Tamu.

“Bil, mau pesen apa? Lo duduk aja ntar gue yang yang bawain ke meja.” Ucap Adit sesaat mereka tiba di meja.

“Vanilla latte aja dit, ini gapapa gue tinggalin duluan ke tempat duduk?” Tanya bila

“Iya gapapa, gih sana.” Ucap Adit.

Setelah beberapa menit, adit datang membawa Minuman serta 2 buah cake. Perasaan bila ga pesen cake atau makanan apapun tadi.

“Nih buat lo, lo suka red velvet kan?”

Bila kebingungan, “loh tapi gue ngga mesen?”

“*bill on me hari ini, anggap aja sebagai tanda kerja sama kedepannya haha.” Ucap adit ramah.

Deym, meleleh.

— Sore itu, mereka membuka pembicaraan dengan membicarakan bagaimana konsep malam puncak, rundown kasaran dan lain lainnya, ya seperti perjanjian awal mereka, mereka kesini hanya untuk membahas masalah divisi mereka, sebelum lebih jauh nantinya.

Kata hanif, adit adalah orang yang sangat profesional. Jadi, kalau dia ngajak buat rapat ya rapat, jangan sempet sempetnya lo malah ngebahas diluar agenda, adit bisa marah besar.

Karena hari mulai menjelang malam, mereka pun mempersingkat bahasannya agar tidak terlalu panjang.

“nah ini nih nanti tinggal ntar kita paparin konsepannya bareng anak acara lainnya, biar nanti konsep fixnya atas kesepakatan bersama.” ucap Adit dan mendapat anggukan dari Bila.

“ada lagi yang mau dibahas bil kira-kira dari lo?”

“ada sih ini dit, tapi bentar ya dit gue mau cuci tangan dulu, lengket hehe.” ujar Bila sembari berdiri dari kursinya

Namun, baru beberapa langkah bila berjalan, nama bila sudah dipanggil lagi oleh adit.

“Bil stop.”

Bila menoleh ke adit yang sudah berlari kearahnya dan melepas jaketnya untun menutup bagian belakangnya bila.

Bila sempat berfikir kenapa adit melakukan itu padanya, dengan bodohnya bila baru sadar hari ini adalah jadwal tamu bulanannya, sial.

“Bil, langsung pulang aja ya? Ntar aja dibahasnya lagi, dah lo cuci tangan aja sana, udah ditutupin pake jaket gue, tas lo biar gue aja yang bawain.”