The Decisions

“Ra, maafin kita ngga bisa nemenin lo. Sekarang muka lo jadi bengkak banget.” Ucap Oca sambil mengompres pipi kiri Maura

Ya, sekarang maura sudah ada di kosannya, ditemani ke 4 sahabatnya, karena tadi dia mengabarkan kalau dia tidak baik-baik saja, sehingga teman-temannya buru buru mendatangi dirinya.

“Jeffrey, anjing!” Teriak Dery

“Dery udah, lo bikin maura makin nangis.” Ucap Ojun

“Sorry.”

———

Dering telfon dari hp Maura, mengangetkan semuanya yang sedang berbaring diam di kamar Kosan Maura.

“Ra ada telfon.” Ucap Ojun memberikan handphone maura yang kebetulan dekat dengan posisi dirinya.

“Siapa? Si jeffrey? Berani kesini dia?” Tanya Lucas.

“Sst, bentar, emang gue nyuruh dia kesini.” Ucap Maura sambil mengisyaratkan teman temannya untuk diam.

”halo, aku udah didepan.” ucap seseorang dari balik telfon.

“Iya sebentar aku turun.”

”kamu gapapa? Kok suara kamu kaya abis—“

“Aku gapapa, aku turun, tunggu.” Ucap Maura, kemudian mematikan telfon dan beranjak dari kasurnya untuk menemui Jeffrey dibawah.

————-

Dibawah, terdapat seorang laki-laki didepan mobilnya. Berdiri menunggu kekasih hati yang sudah lama ia tidak temui.

Wajah sumringah terlihat jelas saat wanita yang dia tunggu muncul dihadapannya.

“Jeff.” Panggil Maura, membuat Jeffrey berlari hendak memeluk pacarnya tersebut

“Aku kangen—“

Namun apadaya, tiba-tiba Maura mendorong tubuh Jeffrey agar tidak memeluknya.

“Ra? Kenapa? Aku ngga boleh meluk kamu?”

Maura menggeleng. namun tanpa jawaban.

“Ra, are u okay? Kenapa pelipis kamu di perban? Muka kamu kenapa bengkak? Kamu kenapa?” Tanya Jeffrey sambil mengelus muka pacarnua tersebut.

Nangis.

Cuma itu yang bisa di ekspresikan Maura saat pertanyaan itu muncul dari mulut Jeffrey.

“Ra? Kamu kenapa nangis? Ra jangan nangis, jangan buat aku bingung, aku dateng bukan buat liat kamu nangis.” Tanya Jeffrey, sekali lagi dia mencoba memeluk pacarnya itu, namun lagi-lagi ditolak.

“Congratulation ya—“ ucap Maura singkat membuat Jeffrey bingung bukan main.

“Hah? Congrats? Kenapa? Aku kenapa?”

”You’re expecting baby with another girlfriend, right? that's the reason I said that, Congrats.”

Ucapan Maura benar benar menghantam jeffrey, dia hanya bisa membelalakkan matanya, tidak percaya kalau maura sudah tau semuanya.

“Ra, kamu tau dari mana? Wira bilang ke kamu? Atau dari siapa—“

Maura meringis mendengar respon Jeffrey yang seakan akan mengkonfirmasi bahwa semuanya benar.

“Ngga, wira bahkan gak ngasih tau aku apa apa, jangan salahin dia. Tapi aku udah denger semuanya dari calon ibu dari anak kamu, dan—“

“Dari kamunya sendiri, barusan.” Lirihnya.

“Ra aku bisa jelasin semua—“ Bela Jeffrey

”We should broke up, jeff.”

Putus. Maura minta putus.

Kata-kata yang sangat Jeffrey hindari, akhirnya keluar dari mulut pacarnya sendiri.

“Ra, ngga gini, kita bisa selesaiin masalah ini sama-sama ra, ngga dengan cara putus ra, please. Aku gak mau putus, gak mau ra.” Mohon Jeffrey

“Maksud kamu? Selesaiin sama-sama? Jeff? Kamu bercanda? Mana bisa aku lanjut sama calon suami orang? Calon ayah dari anak yang gabby kandung? Aku egois jeff kalo harus pertahanin kamu, kamu juga egois sama anak kamu dan calon kamu kalo kamu ngga mau putus sama aku. Kita udah ngga bisa sama sama jeffrey”

Isak tangis Maura semakin kencang, disaat itu juga dia langsung terduduk lemas disamping mobil Jeffrey.

“Ra, ini semua ngga ke bukti ra, itu belum tentu anak aku ra, please ra, percaya sama aku—“

Maura menggeleng, maura sudah tidak bisa percaya lagi dengan laki-laki yang ada disana.

“Ngga jeff, ga perlu bukti lagi. Semuanya udah jelas, dan putus adalah jalan terbaik. Sekarang pergi dari sini jeff, tinggalin gue sendiri.”

“Ra, ga gini ra, aku sayang sama kamu ra, ra kita cari tau dulu ra kebenarannya ra, please let me find out the truth, ra.”

“Pergi jeff, tinggalin gue.”

“Gak, aku gak mau tinggalin kamu, gak mau.”

“PERGI! GU BILANG PERGI JEFFREY PERGI!” Teriak Maura.

“Gak ra, kamu ngga baik baik aja, aku gak mau tinggalin kamu sendiri.”

Namun, tanpa sadar teman-teman maura yang daritadi memperhatikan mereka langsung datang menghampiri Maura.

“Ra berdiri, ayo masuk jangan disini.” Ucap Oca.

“Lo! Pergi dari sini.” Teriak Lucas.

“Biarin gue selesaiin masalah gue, jangan lo suruh gue pergi.”

BUGH

“Lo udah nyakitin sahabat gue, lo mau jelasin apa lagi hah? Brengsek—“

BUGH

“LUCAS UDAH!” Teriak Maura, saat dia sadar kalau jeffrey dipukul untuk kedua kalinya

“Dia pantes dapetin ini, ra.”

Maura kemudian menarik tangan lucas untuk menjauhi Jeffrey.

“Jeffrey, pergi jeffrey, gue ngga bisa liat lo disini terus, gue mohon pergi jeffrey sekarang, pergi—“ ucap Maura pelan

“Ra—“

“PERGI SEKARANG!!!!” Teriak Maura untuk terakhir kalinya.