basketball player and the cheerleader.

pagi ini dapat dikatakan sangat hectic untuk seorang rui nara yang sudah sibuk kesana kemari dengan name-tag panitia nya guna mengkoordinir hari terakhir outbound yang dilaksanakan sebagai akhir dari menyambut mahasiswa baru.

apalagi hari selasa rasanya begitu berbeda karena tentu saja ada seseorang yang rui nantikan kehadirannya dalam permainan basket kali ini.

isaiah craig, benar. rui sedang menantikkan kehadiran sosok captain dari team teknik sipil itu saat belum juga melihat batang hidungnya muncul barang sebentar diantara kerumunan peserta.

sungguh merupakan suatu kondisi yang lucu disaat rui sendiri bahkan tidak memperhatikan team basket dari prodinya sendiri — teknik industri namun sibuk menyemangati program studi milik tetangga.

ternyata ungkapan ‘rumput tetangga jauh lebih segar’ benar adanya.

rui mengalihkan atensinya pada jam tribun yang menunjukkan pukul 07.45 dimana 15 menit lagi pertandingan pertama akan dimulai dan isaiah belum kunjung datang.

lelaki itu sudah akan menelfon pihak terkait jika saja yang ditunggu tunggu tidak berlari secara tergesa kearahnya sembari menyerahkan tiga batang cokelat besar dilengkapi dengan jersey merah angka 23 yang melengkat pada tubuh tingginya tak lupa dengan wajah berkeringat dan nafas kepayahan,

“naa, sorry aku baru sampai. tadi nyari cokelat dulu buat kamu. kalau belum makan ganjel pakai itu dulu ya? air ada di dalam tas aku minum aja, gapapa” katanya dengan nafas tersengal sengal sambil menyerahkan backpack hitamnya kepada rui.

rui yang mendengar pengakuan mendadak itu hanya mampu melongo sebentar dengan bibir terbuka, tangannya sudah lebih dulu terulur untuk memperbaiki tatanan surai yang lebih muda, “harusnya nggak perlu sebegininya ish! telat kan jadinya?!” omel rui spontan.

dan jujur, omelan singkat yang dilontarkan oleh pria mungil itu membuatnya jadi beribu kali terlihat lebih imut di mata isaiah, “ yaudah maaf, jangan ngomel ngomel, masih pagi. im off to play, kamu duduk aja, jangan kecapekan” jawabnya halus.

perhatian yang ditunjukkan oleh isaiah membuat jantungnya tak palang berdebar kencang, rui sampai sampai harus menghindari tatapan isaiah agar pria itu tidak melihat wajah semerah tomatnya.

“yaudah sana, gausah liatin aku muluuuuu~“

isaiah tersenyum lebar, “cheering for me, will you?”

menanggapi tawaran isaiah yang lebih terdengar seperti ejekan baginya membuat rui memalingkan wajahnya kesamping sembari mendorong lengan isaiah agar menjauh dari sana, “apasih?!”

yang lebih tinggi membatin gemas, “bilang iya dulu, please?”

rui nara mengangguk malu, “iyaaa isaa, iyaa, i will cheering for you”

puas dengan jawaban yang diberikan rui isaiah memutuskan untuk mengusak surai kakak tingkat gemasnya itu singkat, “dasar gemes”

tau bahwa yang dimaksud gemas oleh si lawan bicara adalah tentang perbedaan postur mereka yang terbilang jauh, rui menghela nafas rakus sembari menghembuskannya tidak sabaran, lalu—

ISAIAH!!!!!!“ 

meneriakkan nama pria tampan itu dengan lantang nan kesal.