Pasar & Ceritanya.

Pagi ini, setelah pergulatan kata-kata di chat, akhirnya mereka berdua berakhir dipasar, ya Ten & Ao.

Awalnya Ao mau pergi sendiri, karena ternyata Ten tidak punya motor, dia tidak jadi ingin pergi. Namun, Ten menawarkan untuk pergi bersama dirinya. Sambil katanya dia lagi pengen masak juga. Jadi deh mereka berdua berada di pasar ini.

“Rame banget.” Ucap Ao pelan

“Kalau gak mau rame kaga usah ke pasar, mendem aja di dalam kamar.” Jawab Ten

Ao mendengus kesal, padahal suaranya pelan, masih aja bisa di judge sama nih manusia.

—— Mereka berkeliling, dari tempat sayur-sayuran, tempat segala macam bumbu, dan terakhir pergi ke tempat daging-dagingan.

“Lo mau masak apa?” Tanya Ten

“Gatau, pengen soup gitu, soalnya enak yang anget anget.” Jawab Ao

“Kan punya pacar, tuh minta pel—“

PLETAK

tamparan keras dari tangan Ao di lengan Ten cukup membuat Ten dan beberapa orang yang ada disebelahnya kaget.

“Lo gila ya?” Decak Ten

“Lagian omongan lo gak bener banget.” Jawab Ao sinis.

Tingkah kekanak kanakan mereka sukses menjadi perhatian beberapa orang disana, bahkan sampai ada seorang ibu-ibu yang nyeletuk menanyakan status mereka.

“Duh lucu banget, pacaran apa nikah muda dek? Lucu banget pagi-pagi berantem kecil di pasar hehe.”

“—eng..engga bu bukan git—“

“Nih bang uangnya, mari bu, kita duluan.” Ucap Ten menarik Ao setelah membayar daging yang mereka beli.

“Apasih ga sopan banget.”

“Kalau lo ladenin tu ibu-ibu, sampe sore lo dipasar ini, jadi mending pergi.” Ucap Ten.

Ao lagi-lagi hanya bisa mendecih kesal, dia tidak bisa macam macam, karena kalau dia macam-macam bisa bisa dia ditinggal dipasar ini yang dia juga gatau harus kemana.

—— Setelah selesai belanja, mereka berjalan menuju pintu keluar. Namun, langkah kaki di stop oleh Ao.

“Bentar, katanya tadi lo mau belanja juga? Kenapa lo ngga ada beli?” Tanyanya

“Lah itu?”

“Ini kan punya gue.”

“mohon maaf ya, yang daritadi bayar kan gue.”

“Ya lo yang nyuruh gue pake uang lo.” Decak Ao

“Ya lo siapa suruh mau?” Tanya Ten lagi

“ISH NYEBELIN.”

“Udahlah, masak jadi satu aja kenapasih? Gue juga lagi pengen soup.” Ucap Ten santai.

“Kok lo ikut ikut gue?”

“Ya sekalian!”

“Terus gue yang masak?” Tanya Ao tanpa henti.

Ten tidak bergeming, dia terus berjalan sambil membawa beberapa kantong plastik hasil belanja mereka.

“Heh jaw—“

Omongan Ao terhenti saat mulutnya disumpel jajanan pasar yang tepat berada didepannya itu.

“Bu ini, sama yang dimulut anak ini ya, berapa?”

“20k aja mas.” Ucap penjual tersebut, dan menerima uang 20k dari Ten.

Ten kemudian mengambil jajanan pasar tersebut, dan tentu saja diikuti oleh Ao.

“ISH GUE BERASA ASISTENNYA ANJRIT, NYEBELIN!!!!!” decak Ao, sambil mengunyah kue putu ayu yang dipakai untuk menyumpel mulutnya.