The Graduation.

Cahaya matahari menelusuk masuk kedalam kamar apartement ao. Hari ini, adalah hari bersejarah bagi dirinya, hari yang penuh kebahagian bagi dirinya setelah sekian lama.

Hari ini pun, dia bisa berkumpul bersama Keluarganya, momen yang tidak pernah dia rasakan cukup lama.

Tidak hanya rasa bahagia yang dia rasakan hari ini, namun rasa takut, Rasa takut akan perjanjian yang di buat oleh Aras waktu itu.

Dia sempat menceritakan tentang hal tersebut ke abangnya, bukan malah mendukung dirinya, abangnya malah membuat dirinya kecewa karena mendukung tindakan aras.

Tapi setelah dipikirkan cukup lama, apa yang Aras lakukan ada benarnya, Ao merasa dirinya tidak boleh berlarut dalam kesedihan, maka hari ini dia bertekad untuk melaksanakan apa yang telah dia sepakati bersama sahabat perempuannya itu, mau gak mau dia harus bisa melupakan orang yang bahkan tidak pernah memikirkan dirinya.

——- Pagi ini, acara wisuda dilaksanakan di salah satu hotel, cukup banyak mahasiswa yang hadir, tentunya ditemani oleh orang tua mereka dan juga pasangan pasangan mereka, bahkan ada yang sudah membawa anak juga.

Acara berlangsung dengan khidmat, satu persatu mahasiswa mahasiswa cumlaude dipanggil, termasuk dirinya. Suara riuh tepuk tangan menyelimuti Ao disaat namanya dipanggil, Ao mengukir senyum walaupun dalam hatinya dia merasa cemas.

dia ada disana kah? kenapa dia gak ada disana? Reska beneran gak bakalan dateng?

Hanya itu yang ada dipikirannya sekarang, tanpa sadar kalau dia sempat melamun ditengah panggung.

“Mbak mari.” Panggil salah satu panitia wisuda pagi itu yang membuat Ao sadar dan langsung berlari kecil menuju bawah panggung.

“Ao selamat”

“Yay akhirnya sarjana”

“Waa temen gue gak nunggu nungguin gue nih wisuda duluan, but selamat yaa!”

“Eh ayo foto foto.”

“Selamat ao semoga gelarnya berkah”

Semua ucapan dan hadiah diterimanya siang itu, dibawah terik matahari yang menyinari kawasan kampus, muka bahagia terpancar dari seluruh wisudawan sekitarnya.

Ditemani dengan teman-teman yang turut berbahagia atas keberhasilanmu adalah hal yang paling membahagiakan.

“Lo senyum gak ikhlas.” Bisik aras

“Ikhlas kok.”

“Dia gak dateng ao, liat ini udah hampir selesai, lo mau sampe sore disini?”

“Dia pasti dateng ras, gue yakin dia pasti dateng.” Ngotot ao, aras yang sudah bodoamat langsung mendecih kesal melihat temannya yang terlalu keras kepala.

- Waktu semakin berjalan, namun yang ditunggu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ao yang daritadi sudah diajak untuk pulang masih menolak dengan alasan “sebentar lagi ada temen adek yang mau datang.”

Namun, nihil Hanya kekecewaan yang dia dapatkan hari ini. Orang yang paling ia nanti di hari bersejarahnya memang sudah tidak peduli dengan dirinya, ntah apa alasannya pun tidak diketahui.

“Ayo pulang.” Ajakan terakhir taeyong yang melihat adiknya menahan nangis.

“Dia—dateng—kan?” Ucap Ao dengan suara sendu.

“Ao, lupain reska. Dia gak bakal dateng.” Ucap Taeyong yang kemudian menarik tangan Ao yang sudah gemetar menuju mobil, untuk balik ke apartement mereka.

Kali ini, mungkin benar, gak selama yang kita harapkan harus terwujud sesuai dengan harapan kita.

“Sesuai perjanjian yang lo bilang sama aras, lupain reska mulai hari ini ya?” Ucap Taeyong diikuti tangisan kecil dari Ao hari itu.