The Proof.

Punch Cafe, 3 P.M

Suara jam berdenting menemani seorang Maura yang duduk di Lantai 2 Cafe seorang diri, menunggu seseorang yang akan menjelaskan semuanya kepadanya.

“Gue harus gimana kalau ternyata semuanya bener?”

“Gue harus nangis? Atau apa?”

“Tapi gue gak mau terlihat lemah didepan cewe ini.”

“Gue harus kuat.” Gumam Maura dalam hatinya.

Dia hanya bisa menyemangati dirinya, mempersiapkan hati dengan segala kebenaran yang ada, apapun kebenaran yang dia dapatkan hari ini, dia harus ikhlas.

“Udah lama lo nunggu?” Ucap Seorang wanita bermasker dan bertopi secara tiba-tiba didepan Maura.

Maura memperhatikan wanita itu dengan seksama dari atas hingga berhenti di perut wanita itu, ntah sengaja atau tidak, tapi terlihat jelas bahwa wanita itu sedang mengandung.

“Lo unknown?” Tanya maura

“Oh lo namain nama gue unknown?” Ucap wanita itu balik bertanya.

“Karena gue gak tau lo siapa.”

Wanita didepannya itu hanya tertawa kecil.

“Jadi apa yang lo mau tau?” Tanyanya

“Semua.”

“Lo siap dengan kenyataannya?” Tanyanya lagi

“Mau ngga mau gue harus siap.” Jawab Maura, walaupun dengan perasaan yang sebenarnya tidak siap.

Wanita didepannya itu mengambil nafas panjang, kemudian mulai menceritakan bagaimana 5 bulan lalu dia bertemu dengan jeffrey tidak sengaja disebuah Club, sampai akhirnya—

“Ya malem itu dia yang nyamperin gue, dan kita ngelaku—“

“Stop” potong Maura. Dia tidak sanggup mendengar lanjutannya

“Kenapa lo minya stop? Haha gak kuat ya denger kenyataan pahit yang sekarang ada didepan lo? Gue udah bilang dari dulu lo nyerah aja.” Ucapnya.

“Nih, bukti testpack gue, gue bahkan nyoba berkali kali, dan hasilnya sama.”

“Ini juga bukti gue sama jeffrey di club.”

Maura mengambil beberapa bukti yang diserahkan, jujur walaupun dia tidak sanggup, tapi rasa ingin tahunya tinggi.

“kenapa lo bisa yakin itu anak jeffrey? Kenapa lo bisa langsung tahu?” Tanya Maura.

“Karena gue cuma ngelakuin itu sama dia, maura.”

“Kenapa lo mau diajak jeffrey begituan? Harusnya lo nolak kalau lo batu pertama kali ketemu sama dia. Harusnya lo paham kalo lo wanita baik baik!” Cecar Maura.

“Kata siapa gue baru kenal sama dia hm?” Tanya wanita tersebut.

Wanita itu kemudian membuka topi dan maskernya, menampilkan dirinya yang sebenarnya.

“Lo—“

“Iya, gue gabby. Long time no see ya maura?”

“Lo apa apaan sih? Lo tuh sengaja kan, lo tuh—“

PLAK

Satu tamparan sangat keras melayang di pipi kiri Maura.

“Gue udah bilang kan? Jangan macem-macem sama gue, sekarang lo gak berhak lagi deketin jeffrey karena gue sedang ngandung anaknya, jadi mending lo—“

PLAK

Tamparan keras dari tangan gabby terasa lagi di pipi kirinya, sehingga sedikit membuat pelipis kiri Maura terluka karena terkena goresan kuku gabby.

“Mending lo diem, dan jauhin jeffrey sekarang! Tamparan itu bukan apa apa, kalau misalnya lo gak pergi dan gak jauhin jeffrey juga, jangan salahin gue kalo nantinya hidup lo yang selesai.”