can see the end.

warn ; angst.

setelah selesai mengurusi keperluan silas yang masih tertidur diatas ranjangnya, pria manis yang sudah siap dengan setelan pastelnya itu melangkah menuju ruang makan dimana isaiah tengah bercengkrama asik dengan kedua orang tuanya,

“pagi mah, pah. pagi isaaaa~“ 

katanya dengan nada yang manja dilengkapi dengan wajah yang cukup murung. langkahnya ia bawa tepat disamping isaiah untuk duduk dan hendak menikmati jamuan makan malam bersama.

“pagi juga anak mama sama papa~“

mama menjawab, sedangkan papa dan isaiah hanya cenderung tersenyum, isa tau rui sedang tidak dalam kondisi yang baik untuk diajak berbicara.

setelah kegiatan saling sapa tersebut selesai, meja makan keluarga rui hanya diisi dengan dentingan piring juga sendok, tak ada satu pun yang hendak memulai pembicaraan.

sampai ketika waktu telah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit dan yang menjadi satu satunya sosok wanita paruh baya disana memutuskan untuk, “mas mu kemana nak? belum bangun? semalem ngapain aja kalian?”

— mengajukan pertanyaan yang paling rui hindari sejauh ini saat sedang berdampingan dengan isaiah.

mendengar pertanyaan tersebut, rui hanya bertingkah cuek seakan tidak mendengar pertanyaan sang ibunda serta memutuskan untuk tidak menjawab rasa penasaran ibunya sendiri.

melihat tingkah sang anak yang seakan menghindari pertanyaan istrinya maka zeth selaku satu satunya dominan matang disana memutuskan untuk menekan sang anak dengan petuah yang mungkin berguna untuk dirinya sendiri, rui nara maksudnya.

“kamu sama silas itu jangan terlalu sering sekamar berdua. sudah besar seharusnya tahu batasan. nggak lucu kalau sebelum menikah kamu sudah bukan dirimu sendiri lagi.“ 

pernyataan itu. pernyataan yang membuat isaiah maupun rui nara terpaku pada alat makan mereka masing masing, pernyataan itu, pernyataan yang menbuat isaiah bungkam seribu kata sedangkan rui nara menghela napas dalam.

“terjadi apasih pah? aku sama kak silas nggak ngapa-ngapain!” sergahnya kepada sang ayah sebelum —

sayang? baju mas yang kamu pakai tadi malam kamu taruh dimana?!

—silas muncul dengan wajah bantalnya menyambangi keempat orang yang sedang makan tersebut lalu dengan bebasnya memeluk rui di depan semua orang dengan netra sang submissive yang sudah tidak mampu menatap semua orang yang ada disana.

“astaga! kamu itu jadi calon suami kok males banget! ini calon mu udah bangun dari tadi loh!”

kata si mama mengomeli. “maaf mah, aku agak capek tadi malem makanya baru bangun”

anggun, ibu rui menggeleng perlahan. memandang isaiah dan silas bergantian lalu sesudahnya,

“nak isaiah perkenalkan, ini silas calon suaminya rui. sebentar lagi sudah mau menikah, sudah mau jadi nenek nenek tante ini, aduh!!!” memperkenalkan silas kepada isaiah kepada isaiah yang hanya diterima dengan senyum melengkung indah namun menyiratkan berbagai kekecewaan kepada sosok yang sedang bersenyembunyi dibalik tubuh silas.

“silas, calon suami rui” 

isaiah menyambut jabat tangan tersebut dengan ramah sembari menunduk sopan, “isaiah mas, temannya kak rui”

dan setelah itu isaiah tau, ia tau bahwa ia telah terlalu cepat menjatuhkan hati kepada orang yang dapat menghancurkannya dalam sesaat, cinta itu menyakitkan, benar bukan?

setidaknya hal itulah yang terlintas di dalam pikiran isaiah setelah mematut pandangan pada rui yang bahkan tidak mampu untuk menatap matanya sekarang.