Pilihan terbaik?

Jam menunjukkan pukul 18.30, Adit langsung bergegas turun dari kamarnya, dan mengambil kunci mobilnya.

Ajun yang melihat hal tersebut lalu langsung cepat-cepat bertanya, “dit, mau kemana lo?”

Adit hanya mengisyaratkan jika dia mau pergi, tidak bilang kemana.

Setelah itu, Adit langsung melajukan mobilnya ke tempat janjian dirinya dengan Bila.

——

Setelah sampai, Adit menunggu beberapa menit kemudian bayangan wanita yang dia tunggu tunggu terlihat didepan pintu.

Itu Bila, berjalan dengan anggun sambil melihat sekitar mencari seseorang yang ingin dia temui hari ini.

“Bil!” Sapa Adit dari tempat duduknya, membuat Bila kemudian langsung berjalan lurus menuju tempat itu.

Kali ini, disini mereka berdua duduk, setelah seminggu tidak bertegur sapa, mereka duduk dengan diam tanpa mengeluarkan satu kata pun.

Adit berusaha mencairkan suasana, dengan menatap mata bila, namun bila acuh, malah membuang muka dengan berdalih memanggil pelayan cafe tersebut.

“Bil..aku mau bic—“

“Aku mau bicara dit.”

Setelah keheningan panjang, tak sengaja ucapan itu serentak keluar dari mulut mereka berdua.

Adit langsung mempersilahkan bila untuk berbicara terlebih dahulu. “Kamu dulu.”

“Kamu aja.” Bila melempar balik, “kamu yang bohong, harusnya kamu yang inisiatif menjelaskan terlebih dahulu.”

kata-kata Bila sangat menampar Adit malam itu. “Oke, aku duluan.”

Adit berdehem, bersiap menceritakan apa yang semuanya terjadi.

“Bil, yang kamu liat itu ngga seperti yang kamu kira. perempuan hamil itu bukan selingkuhan ku atau bukan aku yang hamilin bil, aku cuma korban.”

Bila yang sedang minum hampir tersedak mendengar pengakuan Adit, sangat berbeda.

“dia adalah orang-orangnya papaku, maaf aku belum pernah bilang ke kamu soal ini tapi hubungan papaku, abangku dengan aku dan kakakku ngga baik bil. Makanya kamu cuma tau soal aku dan kakakku yang sakit waktu itu.”

Adit menghela nafas, berusaha memegang tangan bila, namun sang empunya tangan malah menyembunyikan tangannya.

“Jadi, serena hamil anak abangku yang emang di pihak papaku, karena abangku orang penting, dia ngga mau nama baiknya tercemar punya anak diluar nikah. Akhirnya karena aku kasian, aku bantu urusin dia disana, tapi papaku malah nganggep aku yang mau tanggung jawab.”

Bila masih mendengarkan dengan baik keluh kesah Adit, tapi dia masih tidak habis pikir, kenapa Adit masih tidak percaya dengan dirinya untuk menceritakan semua keluh kesahnya yang begitu banyak?

“Papa langsung membuat perjanjian yang memberatkan aku disatu sisi, aku nikah sama serena atau aku pindah keluar kota ini bil.” Adit kemudian mengacak rambutnya sambil menundukkan kepalanya.

“Aku bingung bil, disatu sisi saat papa buay perjanjian itu aku sama kamu lagi deket, aku ngga bisa kalo harus pilih yang kedua, aku terlanjur sayang kota ini dan ada kamu disini. Tapi disatu sisi aku juga ngga bisa milih yang pertama bil...”

Bila masib menatap Adit nanar, ntah apa arti dari tatapannya, tapi hal itu seakan membuat Adit bingung.

“Udah?” Tanya Bila.

Adit mengangguk, “udah, jadi aku harap kamu ngga salah paham bil, Serena itu bukan aku yang hamilin, aku sama sekali ngga selingkuh bil.”

Bila menyedot minumannya, rasa haus setelah mendengarkan cerita dari Adit langsung timbul di tenggorokannya.

“Oke, Adit, aku gatau harus percaya kamu atau siapa, tapi kemarin, selama aku menghilang aku berusaha cari tau semuanya dit.”

Adit terlonjak kaget.

“Dan apa yang kamu bilang sepenuhnya berbandinh terbalik dengan apa yang dibilang serena dit.”

Adit membulatkan matanya, “maksudnya?”

Bila kemudian memberikan rekaman suara dirinya dengan serena.

”iya bil, gue minta maaf, tapi gue ngga ada maksud apa apa karena semuanya ini terjadi secara tidak sadar.”

”sekarang, anak yang dikandung gue ini anak Adit, dan papanya bilang adit bakal nikahin gue, tapi di satu sisi Adit nolak karena dia punya pacar yaitu lo.”

”soal perjanjian, dia ada perjanjian sama papanya, tapi dia ngga bakal milih opsi kedua, karena dia pasti masih butuh papanya buat hidup, dia bukan anak yang semandiri itu bi—tuuuut”

Rekaman itu dengan cepat dimatikan oleh Bila, “see? kamu udah denger semua kan? Asal kamu tahu, semingguan ini aku berusaha cari tau, tapi kamu malah boong ke aku? malah kamu bilang bukan kamu yang salah?

Adit hanya diam, dia benar-benar shock dengan apa yang dilakukan oleh Serena, apa yang dibicarakan oleh Serena semuanya palsu, ntah apa motifnya.

“Bil, ngga, semuanya ngga bener.” Klarifikasi Adit. “Serena bohong bil, semuanya ngga bener.”

Bila hanya diam. “Tapi dia perempuan dit, dia yang merasakan, kamu yang melakukan, emang jadi cowo gampang ngga ngakuin, tapi aku juga perempuan dit, kamu jahat kalo beneran kaya gitu.”

“Engga bil, semuanya ngga bener, anak yang dikandung serena itu anak abang aku, bukan aku.”

Bila menghela nafas, membereskan beberapa barang barangnya yang ada disana, dan berdiri dari kursinya.

“Dit”

“Bil mau kemana?” Ucap Adit berusaha memegang tangan bila yang ada didepannya.

Bila menghempas pelan tangan Adit yang mengenggam tangannya.

“Adit, kita break aja ya, gue perlu mikir untuk buktiin siapa diantara kalian yang berbohong.”

“Tapi, kalo emang kali ini pilihan break kita gak berhasil dan ngga ngebuat kita bisa nyelesain masalah, kita put—“

Adit dengan cepat memotong perkataan Bila, “Engga bila, aku ngga mau putus, aku ngga mau putus, aku bisa buktiin kalo bukan aku yang salah bila, aku mohon...”

“Iya, kita liat nanti ya dit, gue gatau hati gue bilang apa kedepannya tapi untuk sekarang, kita break dulu. Permisi, gue duluan.” Ucap Bila

Malam itu, kembali menjadi malam yang menakutkan, tapi kali ini bagi Adit.

“Bil, tunggu...”

“Adit stop, untuk sementara ini biarin gue berpikir dengan tenang soal ini ya dit, gue bener bener masih kecewa sama lo, dan ternyata sekarang lo juga malah kasih info yang berbeda ke gue.”

Adit berusaha mengejar bila, namun apadaya, Bila tetaplah bila yang susah untuk memaafkan jika telah dikecewakan.

“Bil, aku bahkan ngga sempet pamitan ke kamu bil..” bisik Adit dalam hati.