We’re Here.

Sudah terhitung 5 hari Bila berada disini, di negara Impiannya, Turki.

Waktu 1 minggu yang diberikan oleh abangnya itu sangat amat cukup bagi Bila untuk bertravelling sendirian, meninggalkan semua beban hidup dirinya sejenak.

Dia benar-benar menikmati waktu liburannya disini. 5 hari dia habiskan keliling negara turki sesuai dengan list yang dia buat sebelumnya.

“Ah gak sabar banget, hari ini mau ke cappadocia.”

Bila disini memang disediakan travel untuk mengakomodir segala kebutuhannya, namun travelnya tetap membebaskan para wisatawan untuk sesekali menikmati waktu sendiri, asalkan tetap mengabarkan posisi dimana wisatawan berada.

Hari ini bila memutuskan untuk naik pesawat menuju cappadocia, karena jika ditempuh perjalanan darat dari tempatnya, akan memakan waktu 10-12 jam, sedangkan jika naik pesawat hanya ditempuh waktu 1 jam. Penawaran yang sangat menarik bagi Bila yang hanya tinggal 2 hari berada disini.

—- Setelah melewati perjalanan yang lumayan, Bila akhirnya sampai di cappadocia.

Ia benar-benar takjub melihat keindahan alam yang terpancar disana.

“Bagus banget.”

Salah satu tujuan dirinya ke cappadocia adalah untuk naik ke balon udara, benar-benar impiannya dari dulu.

setelah mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan balon udara, Bila kemudian bersantai sejenak sambil berfoto foto dengan background Alam yang indah di cappadocia.

Namun, saat dia berfoto, dia melihat anak kecil yang berlari-larian didekatnya. Saat hendak didekati, dia malah jatuh tersungkur, membuat bila dengan cepat berlari ke arah anak tersebut.

“Omg, are you okay?” Tanya Bila.

Anak itu tidak menjawab, Bila pikir mungkin anak itu tidak bisa menggunakan bahasa inggris, sedangkan bila sama sekali tidak bisa berbahasa turki.

Bila kemudian mengangkat tubuh anak itu, dan membersihkan pasir pasir yang menempel di baju anak tersebut.

Bila mengisyaratkan selesai dengan tersenyum, membuat anak itu berlari sambil berteriak “BABAAAAA.”

Bila hanya tersenyum melihat anak tersebut mendekati orang yang dia panggil baba tersebut. Bila tau, panggilan itu ditujukan untuk memanggil ayahnya.

“Lucu banget deh anaknya.”

Namun, ada yang aneh saat bila kembali menoleh ke anak tersebut, wujud tidak asing dia lihat mendekati anak itu.

sangat sangat tidak asing.

Lelaki itu pun hanya melihat Bila sekilas, namun terlihat wajahnya juga sama kagetnya dengan Bila, ntah apa tandanya tapi bila tidak bisa memastikan karena sudah gilirannya untuk naik keatas balin udara.

—— Diatas sana, bila benar benar kepikiran, berusaha mengingat wajah tersebut, tapi kepalanya terlalu pusing.

Dia bahkan tidak bisa menikmati dengan tenang pemandangan dari atas sana dan secara tidak sadar, balon udara yang dia naiki sudah mulai turun secara perlahan.

“Thankyou..” ucap Bila pelan setelah selesai mendarat lagi.

Bila benar-benar kalut, dia benar-benar masih berusaha memikirkan siapa orang tersebut, kenapa ingatannya memaksa untuk dirinya mengingat wajah orang tersebut.

Tapi Bila berusaha tidak hiraukan hal tersebut, dia mulai mencari spot untuk menenangkan diri.

Namun, secara tidak sadar, anak kecil yang dia tolong tadi kembali mendekat kearah Bila.

“Hei, where’s your parents?” Ucap Bila sambil berusaha berbicara semampunya.

“BABAAA!” Teriak anak kecil tersebut.

Bila kemudian melirik ke belakang, melihat orang yang anak kecil itu panggil sebagai ayah. Orang yang sekilas dia lihat sebelum menaiki balon udara.

“Altan, where are y—“ “Bila?” Ucap lelaki tersebut, kaget.

Bila pun sama kagetnya saat melihat orang yang sudah satu tahun tidak pernah dia lihat.

“A—adit?”

Disini, disini mereka akhirnya dipertemukan kembali oleh semesta. Namun, ekspetasi untuk bersama itu mungkin terlalu tinggi jika melihat keadaanya seperti ini.

“BABA!!” Teriak anak kecil itu lagi menghancurkan lamunan mereka berdua yang masih tidak menyangka akan dipertemukan disini.

Bila tidak bisa berharap lebih, Aditnya kini sudah tidak bisa dimiliki.

Adit berjongkok, kemudian berbicara kepada anak kecil tersebut. “Altan, wait here, okay?”

