju lumayan basah karena air hujan itu sukses membuat ao terperanjat kaget.

dia benar benar tidak menyangka dengan apa yang dia lihat didepannya.

Laki-laki yang paling dia tunggu selama ini.

“Maaf.” Satu kata yang terucap dari mulutnya, suara yang tak pernah Ao dengar selama hampir 1 tahun.

“Reska?” Tanya Ao

“Iya ini gue, maafin gue, ara.” Ucapnya lagi

Ten langsung menarik tubuh kecil itu kedalam pelukannya, orang yang paling dia rindukan selama ini, orang yang tidak berani dia temui karena masa lalu yang kelam tersebut.

Ao yang masih kaget hanya bisa diam, melamun, tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya merasa bermimpi, apakah semua ini terjadi sungguhan? Atau hanya ilusinya belaka.

“Maafin gue udah ninggalin lo, mutusin lo dengan alasan yang gak jelas, ara, gue takut, gue merasa bersalah atas kejadian masa lalu yang gue perbuat, gue hampir buat lo kehilangan nyawa ra, gue takut gue bakalan ngulangin hal yang sama pas gue tau lo adalah ara...maafin gue.” Ucap Ten disela pelukan eratnya bersama Ao.

Lagi-lagi ao masih terdiam, tidak bisa merespon apapun, tubuhnya kaku.

Ten melepaskan pelukannya, kemudian menangkup pipi Ao ditangannya. Wajah yang sangat dia rindukan. Mata yang sudah berkaca kaca itu semakin membuat Ten merasa senang sekaligus bahagia.

“Kenapa lo gak ceritain semuanya ke gue, reska......kenapa gak lo ceritain dari awal kalau lo tahu semuanya, kenapa lo malah hilang tanpa kabar..” Ucap Ao dengan suara sendu hampir menangis.

“Maafin gue, gue gak siap saat itu ngabarin lo, gue takut lo malah bakalan benci sama gue kalo lo tau gue yang nyebabin lo kecelakaan. Gue terlalu takut sampe gue yang milih buat pergi, tapi gue sadar dengan gue kaya gitu gue gak bakal nyelesaiin masalah.”

Ao yang daritadi menahan tangisnya langsung menumpahkan semua air matanya.

Tapi bukan air mata kecewa, itu Air mata kebahagiaan karena akhirnya setelah sekian lama Ao bisa bertemu dengan Reska lagi.

“Ao lo harus tau, gue masih sayang banget sama lo, bahkan ngejauh dari lo bukan buat gue makin tenang, tapi malah gue benci sama diri gue sendiri ninggalin lo disini sendirian. Maafin gue.” Ucap reska

“Lo gak perlu minta maaf, lo sama sekali gak salah.”

“Ao makasih udah selalu yakin dan nungguin gue, gue sayang banget sama lo.”

“gue juga sayang sam—“

Belum selesai kalimat itu diselesaikan oleh Ao, reska dengan cepat menarik Ao kendekat kearahnya dan mengikis jarak diantara mereka berdua, saling melepas rindu satu sama lain.

“Ara, i love you, and i really do.” Ucap Ten kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya mencium bibir gadis yang ada didepannya.

Dan lagi-lagi, Hujan sore itu menjadi saksi mereka berdua dalam menjalin kisah kasih kehidupan dua anak remaja yang sedang dimabul cinta.

-The End.