Sial.

Setelah chat panjang lebar haikal dua hari yang lalu, haikal bener bener ngga ngehubungin kina lagi.

Kina pun sama, terlalu gengsi untuk membalas pesannya haikal.

”dia beneran mau pergi?” ”dia beneran nyerah?” batin kina

Iya, kina egois, egois banget. Dia hanya ingin diperjuangkan, tapi terlalu gengsi untuk memperjuangkan juga. Alhasil sekarang mungkin waktunya haikal sudah capek dengan segala tindakan kina.

———

Sudah hampir 2 minggu kina tidak mengunjungin haikal diam-diam. Ya selama ini kina memang selalu kerumah sakit, tapi tidak pernah sekalipun memberitahukan orang-orng disekitarnya.

Dia hanya meratap dari luar ke dalam ruangan haikal, memastikan haikal masih ada disana dengan keadaan baik baik saja.

Setelah memesan ojol, kina langsung bergegas menuju ke rumah sakit untuk mengunjungi orang yang “masih dia sayang”.

——

Setelah sampai dirumah sakit, kina langsung bergegas, tapi memastikan dulu tidak ada orang yang mengenal dia saat ibi. Dia menggunakan jaket, masker dan kacamata. Bagaikan secret agent

Kina langsung menuju ke kamar rawat inap, tapi diluar dugaannya, kamar itu sepi. Tidak ada orang sama sekali.

Di koridor pun hanya sebagian perawat yabg berlalu lalang, tapi kina masih terlalu malu untuk bertanya dimanakah haikal.

Setelah 15 menit berjalan jalan ke tempat lain, kina kembali kesana, namun nihil, ruangan itu masih kosong.

“Haikal kemana ya? Kok orangnya ngga ada? Biasanya jam segini dia tidur kan?” Ucapnya dibalik kaca pint yang tembus kedalam ruangan haikal.

“Mba cari siapa?”

Suara itu membuat kina langsung membalikkan badannya, niatnya hendak menjawab perawat yang bertanya.

“Saya nyari pasien yang disini kema—loh h—haikal?”

“Kenapa ngga kabarin gue kalo mau kesini? Ngga perlu ngintip ngintip, gue barusan dari luar jalan jalan makanya kamarnya kosong.”

“Jadi, selama ini lo selalu nungguin gue diluar?” Ucap orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah haikal dengan senyum yang merekah di bibirnya.

Sial, gue ketahuan” ucap kina dalam hati.