Adit kembali berdiri, mendekat kearah bila, namun bila mundur beberapa langkah untuk menjauhi Adit.

“Bil—“

secara tak sadar, bila meneteskan air mata, lagi-lagi ekspetasina dibunuh oleh kenyataan.

“Bila..” ucap Adit berusaha menjangkau bila, untuk menghapus air matanya, namun tetap saja Bila melarang Adit untuk mendekat.

“Adit, gue gak nyangka kita ketemu disini.” “Dan lebih ngga nyangka lagi, ternyata lo udah bahagia ya?” Ucap Bila dengan suara bergetar.

“Bil bukan beg—“

Ucapan adit terpotong saat ada satu perempuan yang mukanya asing bagi Bila, datang mendekati Adit disana sambil memanggil nama anak kecil itu.

“Altan, mama cariin kamu daritadi.” Ucap perempuan itu, namun dia juga tampak kaget melihat Bila berdiri didepan Adit dengan air mata yang terurai. “Loh, adit dia siapa?”

Air mata tersebut semakin tidak terbendung di pelupuk mata Bila, tangannya bergetar hebat.

“Adit, selamat ya, aku seneng kita ketemu, dan aku seneng kamu udah bahagia..”Ucap bila tersenyum pahit hendak pergi meninggalkan Adit.

Namun, tangannya dengan cepat ditahan oleh perempuan tadi.

“Tunggu, kamu bila ya?” Tanya perempuan itu.

Bila kembali menoleh. Melihat mata perempuan itu.

“Jangan salah paham, Adit itu temen kuliahku, karena kita sama sama dari Indonesia dan Altan itu—“

Omongan perempuan itu terpotong kembali, tatkla ada seseorang laki-laki lagi yang datang menghampiri mereka.

“Anak aku sama suamiku, bukan anak Adit, Altan emang manggil Adit baba karena dari bayi Adit sering banget ngurusin Altan bil, jadi dia manggil Adit dengan sebutan itu kalo hal itu bikin kamu salah paham. Adit banyak cerita soal kamu, dia berencana balik ke Indonesia, dia berharap bisa ketemu kamu lagi, tapi ternyata kalian malah ketemu disini.”

Pernyataan perempuan itu sukses membuat Bila terkaget, lagi-lagi kesalahpahamannya hampir membuatnya tidak akan pernah bertemu Adit lagi.

“Adit? Ini orangnya? kenapa lo ga bicara sih?” Ucap perempuan itu sambil mendorong Adit mendekati bila.

“Bil, maaf..” Ucap Adit sambil mendekati Bila yang menatap kosong dirinya disana.

Dengan cepat Adit memeluk Bila, ini adalah pelukan yang paling ia nantikan selama ini, pelukan kasih sayang yang ingin dia niatnya akan tunjukkan kalau nanti Adit bisa bertemu dengan Bila.

“Adit....”

“Kita ketemu bil, kita ketemu..”

Bila mulai terisak lagi, dan mulai mengeratkan pelukan tubuhnya ke Adit, dia masih tidak percaya akan takdir yang terjadi hari ini.

“Adit, aku nunggu kamu lama banget..”

Adit hanya mengangguk sambil mengelus kepala Bila, wanitanya yang selama ini selalu dia pikirkan.

“Adit, aku bener bener minta maaf dulu ngga percaya sama kamu..” “Aku minta maaf, adit..”

Adit melepaskan pelukannya, kemudian menangkup wajah kecil Bila.

“Jangan minta maaf bil, kamu gak salah apa apa.”

“Tapi aku jahat dit.”

“Engga kamu gak jahat..”

“Tapi aku udah gak perc—“

Omongan Bila terhenti, tatkala bibirnya dibungkam oleh ciuman yang dilayangkan Adit kepada dirinya.

“Stop, jangan ngomong gitu lagi ya, kamu ngga salah, aku udah pernah bilang kan? Kalo takdir emang bakal nyatuin kita, kita pasti bakal ketemu lagi, Bila liat, aku disini sama kamu..”

Bila mengangguk mengerti. Bila menatap Adit dengan dalam. Bila benar-benar percaya, bahwa jika mereka memang ditakdirkan bersama, ujian apapun akan bisa mereka lewati, mudah ataupun sulit ujian tersebut, selalu ada jalan jika memang sudah digariskan untuk dirinya dan Adit.

“Adit janji jangan pergi lagi ya?”

Adit mengangguk, “iya, kamu juga jangan nangis lagi ya? aku disini, kita tetep sama sama, okay?”

Cappadocia, adalah saksi bisu pertemuan mereka kembali setelah satu tahun lamanya. Dan Cappadocia menjadi tempat dimana Adit & Bila, kembali memulai untuk menghabiskan waktu bersama, mereka adalah Takdir yang sengaja dipisahkan untuk saling diuji kesetiaannya.

”I love you then, i love you still, always have and always will.”


— Senderable, End. (30.05.21)