Rumah Sakit.

Suasana ramai dari rumah sakit menyambut Kina, sesaat dia kembali ke kota itu.

Dia benar benar clueless, tidak tahu alasan apa yang membawanya kesini. Setelah mobil jeno terparkir, dia kemudian bergegas hendak turun, namun langsung ditahan oleh Kina.

“Jen, siapasih?” Tanya Kina

“masuk dulu aja ayo.”

“Gue takut.”

“Kenapa takut kin?” Tanya Jeno

“Gue takut, orang yang gue sayang yang ada disana.” Jawab Kina.

Jeno langsung terdiam, dan memeluk teman perempuannya itu. Jeno & Kina memang sedekat itu, karena dari dulu mereka selalu satu sekolah, jangan heran sekarang jeno bisa memeluk kina dengan santai.

“Kita masuk dulu ya, daripada disini terus, kalo lo takut, pegang tangan gue.” Ucap Jeno.

————-

Setelah berhasil membujuk Kina keluar mobil, jeno & kina langsung masuk kedalam tentunya dengan perpegangan tangan, karena jeno tau, sekalinya kina bilang kalau dia takut, dia pasti setakut itu.

Didalam sana, tepatnya didepan ruang ugd terdapat Arin, Ryu, Jaemin, Renjun, dan Lila.

Mereka menoleh kearah jeno & kina, kemudian arin & ryu berlari kearah kina dan memeluk Kina.

“Kin—“

“Kenapasih?” Tanya Kina “Siapa yang harus kita lihat di ugd sini?”

Ryu menggeleng, dia dan arin hanya memeluk erat sahabatnya tersebut.

“Udah udah, rin, ryu, biarin kina duduk dulu ya.” Ucap Renjun yang datang memisahkan mereka.

Kina memilih duduk disebelah Jeno, sambil menunggu teman-temannya menjelaskan apa maksud dan tujuan mereka kesini.

Tanpa sadar, kina mengabsen satu-satu temannya, namun seperti ada yang kurang. Kemudian Kina mendekatkan diri ke Jeno, dan berbisik menanyakan sesuatu.

“Jen, kok haikal gak ada? Dia emang gak dikasih tau?” Bisik Kina ke Jeno.

Jeno kemudian menatap mata kina, kemudian menarik nafas yang dalam.

“Kin, yang didalam itu si—“

Omongan Jeno terhenti, sesaat salah satu dokter keluar dari ruang UGD tersebut.

“Keluarga atau kerabat korban tabrak lari tadi?” Tanya Dokternya.

“Iya dok.” Jawab mereka semua serempak & berdiri menghampiri dokter tersebut, kecuali Jeno & Kina.

“Pasien a.n haikal masih belum sadarkan diri, lukanya cukup parah, tulang kering kakinya patah karena benturan keras yang didapat korban, jad—“

Kina yang mendengar sesuatu langsung berdiri dari tempat duduknya. “Apa haikal? Hah? Apa dokter? Atas nama siapa?” Tanya Kina memastikan.

“Kin tenang dulu, ayo duduk dulu ya.” Ucap Jeno menarik Kina untuk kembali duduk disebelahnya.

“JEN GIMANA BISA LO GAK BILANG KE GUE KALO HAIKAL YANG DIDALAM JEN? KENAPA JEN? KENAPA LO GAK BILANG DARITADI JENO????”