Wait

Ternyata, arti dari perasaannya yang selama ini tidak enak adalah ini, kabar kepergian Adit.

Hati Bila sakit sekali saat mendengar kabar tersebut, dia hanya bisa menangis selama perjalanan.

Bila tidak henti-hentinya merutuki dirinya sendiri saat ini. Hal tersebut tentunya membuat Serena yang sekarang ada disebelah Bila sangat merasa bersalah.

—— Seharusnya waktu perjalanan mereka ditempuh sekitar 25 menit menuju Bandara.

Namun, karena sedikit macet, mereka kurang lebih harus menempuh selama 30 menit menuju Bandara.

“Ser, bisa lebih cepet ga? Gue beneran nyesel banget kalo gak bisa ketemu Adit ser..”

“Iya ini gue ngebut bil.”

Serena hanya bisa menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan, karena dia hamil, dia tidak mau juga membahayakan dirinya kalau menyetir dengan kecepatan tinggi.

“Bila..maafin gue..” gumam serena dalam hati.

—— Setelah sampai di Bandara, bila sibuk menelfon teman-temannya, namun nihil, tidak ada yang mengangkat telfonnya saat itu.

Sedangkan serena sibuk mencari gate yang sesuai dengan e-ticket yang diberikan oleh Papa Adit, iya serena sengaja diberikan karena papanya berharap serena bisa membujuk Adit untuk membatalkan semuanya.

Mereka berlarian dengan sangat cepat, karena ternyata gate Adit berada di posisi paling ujung.

“Bil..lo duluan aja.” Ucap serena yang sudah terengah engah.

Tanpa merespon serena, bila kemudian berlari dengan kecepatan tinggi. Tidak apa apa dia menjadi jahat sehari kepada Serena, karena yang dia mau saat ini, bisa menemui Adit sebelum keberangkatannya.

Setelah berlari dan meninggalkan serena, samar-samar Bila melihat rombongan Hanif, Rayhan, Ajun, Yanda dan Varo disana. Dan ternyata yang mengejutkan lagi, Nadia juga berada disana.

“Hanif!” “Rayhan!” Teriak Bila.

Mereka menoleh kaget saat melihat Bila dengan keringat dikepalanya berlari menuju mereka.

“Bil? Siapa yang ngasih tau bila?” Tanya Nadia, dan dijawab gelengan tidak tahu.

“Bil—“

“Adit mana?” Mana? Adit mana? Kenapa gue gak liat adit? Nad, Adit mana nad?” Tanya Bila dengan terengah-engah sambil melihat sekelilingnya mencari Adit.

“Bil—nafas dulu.” Ucap Rayhan.

Bila menggeleng, dia kemudian mengenggam tangan rayhan dengan erat. “Adit mana ray? ADIT MANA...”

Rayhan hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Bila.

“Pesawat adit barusan aja take off bil.”

Bila mendengar itu langsung terjatuh dan menangis kencang, hari ini, menjdi hari yang paling dia sesali seumur hidupnya.

“Adit, maafin gue......”