Sakit.

Pesan dari Ten tadi membuat Ao langsung beranjak dari kamarnya menuju dapur, untuk mencari kotak p3k yang memang disediakan disana untuk anak kosan lainnya.

“Duh ternyata tuh orang nyebelin bisa sakit, sakit apasih dia tadi? Panas ya? Oke oke obat demam, aduh mane lagi obat demam.” Gumam dirinya sendiri sambil membongkar kotak p3k tersebut.

Setelah dia menemukan obat panas, dia pun kemudian berlari menuju kamar Ten. Dia mengetuk pintunya, namun nihil, tidak ada jawaban dari dalam kamarnya.

“Duh masa iya nih orang udah mati? ADUH AO APA BANGET SIH PIKIRAN LO.” decaknya sebal, bahkan dirinya sendiri pun sebal dengan sikapnya.

dia kemudian membuka knop pintu kamar Ten, dan beruntung pintu itu tidak dikunci. Dia pun masuk kedalam kamar Ten, saat pintu dibuka pun pandangannya langsung menuju ke satu orang yang sedang tertidur di sofa kamarnya.

“Kak-aduh siapa sih nama lo, mas reska, aduh bukan bukan, maksudnya Ten, bangun jangan mati dong.” Celetuk Ao dengan muka paniknya.

Namun, masih belum ada tanggapan dari sang empunya kamar, namun deru nafas masih terdengar, itu membuat hati Ao sedikit tenang karena orang yang ada didepannya ini belom mati.

Ao kemudian memegang dahi Ten.

“Astaga, panas banget.”

Dengan cepat ao meletakkan obat dan botol minum yang dia bawa dan mencari handuk kecil di lemari ten, dan dengan cepat membasahi air tersebut dengan air hangat yang dia bawa.

Setelah itu, Ao membetulkan posisi tidur Ten supaya dalam posisi telentang agar handuk kecilnya ditempellan di dahi Ten yang panas tersebut dapat menempel dengan sempurna.

Dikarenakan Ten masih belum merespon, Ao kemudian hendak beranjak untuk mengisi air yang ada di botolnya kembali, namun saat beranjak, tangannya langsung ditarik oleh Ten.

“Lo mau kemana?” Tanya Ten sesekali menerjapkan matanya

“Ih akhirnya bersuara, gue kira lo mati!”

“Gue masih bernafas? Ga lo liat ini perut gue masih naik turun?” Ucapnya

“Ngapain gue liatin perut lo, gak penting banget, lepasin ah gue mau ambil air di botol minum ini, biar lo minum obat terus gue bisa lanjutin drakor.” Ucap Ao melepaskan tangan ten yang menggenggam lengannya.

Setelah terlepas, Ao kembali beranjak, namun sayang, tangannya lagi lagi ditarik oleh Ten, membuat dirinya dan Ten hanya berjarak sejengkal dan Membuat mata Ao dan mata Ten saling berhadapan.

“—Ao.” Ucap Ten lirih sambil menatap dalam mata Ao.

Namun ao hanya diam, berusaha menghindari tatapan mata Ten, tapi saat berusaha menghindar pipinya dengan cepat ditangkup oleh tangan Ten untuk menghadap dirinya.

Ingat, ao juga perempuan, ao juga punya perasaan, kalau diginiin siapa yang ngga deg degan?

“Jadi.....gue cuma mau bilang, kalau gue—“

”kalau gue apa, kalau gue apa?” batin Ao berbicara.

“Kalau gue sakit begini biasanya dibuatin cream soup sama ibu gue, lo besok tolong buatin buat gue ya? Bisa kan?” Ucap Ten dengan memasang puppy eyesnya

“Sialan, dikirain apaan anjing!” sebuah umpatan yang hanya diketahui Allah, Ao, dan para readers sekalian🙏🏻