Incident & The Truth.

Ao mulai saat ini pindah ke apartement abangnya, semenjak putus, tinggal disana rasanya bagaikan membuka luka yang belum kering. Maka dari itu, dia memilih untuk pindah daripada setiap hari harus menangis meratapi kesedihan yang tidak tahu kapan berakhirnya.

Setelah membereskan segala barang-barangnya di Apartement Taeyong, mereka berdua sama-sama memutuskan untuk istirahat selagi menunggu makanan yang mereka pesan datang.

“Gue boleh nanya sama sesuatu gak sama lo?” Ucap Ao membuka suara diantara keheningan mereka berdua.

“Apaan? Tanya aja kali, biasnya juga langsung nanya.” Jawab Taeyong sambil mengambil botol air minum yang ada dikulkasnya.

Ao menarik nafasnya dalam, kemudian berdiri mendekati taeyong yang berada dideket pantry.

“Aras bilang lo ada cerita ke mereka soal gue dan Ten yang dulu kenal, maksudnya apa?”

Pertanyaan ao membuat Taeyong tersedak saat minum, benar benar literally tersedak yang hampir bikin gak bisa nafas.

“Lo—tau dari mana?”

“Jadi bener gue udah kenal sama Ten?kenapa lo gak cerita? Kenapa gue gak inget apa apa? Kenap—“ jerit Ao sambil mengacak rambutnya dan terduduk disamping Pantry.

Taeyong yang kaget mendengar teriakan adiknya itu langsung berusaha menenangkannya.

“Ao, jangan gini, tenang—“

“GIMANA GUE BISA TENANG KALO SEMUA LO RAHASIAIN DARI GUE BAHKAN GUE GAK TAU SEMUANYA? GIMANA GUE BISA TENANG HAH?!” Teriaknya lagi.

Taeyong menarik tubuh adiknya dan memeluk adiknya dengan erat, cara yang selalu dia lakukan sejak dahulu jika adiknya menangis.

“—ceritain, gue juga pengen tau—kenapa gue gak bisa inget semuanya..hiks” rintih ao

Taeyong mengacak rambutnya kasar, ini semua salah dirinya, kenapa dia tidak menceritakan mengenai ini kepada adiknya dan temannya dari awal. Taeyong merasa telah merusak kebahagiaan dua orang ini.

“Ra..tenang dulu ya, tenang.”

“Ceritain—ceritain ke gue..”

“Iya lo tenang, gimana gue bisa cerita kalo lo gak tenang?” Seru Taeyong dengan suara sedikit tinggi.

Ao yang mendengar itu langsung menghentikan tangisan, dia menghapus air matanya dengan bajunya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Taeyong pun begitu, dia berusaha meredam emosinya agar tidak meletup dan malah memaki adiknya tersebut.

“Jadi, iya lo udah kenal sama ten, dulu. Dan bahkan kenal deket banget, karena Ten adalah temen gue semasa SMP.”

Ao menatap manik mata abangnya tersebut sembari mendengarkan dengan seksama.

“Ten yang dulu panggilannya Reska, gue gatau alasannya dia ganti nama apa, tapi semenjak kejadian itu, lo sama dia lost contact, bahkan gue pun sempat lost contact sama dia cukup lama.” Ucap Taeyong.

“Kejadian apa? Gue gak pernah inget gue ngerasa pernah kenal dia..” Potong Ao.

Taeyong mengacak rambutnya dan menarik nafasnya dalam.

“Malem itu, bunda sama ayah lagi ada masalah, bunda dipukulin sama ayah, karena bunda gak suka lo liat semuanya jadinya bunda suruh lo pergi.”

“Karena waktu kejadian itu gue gak ada, akhirnya bunda hubungin reska buat bawa lo pergi, tapi malem itu lo kekeuh buat gak mau ninggalin bunda sampe lo mesti dipaksa Reska buat naik ke mobil.”

“Terus? Kenapa gue bisa gak inget? Hubungannya apa?” Tanya Ao sangat penasaran dengan semua itu.

“Lo akhirnya dibawa sama Reska, gue gak tau apa apa, tapi pas malem gue dikabarin kalo lo sama reska kecelakaan, lo hilang ingatan karena kecelakaannya cukup parah dan bahkan koma cukup lama, reska juga sempat hilang ingatan, tapi dia langsung dibawa pindah sama orang tuanya karena ayah selalu nyalahin Reska atas semua kejadian ini, sekarang lo sadar kan kenapa lo bisa gak inget semuanya? Bahkan sama gue pun lo gak inget....”

Ao benar-benar terbelalak dengan apa yang dijelaskan oleh Taeyong, dia tidak menyangka semua itu dia lewatkan begitu saja dalam hidupnya.

“Kenapa ayah nyalahin reska? Kan itu murni kecelakaan?”

“Iya, awalnya semuanya murni kecelakaan, saat diselidiki dan dicari tau dari cctv yang ada di mobil, Reska oleng karena marahin lo disaat lo berontak buat berhentiin mobilnya malem itu, lo kekeuh buat sama-sama Bunda, akhirnya Reska dengan sangat terpaksa buat marahin lo, tapi emang takdir gak berpihak sama kalian, mobil oleng dan nabrak pembatas jalan cukup keras.”

Semua kejadian itu tiba-tiba melintas dikepalanya dengan cepat, ntah kenapa tiba-tiba semuanya terlihat nyata, Ao memegang kepalanya yang merasa pusing karena ilusi kejadian yang terus berputar dikepalanya.

“Reska juga gatau kalo lo itu adalah Ara, orang yang dia rasa dia buat celaka, dia juga baru tahu setelah waktu itu dia sempet ketemu sama salah satu teman yang kenal sama kita.”

Ao mengernyit bingung, kenapa bisa hidupnya bagaikan kisah drama korea yang tragis.

“Terus kenapa dia harus ngejauhin gue? Kita bisa ngomong sama sama dan nyelesain sama-sama?”

“—dia takut ra, dia takut bakalan nyakitin lo terus karena rasa bersalahnya, itu yang terakhir kali dia bilang ke gue.”