Penjahatnya.

Ten yang berdiri didepan pintu kosannya langsung buru-buru masuk kedalam setelah mendapat pesan dari si anak kost.

Dia kemudian berlari ke kamar Ao, berusaha membuka pintunya. Tapi dari dalam kamar itu hanya terdengar suara teriakan sang empunya kamar.

“AAAAAA...AAAAAA JANGAN!!!”

Ten panik, benar benar panik.

“Eh beneran ada penjahat? Eh jangan mati dulu jangan...” ucapnya

“Tolongin gue, gue gak bisa keluarr!” Teriak Ao dari dalam kamar.

“Bentar bentar aduh gue mesti cari kunci kamar lo dulu, kok bisa sih penjahat masuk pintu kamar lo dikunci.”

Ten kemudian berlari menuju kamarnya, mengambil kunci cadangan yang biasanya dimiliki oleh bapak-bapak yang punya kost.

dengan nafas terengah engah dia pun kemudian membuka pintu kamar Ao, dengan sapu ditangannya, berharap penjahatnya bisa digetok pake sapu.

“aaaa, tolongin please jangan kesini jangan kesini.” Teriakan semakin jelas terdengar dari dalam.

Klek

Suara pintu berhasil dibuka, Ten kemudian masuk dengan muka paniknya.

“Aaaaaa, tolongin.”

“Mana penjahatnya mana?” Tanya Ten.

“Itu, itu— dia sembunyi dibawah ranjang.” ucap ao gemetar.

Ten dengan was was kemudian mengambil posisi tiarap untuk mengecek dibawah kolong kasurnya.

“eh keluar lo, berani nya masuk kamar cew—“

kata-katanya kemudian terhenti saat melihat apa yang keluar dari bawah ranjangnya.

“Meow—“

Kucing kampung berwarna putih keluar dengan ekspresi muka menggemaskan, bahkan tidak ada niat jahat tergambar dari raut wajah kecilnya itu.

“Itu..itu..sumpah itu penjahatnya.”

“Maksud lo nyuruh gue kemari cuma karena ini? Seekor kucing doang?”

“IYAA YAALLAH KELUARIN CEPETAAAN AAA GUE TAKUT BANGET.”

Ten dengan muka sebalnya kemudian mengangkat kucing itu dan mendekati kucing itu ke ara ao.

“Aaa lo mau ngapain, aaa jauh jauh.” Ucap Ao berusaha menjauh dari Ten yang sibuk menyodorkan tubuh kucing itu ke arahnya.

“Aaaaa bunda!!!!” Teriaknya lagi mengelilingi kamar, dan tentu saja diikuti dengan Ten.

Namun, karena tidak hati-hati, dia malah jatuh ke arah Ten, dan tidak sengaja membuat tubuhnya dan tubuh Ten terjatuh dengan saling berhadapan.

“aaaaaAaAAAAaaa”

Mereka hanya diam dalam beberapa detik tanpa berbicara dalam posisi tersebut. Namun, Ten seketika sadar dan mendorong pelan tubuh Ao.

“—LO SENGAJA YA?”.