Sinyal.

Gelap, dingin, ketakutan, itu yang dirasakan Ody malam ini.

dia berada di gudang tua tanpa pencahayaan sedikitpun.

“Papi—hiks-tolongin Ody”

Hanya suara isakan yang terdengar dari gedung itu.

Berbagai pertanyaan yang ada dibenaknya pun muncul

‘Siapa yang tega menculiknya?’

‘Siapa yang tega membawa dirinya kesini?’

Disela suara isakan tangis dari Ody, pintu gudang tua itu pun terbuka, menampilkan sedikit cahaya dan seseorang yang berjalan mendekati dirinya.

“Jangan kesini—pergi dari gue.” Teriak Ody.

Bukan malah menjauh mendengar arahan dari Ody, orang tersebut malah mendekati Ody.

“Gue bilang jangan teriak sayang, atau gue mau bikin lo teriak manggil nama gue malem ini?hm?” Bisiknya tepat ditelinga ody.

“Please jangan—menjauh dari gue, gue ngga punya apa apa, percuma lo nyulik gue, please lepasin gue...” isaknya

Namun, orang yang ada didepannya itu hanya tertawa.

“Tapi lo punya ini.” Ucap Orang itu menunjuk tubuh Ody, tentu saja ody langsung menendang tangan orang tersebut agar menjauhi tubuhnya.

“Ups, sorry cantik.”

“Jangan berani berani sentuh gue! Jangan!!!!”

“Hm, kalau gue mau nyentuh lo tanpa ngikutin apa yang lo mau gimana? Hm?” Tanyanya lagi, dan kali ini semakin membuat bulu kuduk ody merinding.

“Gue udah ga virgin, buat apaa lo nyentuh gue, jadi jauh jauh jangan coba coba sentuh gue, gue bilang!”

“I know, tapi lo masih bisa gue nikmati, mungkin ngga sekarang, atau maybe besok? Setelah gue dapet izin haha.”

Perkataan orang yang ada didepannya ini benar benar gila, ody rasanya ingin memukul kepalanya, tapi apadaya tangannya diikat sehingga dia tidak bisa berbuat apa apa.

“Kalau gitu, selamat tidur ya cantik, oh iya ini gue kasihin lo jaket buat nutupin badan lo, lo harus tetep hidup soalnya, biar bisa gue rasain besok setelah dapet izin, jadi jangan nangis dan teriak ya, simpen tenaga lo buat besok.” Ucap laki laki itu sambil menutupi badan Ody dengan jaket yang ia punya.

“Gue keluar dulu, inget, jangan berani-beraninya teriak atau gue yang bikin lo teriak.” Cetusnya kemudian berdiri dan meninggalkan Ody sendirian lagi.

——

Malam itu, Ody sudah pasrah dengan keadaannya, dia hanya bisa menunggu sebuah keajaiban datang padanya dihari esok.

Dia kemudian berusaha menyenderkan badannya di lantai dingin gudang tersebut. Namun saat dia hendak menyandar, ada sesuatu yang mengganjal di saku jaket tersebut.

Dengan susah payah ia mengeluarkan barang yang ada disana, setelah ia lihat itu adalah handphonenya.

“Ah, please masih hidup please hidup.” Ucapnya saat berhasil meletakkan hp nya di kakinya dan beruaha mengaktifkan hpnya.

Kemudian dia bersusa payah mengetik password dan mengirimkan sinyal kesalah satu contact yang ada di hp nya.

“Doyoung.”

“Plis angkat doy, please angkat—“

Setelah mencoba menelfon beberapa kali, nasib tidak berpihak kepadanya, doyoung tidak mengangkat telfonnya malam itu.

Dia kemudian mencari contact lain, namun, lagi lagi keberuntungan tidak berpihak lagi. Handphone nya mati.

“Ah sialan!”