Permintaan Maaf

”kamu yang turun atau aku yang nyamperin kamu ke kamar.”

Satu bubble chat dari haikal membuat kina mau tidak mau harus menemui pacarnya tersebut. Kina kemudian mengambil hoodienya, kemudian dengan malas menuruni tangga kosannya untuk menemui sang pacar yang membuat ia kesal hari ini.

Saat pintu dibuka, haikal yang masih berada diatas motor langsung menoleh dan memasang senyum manisnya.

Ah kalo kaya gini kina gak bisa nahan senyum, karena semanis itu gula aja kalah.

Gak, becanda becanda.

“Ngapain sih kesini, pulang aja sana.” Ucap Kina yang masih berdiri didepan pintu, jauh dari haikal.

“Kok disitu sih, kesinian deh.”

“Gak, kamu pulang aja. Aku lagi males ketemu orang.”

Haikal hanya tersenyum, walaupun dia sadar disini kina sedang marah karena haikal melanggar janjinya.

“Tapi aku maunya ketemu kamu.” Ucap haikal yang kemudian turun dari motornya dan masuk menghampiri kina.

“Jangan ngedeket ih.”

“Loh kenapa?”

“Aku gamau ketemu kamu, sana pulang pulang.”

“Kamu ngambek ya?” Kamu ngambek ya?” Ucap haikal sambil meraih pipi chubby kina.

“Gak. Jangan pegang pegang” ucap kina langsung melepaskan tangan haikal dari pipinya.

Tapi bukan haikal kalo menyerah begitu saja, dia langsung menarik tubuh kina ke pelukannya, erat, sangat erat.

“Ekal lepasin!!”

“Gamau.”

“Lepas”

“Gamau, diem gini, aku gabakal lepasin sampe kamu maafin aku.”

Kina terdiam, dia tidak ingin berdebat, karena bedebat dengan ekal dia pasti akan kalah.

“Lepasin gak?! Nanti aku maafin kalo dilepas.”

“Bener ya?” tanya haikal dan mendapat anggukan dari kina, saat itu juga pelukan erat yang bikin sesak nafas terlepas

“Dah sana pulang.”

“Loh aku bukannya minta diusir. Katanya mau maafin.”

“Maafinnya ntar ntar aja, kamu ngelanggar janji, kamu malah pergi kesana sama lila, padahal janji kamu mau pergi kesana bareng aku, maaf kalo aku egois tapi aku gak suka kalo kamu ngelanggar janji begitu, nanti jadi kebiasaan ek—“

Haikal kembali memeluk kina, kali ini bukan pelukan erat, tapi pelukan lembut yang seakan akan menyatakan kalo dia beneran minta maaf.

“Maafin..maafin, gak ngulang lagi, aku beneran udah minta pulang, tapi si lila minta makan, bukan aku yang ngajak dia kesana tapi kebetulan kita didaerah situ dan dia nunjuk tempat itu—-“

Kina terdiam, dia kemudian membalas pelukan haikal dengan lembut, walaupun dari lubuk hatinya dia sakit hati, tapi dia percaya haikal tidak akan mengulanginya lagi.

“Iyaudah sana pulang.”

“Dimaafin gak?”

“Iya.” “Bener?” Tanya haikal lagi, kina kemudian melepaskan pelukan itu dan kemudian memegang pipi haikal.

“Iya ih, udah sana.”

Haikal kemudian langsung menorehkan senyum, kemudian merapihkan rambut kina, malam itu keduanya berusaha mengikis jarak diantara mereka.

Haikal mendekatkan wajahnya ke wajah kina, kina yang sudah merasakan hal tersebut kemudian berusaha menutup matanya.

Jarak mereka semakin lama semakin dekat....hingga...

“Jen, makasih udah dianter—LOH HAIKAL KINA? NGAPAIN LO BERDUA?” Teriak Arin yang ternyata baru saja pulang dari rapatnya dengan jeno.

Kina langsung mendorong tubuh haikal menjauh dirinya. Haikal pun langsung bersiap pamit pulang setelah terciduk dan berusaha mencari seribu alasan untuk menjelaskan keadaan malam itu.

“Eh gue pulang dulu kin, rin, jen, bye assalamualaikum.” Ucap haikal

Malam ini, kina yakin, dirinya akan diteror ribuan pertanyaan jika dirinya tidak dengan cepat berlari ke dalam kamarnya.