The last story of us.

”Bim” teriak Dimas dan yudha saat berhasil menemukan keberadaan Abim sekarang.

Iya, Abim sudah selesai bersih-bersih setelah kemenangannya di final basket tadi. Mukanya tampak sumringah karena berhasil untuk gak terluka sesuai janjinya ke orang-orang yang dia sayang. Tapi agak sedikit kusut juga karena kesayangannya alias Alsa belum bisa dihubungin daritadi.

“Bim—“ ucap yudha pelan

“Apaan? Eh btw ini lo berdua gak mau kasih selamat ke gue? Gue menang loh ini.” Ucap Abim

Bukan kata selamat yang didapatkan, tetapi pelukan serta tangisan dari kedua temannya itu, Dimas & Yudha.

Bingung? Pasti, kenapa ini berdua nangis sambil meluk Abim? Gak jelas.

“Apasih lo, lo berdua apa-apaan, iya gue tau gue menang kenapa lo berdua yang nangis?”

“Abim, hiks, maafin kita bim..”

Makin bingung lah kan ya si Abim.

“Kenapa lo berdua minta maaf sih?”

Yudha menyodorkan ponselnya yang berisikan berita mengenai pesawat jatuh.

Terus? Kenapa mereka harus minta maaf sama Abim? Urusannya apa?

Tak lama, ponsel Abim berdering, tertulis kontak hasan disana, dengan segera Abim menangkat telfon itu.

sama, dia mendapat suara tangisan juga dari Hasan.

“Apasih san? Kenapa lo ikut-ikutan nangis sih?”

”bang, huhuhu kak Alsa bang, kak alsa”

“Alsa? Kenapa Alsa?”

”lo liat berita bang, ada pesawat hilang, tujuannya ke tempat lo lomba sekarang

Abim terdiam, sambil mencerna kata-kata Hasan.

”bang, kak Alsa ke tempat lo, dia mau kasih kejutan buat lo, tapi liat itu bang, pesawatnya hilang kontak bang, hiks.”

Abim benar benar terkejut atas perkataan Hasan, dia kemudian menatap nanar kedua temannya.

“Iya bim, Alsa harusnya tadi kesini, dan harusnya udah sampe bim, dia mau ngasih surprise buat lo, kita berdua juga baru tau ada berita ini barusan dari Hasan, makanya kita cariin lo.” Ucap Yudha.

Pikiran Abim benar benar kosong, dia terus mengchat Alsa, tapi sama, tidak deliv.

“—lo berdua gak serius kan? Alsa gak berangkat kesini pake pesawat itu kan?”

Dimas dan Yudha tidak menjawab, mereka berdua memeluk Abim yang sekarang benar benar tidak tahu harus apa.

“Lo berdua bercanda kan? Gak lucu, semuanya gak lucu, bercandaan lo semua gak lucu!” Ucap Abim sambil mendorong keduanya.

Kini, dia terduduk lemah tak berdaya, dia benar-benar hancur kalau itu semua benar terjadi.

Ditengah kesedihan diantara 3 teman itu, Ajo masuk kedalam ruangan tersebut.

Jujur saja, Ajo kaget melihat teman-temannya bertiga nangis sesegukan tanpa alasan yang tidak diketahui. Terkhusus Abim yang sudah duduk terkulai lemas didekat tempat duduk ruang tunggu.

———

“Bim.”

Abim menoleh, memasang tatapan marah. “Apa? Lo mau ngabarin gue kalo Alsa ada didalam pesawat yang hilang itu? Iya? Iya jo? Gak, gak mungkin jo, Alsa masih di apartemennya, gak mungkin dia di dalam pesawat itu jo.” Isak Abim, kali ini air matanya keluar cukup deras,

dia benar benar sesak, Abim mengambil hoodienya dan hendak keluar dari ruangan itu.

“Bim, lo ngomong apasih?” Tanya Ajo bingung.

“Gue gak mau denger berita itu lagi jo, gak mau, gue gak percaya.”

“Sumpah gue bingung kenapa bisa lo ngomong gitu, gue dateng kesini nih bawa Alsa buat lo, kenapa lo mikir Alsa ada didalam pesawat yang hilang itu?” Ucap Ajo sambil menarik Alsa kedalam ruangan.

“Hai? Ini gue, Alsa, gue gak apa apa....”

Semuanya yang ada di ruangan itu benar benar kaget, saat wujud Alsa benar-benar ada didepan mereka.

“Alsa?” “Al beneran lo kan ini? Alsa? Bukannya jadwal pesawat lo? Al sumpah ini kita gak mimpi kan?” Tanya Dimas & Yudha memastikan benar-benar.

“Gue ketinggalan pesawat, karena ada barang gue yang ketinggalan, pas gue nyampe bandara gue udah last call, tapi di depan lama dan akhirnya lepas landas duluan, akhirnya gue ambil penerbangan selanjutnya aalaupun mikir kalo gue gak bakal bisa liat Abim tanding final, setidaknya gue tetep dateng nemenin dia disini.” Ucap Alsa menjelaskan panjang lebar.

“Gue juga kaget waktu gue nyampe banyak orang di Bandara dan pas gue tanya pesawatnya hilang kontak, maafin gue gak ngabarin guys, hp gue mat—“

Omongan Alsa terpotong saat Abim langsung meraih tubuh Alsa dan memeluk erat pacarnya itu.

“Al......”

“Abim, maafin ya aku gak bilang, maafin aku bikin khawatir..”

Tubuh Abim gemetar

“Al, jangan tinggalin aku please al, disini aja sama aku al, disini aja.”

Alsa tersenyum, dan membalas pelukan erat Abim. Dan mengelus pucuk kepala pacarnya itu.

Alsa kemudian melepas pelukannya dan menatap erat kedua mata Abim yang sayu, dia benar-benar menangis.

“Hei, aku disini Abim, aku sama kamu, aku gak kemana mana, aku gak ninggalin kamu.”

“Congratulation ya, atas kemenangannya, aku bangga, harusnya kamu gak nangis sedih gini, harusnya kamu happy, gak boleh sedih ya, terimakasih juga ya bim karena nepatin janji buat gak terluka, satu hal yang paling aku syukurin saat ini. Bim, aku tau aku jarang ngomong ini ke kamu, tapi i love you soooo much, Abim.” Ucap Alsa.

Abim menatap dalam mata kekasihnya itu, berterimakasih kepada semesta karena saat ini, perempuan yang paling dia sayangi setelah ibunya masih ada didepannya.

“Al, thankyou for everything ya.”

Abim maju semakin dekat, dia merengkuh pinggang Alsa, setelah itu ia dengan cepat menepis jarak diantara mereka, bibir Abim bertemu dengan bibir Alsa secara perlahan, kemudian ciuman itu saling membalas satu sama lain.

Jangan tanya bagaimana keadaan 3 jomblo yang ada disana, mereka bertiga hanya menatap nanar diri mereka sendiri, kemudian meninggalkan keduanya yang semakin menjadi, biarlah mereka saling menikmati masa muda, toh dosa juga ditanggung pribadi masing-masing.

——— Abim & Alsa (19.04.21) -End.